Rupiah Berakhir Tak Berdaya, USD Turun Tipis Lawan Yen
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada akhir perdagangan hari ini ditutup masih tak berdaya, untuk masih berkutat pada zona merah. Mata uang garuda gagal memanfaatkan penyusutan rupiah terhadap yen Jepang dan beberapa mata uang utama lainnya.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg hingga akhir sesi perdagangan hari ini berada pada level Rp13.510/USD atau tidak lebih baik dari sebelumnya Rp13.508/USD. Pergerakan harian pada hari ini ada di kisaran level Rp13.493-Rp13.531/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi penutupan berada di level Rp13.507/USD atau mulai membaik dari penutupan sebelumnya Rp13.515/USD. Rupiah sendiri sepanjang hari bergerak pada kisaran level Rp13.498-Rp13.527/USD.
Menurut data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah hingga perdagangan sore hari ini juga masih tak berdaya pada level Rp13.530/USD. Posisi ini merosot sebesar 10 poin dari penutupan awal pekan kemarin di level Rp13.520/USD.
Rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, hari ini bertengger di level Rp13.527/USD atau tidak lebih baik dari posisi perdagangan kemarin yang berada di level Rp13.511/USD.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (28/11/2017) dolar sedikit melemah saat melawan yen pada perdagangan hari ini untuk tetap mendekati posisi terendah dalam dua bulan. Fokus investor masih kepada rencana reformasi pajak dalam sepekan terakhir, ditambah pelaku pasar masih menunggu kepastian pemimpin Federal Reserve yang baru.
USD menyusut kurang dari 0,1% untuk berada pada level 111.00 dan mendekati posisi terendah 110.85 saat berhadapan dengan yen. Posisi tersebut menjadi level paling lemah sejak pertengah September. Kekhawatiran tentang potensi penundaan dalam implementasi pemangkasan pajak menjadi beban untuk greenback dalam beberapa pekan terakhir.
Pada saat yang sama, yen telah didukung dengan goyahnya senimen risiko, serta sebagian karena pelemahan ekuitas China dalam sesi perdagangan terakhir. Di sisi lain terhadap enam mata uang utama, USD tergelincir 0,1% ke level 92.841, ketika di awal pekan berada pada posisi terendah dua bulan 92.496.
Dolar menghadapi hambatan seiring ketidakpastian belum lama ini atas prospek reformasi pajak AS, termasuk pemotongan pajak. Sementara Euro meningkat mencapai sebesar 0,1% menjadi 1.1907 ketika melawan USD, setelah menyentuh posisi terbaik dalam dua bulan di level 1.1961 pada awal pekan kemarin.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg hingga akhir sesi perdagangan hari ini berada pada level Rp13.510/USD atau tidak lebih baik dari sebelumnya Rp13.508/USD. Pergerakan harian pada hari ini ada di kisaran level Rp13.493-Rp13.531/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi penutupan berada di level Rp13.507/USD atau mulai membaik dari penutupan sebelumnya Rp13.515/USD. Rupiah sendiri sepanjang hari bergerak pada kisaran level Rp13.498-Rp13.527/USD.
Menurut data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah hingga perdagangan sore hari ini juga masih tak berdaya pada level Rp13.530/USD. Posisi ini merosot sebesar 10 poin dari penutupan awal pekan kemarin di level Rp13.520/USD.
Rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, hari ini bertengger di level Rp13.527/USD atau tidak lebih baik dari posisi perdagangan kemarin yang berada di level Rp13.511/USD.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (28/11/2017) dolar sedikit melemah saat melawan yen pada perdagangan hari ini untuk tetap mendekati posisi terendah dalam dua bulan. Fokus investor masih kepada rencana reformasi pajak dalam sepekan terakhir, ditambah pelaku pasar masih menunggu kepastian pemimpin Federal Reserve yang baru.
USD menyusut kurang dari 0,1% untuk berada pada level 111.00 dan mendekati posisi terendah 110.85 saat berhadapan dengan yen. Posisi tersebut menjadi level paling lemah sejak pertengah September. Kekhawatiran tentang potensi penundaan dalam implementasi pemangkasan pajak menjadi beban untuk greenback dalam beberapa pekan terakhir.
Pada saat yang sama, yen telah didukung dengan goyahnya senimen risiko, serta sebagian karena pelemahan ekuitas China dalam sesi perdagangan terakhir. Di sisi lain terhadap enam mata uang utama, USD tergelincir 0,1% ke level 92.841, ketika di awal pekan berada pada posisi terendah dua bulan 92.496.
Dolar menghadapi hambatan seiring ketidakpastian belum lama ini atas prospek reformasi pajak AS, termasuk pemotongan pajak. Sementara Euro meningkat mencapai sebesar 0,1% menjadi 1.1907 ketika melawan USD, setelah menyentuh posisi terbaik dalam dua bulan di level 1.1961 pada awal pekan kemarin.
(akr)