Harga Minyak Brent Jatuh Usai Persediaan AS Melemah
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia pada perdagangan hari ini naik setelah persediaan minyak mentah AS menurun dan adanya ekspektasi bahwa penurunan produksi yang dipimpin OPEC untuk mengetatkan pasar akan diperpanjang setelah Maret 2018.
Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/11/2017), harga minyak brent sebagai patokan harga minyak internasional berada pada level USD63,07 per barel pada pukul 02.57 GMT, atau naik 50 sen setara 0,8% dari penutupan terakhir mereka. Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi USD57,74 per barel, naik 92 sen atau 1,6%.
Pelaku pasar mengatakan bahwa pasar didukung sebuah usaha yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menahan produksi sebagai upaya untuk mengakhiri overhang pasokan global.
Kesepakatan untuk mengekang produksi akan berakhir pada Maret, namun OPEC akan bertemu pada 30 November di Wina untuk membahas prospek kebijakan tersebut. "Hasil pertemuan akhirnya akan menentukan takdir harga minyak," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di pialang berjangka OANDA.
JP Morgan mengatakan dalam prospek komoditas 2018, yang dirilis Selasa malam, bahwa pasar minyak pada 2018 akan diimbangi pemotongan produksi yang diperluas. Namun, menambahkan bahwa tanpa pemotongan yang meluas, pasar akan mengalami surplus.
"Kami memperkirakan brent akan diperdagangkan di kisaran level USD40 sampai USD60 per barel, dengan harga minyak brent rata-rata di level USD58 per barel pada 2018. Sedangkan harga WTI diperkirakan rata-rata USD54,6 per barel," kata bank AS.
Pelaku pasar mengatakan, ada juga beberapa dukungan harga dari sebuah laporan mingguan pada Selasa oleh American Petroleum Institute yang mengatakan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 6,4 juta barel dalam sepekan hingga 17 November.
Meski demikian, para pedagang mengatakan bahwa pasar minyak mentah terbebani oleh kenaikan produksi di Amerika Serikat, yang telah melonjak hampir 15% sejak pertengahan 2016 sampai 9,65 juta barel per hari.
"Sementara perpanjangan kesepakatan OPEC untuk membatasi produksi dapat mengilhami minyak bulls jangka pendek, produksi minyak AS yang meningkat cenderung menghadirkan headwinds, yang pada akhirnya membatasi kenaikan di atas," kata Lukman Otunuga, analis FXTM.
Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/11/2017), harga minyak brent sebagai patokan harga minyak internasional berada pada level USD63,07 per barel pada pukul 02.57 GMT, atau naik 50 sen setara 0,8% dari penutupan terakhir mereka. Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi USD57,74 per barel, naik 92 sen atau 1,6%.
Pelaku pasar mengatakan bahwa pasar didukung sebuah usaha yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menahan produksi sebagai upaya untuk mengakhiri overhang pasokan global.
Kesepakatan untuk mengekang produksi akan berakhir pada Maret, namun OPEC akan bertemu pada 30 November di Wina untuk membahas prospek kebijakan tersebut. "Hasil pertemuan akhirnya akan menentukan takdir harga minyak," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di pialang berjangka OANDA.
JP Morgan mengatakan dalam prospek komoditas 2018, yang dirilis Selasa malam, bahwa pasar minyak pada 2018 akan diimbangi pemotongan produksi yang diperluas. Namun, menambahkan bahwa tanpa pemotongan yang meluas, pasar akan mengalami surplus.
"Kami memperkirakan brent akan diperdagangkan di kisaran level USD40 sampai USD60 per barel, dengan harga minyak brent rata-rata di level USD58 per barel pada 2018. Sedangkan harga WTI diperkirakan rata-rata USD54,6 per barel," kata bank AS.
Pelaku pasar mengatakan, ada juga beberapa dukungan harga dari sebuah laporan mingguan pada Selasa oleh American Petroleum Institute yang mengatakan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 6,4 juta barel dalam sepekan hingga 17 November.
Meski demikian, para pedagang mengatakan bahwa pasar minyak mentah terbebani oleh kenaikan produksi di Amerika Serikat, yang telah melonjak hampir 15% sejak pertengahan 2016 sampai 9,65 juta barel per hari.
"Sementara perpanjangan kesepakatan OPEC untuk membatasi produksi dapat mengilhami minyak bulls jangka pendek, produksi minyak AS yang meningkat cenderung menghadirkan headwinds, yang pada akhirnya membatasi kenaikan di atas," kata Lukman Otunuga, analis FXTM.
(izz)