Bantu Kuwait Bangun Pipa Gas, Irak Pakai Tenaga Ahli Asal Jepang
A
A
A
DUBAI - Irak telah mempekerjakan Japan Toyo Engineering dalam upaya membangun pipa gas untuk Kuwait dan pabrik petrokimia terkait di Baghdad. Hal ini diyakini untuk mengurangi kerugian serta melunasi hutang reparasi untuk invasi 1990 dari tetangga mereka.
Meski begitu seperti dilansir Reuters, Rabu (22/11/2017) belum dipaparkan rincian proyek yang dilaporkan sebelumnya. Hal ini kemungkinan Kuwait membangun diversifikasi impor gas di tengah krisis politik antara negara-negara teluk dan menjadi pemasok utama Qatar.
Ditambahkan ini juga terkait dengan Royal Shell Belanda (RDSa.L), yang bertujuan untuk menjadi pemain dominan gas di Irak sebelum hubungan dengan Baghdad memburuk seiring keluarnya Shell dari proyek-proyek besar minyak.
"Kebutuhan mendesak Irak adalah mengurangi kerugian di belakangan semua taget dan sudah berjanji kepada Bank Dunia. Proyek gas Kuwait adalah sebuah perbaikan cepat dan cara mudah untuk menguangkan sumber daya gas," ucap salah seorang sumber industri yang bekerja dalam proyek tersebut.
Bank Dunia sendiri sudah berulang kali mengurangi melebar kondisi pinjaman ke Baghdad. Sementrara terkait permintaan sejauh ini, pihak perusahaaan masih enggan menanggapi serta memberikan komentar.
Toyo mengusulkan untuk membangun pipa gas dan mulai pengiriman setelah 2019, kata sumber industri. Pejabat keuangan utama di Toyo, Kensuke Waki, mengatakan kepada Reuters bahwa berbicara tentang pipa dan pabrik petrokimia sedang berlangsung, tetapi keputusan investasi akhir belum dibuat.
Kuwait sangat tertarik pada proyek dan telah menawarkan jaminan hingga 80% dari biaya, kata sumber industri. Kementerian minyak di Kuwait tidak menanggapi permintaan. Menteri minyak Issam Al-Marzouq mengatakan bulan lalu bahwa perundingan antara Kuwait dan Irak terfokus pada proposal untuk menggunakan gas untuk membantu membayar Baghdad sekira USD4,6 miliar.
Juru bicara Kementerian Minyak Irak Asim Jihad mengatakan pembicaraan yang berfokus pada harga dan dikonfirmasi yang memasok dapat digunakan untuk membantu melunasi reparasi.
Meski begitu seperti dilansir Reuters, Rabu (22/11/2017) belum dipaparkan rincian proyek yang dilaporkan sebelumnya. Hal ini kemungkinan Kuwait membangun diversifikasi impor gas di tengah krisis politik antara negara-negara teluk dan menjadi pemasok utama Qatar.
Ditambahkan ini juga terkait dengan Royal Shell Belanda (RDSa.L), yang bertujuan untuk menjadi pemain dominan gas di Irak sebelum hubungan dengan Baghdad memburuk seiring keluarnya Shell dari proyek-proyek besar minyak.
"Kebutuhan mendesak Irak adalah mengurangi kerugian di belakangan semua taget dan sudah berjanji kepada Bank Dunia. Proyek gas Kuwait adalah sebuah perbaikan cepat dan cara mudah untuk menguangkan sumber daya gas," ucap salah seorang sumber industri yang bekerja dalam proyek tersebut.
Bank Dunia sendiri sudah berulang kali mengurangi melebar kondisi pinjaman ke Baghdad. Sementrara terkait permintaan sejauh ini, pihak perusahaaan masih enggan menanggapi serta memberikan komentar.
Toyo mengusulkan untuk membangun pipa gas dan mulai pengiriman setelah 2019, kata sumber industri. Pejabat keuangan utama di Toyo, Kensuke Waki, mengatakan kepada Reuters bahwa berbicara tentang pipa dan pabrik petrokimia sedang berlangsung, tetapi keputusan investasi akhir belum dibuat.
Kuwait sangat tertarik pada proyek dan telah menawarkan jaminan hingga 80% dari biaya, kata sumber industri. Kementerian minyak di Kuwait tidak menanggapi permintaan. Menteri minyak Issam Al-Marzouq mengatakan bulan lalu bahwa perundingan antara Kuwait dan Irak terfokus pada proposal untuk menggunakan gas untuk membantu membayar Baghdad sekira USD4,6 miliar.
Juru bicara Kementerian Minyak Irak Asim Jihad mengatakan pembicaraan yang berfokus pada harga dan dikonfirmasi yang memasok dapat digunakan untuk membantu melunasi reparasi.
(akr)