Penyaluran Kredit Alami Peningkatan di Oktober 2017
A
A
A
JAKARTA - Penyaluran kredit pada bulan Oktober 2017 tercatat sebesar Rp4.588,5 triliun atau tumbuh 8% (yoy) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,7% dari Rp4.570,1 triliun.
Peningkatan pertumbuhan kredit perbankan didorong oleh pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi.
"Kredit modal kerja (KMK) mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,5% pada September 2017 menjadi 8,1% menjadi Rp2.122,1 triliun," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman di Jakarta akhir pekan.
Demikian juga pertumbuhan kredit konsumsi (KK) yang meningkat dari 9,9% pada bulan September 2017 menjadi 10,2% dengan nominal sebesar Rp1.338,5 triliun.
Sementara kredit investasi (KI) pada bulan Oktober 2017 tercatat sebesar Rp1.127,9 triliun atau naik 5,5% tumbuh stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut dia, akselerasi pertumbuhan KMK didorong oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang masing-masing tumbuh meningkat dari 6,9% dan 3% menjadi sebesar 7,6% dan 5,5% dengan posisi masing-masing mencapai Rp543 triliun dan Rp771,4 triliun.
Sementara itu, kredit investasi (KI) tercatat tumbuh stabil dengan peningkatan pertumbuhan pada sektor konstruksi dari 5,7% menjadi 7,3% yang diimbangi dengan perlambatan pertumbuhan KI pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang tumbuh melambat dari 2,8% menjadi 1,9% pada bulan Oktober 2017 menjadi Rp204,3 triliun. Selanjutnya, pertumbuhan kredit properti mengalami sedikit perlambatan khususnya pada kredit yang disalurkan pada sektor konstruksi.
"Pertumbuhan kredit pada sektor properti tercatat melambat pada bulan Oktober 2017 menjadi 13% dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 13,2%," ungkapnya.
Dia menuturkan, perlambatan pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan kredit pada sektor konstruksi perumahan menengah, besar, dan mewah.
Meskipun demikian, pertumbuhan KPR dan KPA serta kredit real estate mengalami akselerasi. Pertumbuhan kredit KPR dan KPA tercatat meningkat dari 10,6% pada bulan sebelumnya menjadi 10,8% sehingga mencapai Rp397,4 triliun pada bulan Oktober 2017. Demikian juga dengan kredit real estate tumbuh meningkat sebesar 9,5% dari sebelumnya 8,9% atau menjadi Rp134,9 triliun.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, penyaluran pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2017 diprediksi lebih rendah dari perkiraan semula yaitu menjadi sekitar 8%. Dengan mempertimbangkan masih rendahnya pertumbuhan kredit tersebut, Bank Indonesia (BI) menetapkan Countercyclical Capital Buffer (CCB) tidak berubah yaitu 0%. "Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong upaya bank dalam meningkatkan fungsi intermediasi," kata dia.
BI memandang, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah intermediasi perbankan yang belum kuat. Kedepan, Bank Indonesia bersama otoritas terkait akan terus berkoordinasi untuk memastikan stabilitas sistem keuangan dapat tetap terjaga guna mendukung momentum pemulihan ekonomi. (Kunthi Fahmar Sandy)
Peningkatan pertumbuhan kredit perbankan didorong oleh pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi.
"Kredit modal kerja (KMK) mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,5% pada September 2017 menjadi 8,1% menjadi Rp2.122,1 triliun," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman di Jakarta akhir pekan.
Demikian juga pertumbuhan kredit konsumsi (KK) yang meningkat dari 9,9% pada bulan September 2017 menjadi 10,2% dengan nominal sebesar Rp1.338,5 triliun.
Sementara kredit investasi (KI) pada bulan Oktober 2017 tercatat sebesar Rp1.127,9 triliun atau naik 5,5% tumbuh stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut dia, akselerasi pertumbuhan KMK didorong oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang masing-masing tumbuh meningkat dari 6,9% dan 3% menjadi sebesar 7,6% dan 5,5% dengan posisi masing-masing mencapai Rp543 triliun dan Rp771,4 triliun.
Sementara itu, kredit investasi (KI) tercatat tumbuh stabil dengan peningkatan pertumbuhan pada sektor konstruksi dari 5,7% menjadi 7,3% yang diimbangi dengan perlambatan pertumbuhan KI pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang tumbuh melambat dari 2,8% menjadi 1,9% pada bulan Oktober 2017 menjadi Rp204,3 triliun. Selanjutnya, pertumbuhan kredit properti mengalami sedikit perlambatan khususnya pada kredit yang disalurkan pada sektor konstruksi.
"Pertumbuhan kredit pada sektor properti tercatat melambat pada bulan Oktober 2017 menjadi 13% dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 13,2%," ungkapnya.
Dia menuturkan, perlambatan pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan kredit pada sektor konstruksi perumahan menengah, besar, dan mewah.
Meskipun demikian, pertumbuhan KPR dan KPA serta kredit real estate mengalami akselerasi. Pertumbuhan kredit KPR dan KPA tercatat meningkat dari 10,6% pada bulan sebelumnya menjadi 10,8% sehingga mencapai Rp397,4 triliun pada bulan Oktober 2017. Demikian juga dengan kredit real estate tumbuh meningkat sebesar 9,5% dari sebelumnya 8,9% atau menjadi Rp134,9 triliun.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, penyaluran pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2017 diprediksi lebih rendah dari perkiraan semula yaitu menjadi sekitar 8%. Dengan mempertimbangkan masih rendahnya pertumbuhan kredit tersebut, Bank Indonesia (BI) menetapkan Countercyclical Capital Buffer (CCB) tidak berubah yaitu 0%. "Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong upaya bank dalam meningkatkan fungsi intermediasi," kata dia.
BI memandang, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah intermediasi perbankan yang belum kuat. Kedepan, Bank Indonesia bersama otoritas terkait akan terus berkoordinasi untuk memastikan stabilitas sistem keuangan dapat tetap terjaga guna mendukung momentum pemulihan ekonomi. (Kunthi Fahmar Sandy)
(nfl)