CORE Ramal Ekonomi Indonesia 2017 Sulit Tembus 5,1%

Selasa, 28 November 2017 - 12:39 WIB
CORE Ramal Ekonomi Indonesia...
CORE Ramal Ekonomi Indonesia 2017 Sulit Tembus 5,1%
A A A
JAKARTA - Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sulit untuk tembus 5,1%. Kemungkinan, pertumbuhan ekonomi 2017 hanya akan berada kisaran 5,05% hingga 5,1%.

Ekonom Senior CORE Hendri Saparini menuturkan, hal ini terjadi lantaran beberapa pekerjaan yang seharusnya dilakukan pemerintah justru tidak dilakukan. Pemerintah justru melakukan hal yang berpotensi membuat ekonomi Indonesia semakin stagnan.

"Awalnya kita sampaikan ekonomi kita akan tumbuh 5,2%, kemudian mid year review core menyampaikan maksimal hanya 5,1%. Perkiraan kami mungkin tahun ini kita tidak akan sampai 5,1%. Sedikit di bawah 5,1%. Ini yang kita hasilkan, karena ada beberapa catatan-atatan, dan ada PR yang tidak dilakukan," terangnya di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (28/11/2017).

Menurutnya, perlambatan konsumsi rumah tangga yang terjadi tahun ini sejatinya tidak disebabkan oleh peralihan dari offline ke online. Namun, memang terjadi perlambatan konsumsi lantaran kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan gas.

"Dari awal kami meyakini bahwa perlambatan konsumsi rumah tangga itu tidak hanya disebabkan oleh shifting. Pada proyeksi kita di November, ada kekhawatiran terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni dari konsumsi rumah tangga. Karena pemerintah merencanakan kenaikan harga BBM, listrik, dan gas," ujarnya.

Hendri menilai, pemangkasan jumlah rumah tangga yang mendapatkan subsidi listrik dari sebelumnya 23,9 juta rumah tangga menjadi hanya tinggal 4 juta rumah tangga sangat berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga. Khususnya, bagi rumah tangga yang berada di kelompok terbawah.

Sebab itu, pemerintah seharusnya mengeluarkan kebijakan yang bisa meningkatkan konsumsi meningkat. Jadi, penyebab utama penurunan konsumsi rumah tangga yaitu kenaikan harga listrik.

"Yang terpenting kita tidak mendebat ada perlambatan pertumbuhan konsumsi. Yang terpenting bagaimana menciptakan kebijakan yang bisa meningaktkan konsumsi masyarakat, itu yang perlu untuk dilakukan. Yang penting adalah bagaimana kita menaikkan lagi agar masyarakat berkonsumsi kembali," jelas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0659 seconds (0.1#10.140)