Rupiah Melemah 1,63% Lawan USD Sepanjang Oktober 2017
A
A
A
JAKARTA - Rupiah tercatat melemah 1,63% secara rata-rata harian sepanjang Oktober 2017 saat melawan dolar Amerika Serikat (USD) menjadi Rp13.528 per dolar AS. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengungkapkan, pelemahan rupiah dipengaruhi faktor eksternal.
Menurutnya, pelemahan Rupiah tersebut sejalan dengan pergerakan nilai tukar hampir seluruh mata uang dunia yang juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS. "Dolar AS menguat secara global sebagai dampak dari respon pasar keuangan terhadap dinamika proses pencalonan pimpinan Bank Sentral, normalisasi kebijakan moneter, meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga, serta rencana reformasi pajak di AS," ujar Mirza saat RDG BI, Kamis (16/11/2017).
Kedepan, Bank Indonesia tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar. Disisi lain, inflasi hingga akhir tahun 2017 diperkirakan akan tetap rendah yaitu sebesar 3,0%-3,5% atau berada dalam batas bawah kisaran sasaran 4±1%.
Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada dalam kisaran sasaran 3,5±1% pada 2018. "BI akan tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang berasal dari global terkait rencana pengetatan kebijakan moneter di negara ekonomi maju, maupun risiko dari domestik antara lain belum kuatnya peningkatan konsumsi rumah tangga dan intermediasi perbankan," pungkasnya.
Bank Indonesia pun akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi, stabilitas sistem keuangan, dan mendorong penguatan reformasi struktural guna memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia.
Menurutnya, pelemahan Rupiah tersebut sejalan dengan pergerakan nilai tukar hampir seluruh mata uang dunia yang juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS. "Dolar AS menguat secara global sebagai dampak dari respon pasar keuangan terhadap dinamika proses pencalonan pimpinan Bank Sentral, normalisasi kebijakan moneter, meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga, serta rencana reformasi pajak di AS," ujar Mirza saat RDG BI, Kamis (16/11/2017).
Kedepan, Bank Indonesia tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar. Disisi lain, inflasi hingga akhir tahun 2017 diperkirakan akan tetap rendah yaitu sebesar 3,0%-3,5% atau berada dalam batas bawah kisaran sasaran 4±1%.
Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada dalam kisaran sasaran 3,5±1% pada 2018. "BI akan tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang berasal dari global terkait rencana pengetatan kebijakan moneter di negara ekonomi maju, maupun risiko dari domestik antara lain belum kuatnya peningkatan konsumsi rumah tangga dan intermediasi perbankan," pungkasnya.
Bank Indonesia pun akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi, stabilitas sistem keuangan, dan mendorong penguatan reformasi struktural guna memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia.
(akr)