Lusia Efriani Kiroyan, Pengusaha Tanpa Predikat Kaya Raya
A
A
A
DARI mana jiwa sosial Lusia Efriani Kiroyan muncul? Perempuan cantik berambut panjang ini menceritakan kalau dirinya terinspirasi oleh sang ibunda yang juga memiliki rasa empati tinggi terhadap orang lain. "Ibu saya ekstrem. Ada orang gila di jalanan dibawa pulang, dimandikan, dikasih makan," ungkap pendiri Yayasan Cinderella from Indonesia ini.
Nasihat ibu juga selalu diingat Lusia. "Jangan mengejar kekayaan, namun carilah terus kebermanfaatan," imbuhnya. Maka, menjadi pebisnis yang keuntungannya digunakan untuk membantu orang lain dilakoni Lusia dengan penuh suka cita. Dia paham sekali kalau sociopreneur jarang yang berujung menjadi seseorang yang kaya raya, sebab memang bukan itu yang dicari.
Kini Lusia hidup sendiri, setelah bercerai dan kedua anaknya tinggal bersama mantan suami. Dirinya menyadari hikmah dari perpisahan itu, yakni bagaimana sekarang ia punya waktu luang untuk orang lain. "Saya fokus di Yayasan Cinderella from Indonesia. Tujuan hidup saya untuk diri sendiri, yang ingin membantu sesama melalui yayasan yang tidak ada donaturnya. Jadi, saya yang harus mengusahakannya sendiri, menjual Batik Girl, juga ikut kompetisi," ucapnya, lirih.
Lusia punya impian, kelak dirinya mampu membangun industri fashion dengan karyawan dari kalangan narapidana. Menurutnya, ratusan penjara di Indonesia bisa dimanfaatkan. Bukan keuntungan yang ingin dicapai, melainkan memberi kegiatan yang bermanfaat agar mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan melupakan narkoba.
"Para warga binaan itu kan lama masa hukumannya. Ada yang seumur hidup, bahkan ada yang dapat hukuman mati. Tidak mau juga keseharian mereka diisi cuma dengan makan tidur saja. Kegiatan ini bertujuan agar mereka merasa masih dapat berkontribusi, bisa berarti untuk orang lain," ujar Lusia.
(Baca Juga: Menggali Potensi dari Balik Lembaga Pemasyarakatan(amm)
Nasihat ibu juga selalu diingat Lusia. "Jangan mengejar kekayaan, namun carilah terus kebermanfaatan," imbuhnya. Maka, menjadi pebisnis yang keuntungannya digunakan untuk membantu orang lain dilakoni Lusia dengan penuh suka cita. Dia paham sekali kalau sociopreneur jarang yang berujung menjadi seseorang yang kaya raya, sebab memang bukan itu yang dicari.
Kini Lusia hidup sendiri, setelah bercerai dan kedua anaknya tinggal bersama mantan suami. Dirinya menyadari hikmah dari perpisahan itu, yakni bagaimana sekarang ia punya waktu luang untuk orang lain. "Saya fokus di Yayasan Cinderella from Indonesia. Tujuan hidup saya untuk diri sendiri, yang ingin membantu sesama melalui yayasan yang tidak ada donaturnya. Jadi, saya yang harus mengusahakannya sendiri, menjual Batik Girl, juga ikut kompetisi," ucapnya, lirih.
Lusia punya impian, kelak dirinya mampu membangun industri fashion dengan karyawan dari kalangan narapidana. Menurutnya, ratusan penjara di Indonesia bisa dimanfaatkan. Bukan keuntungan yang ingin dicapai, melainkan memberi kegiatan yang bermanfaat agar mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan melupakan narkoba.
"Para warga binaan itu kan lama masa hukumannya. Ada yang seumur hidup, bahkan ada yang dapat hukuman mati. Tidak mau juga keseharian mereka diisi cuma dengan makan tidur saja. Kegiatan ini bertujuan agar mereka merasa masih dapat berkontribusi, bisa berarti untuk orang lain," ujar Lusia.
(Baca Juga: Menggali Potensi dari Balik Lembaga Pemasyarakatan(amm)