Naik-Turun, Neraca Perdagangan Indonesia Perlu Diwaspadai
A
A
A
JAKARTA - Institute of Chartered Accountant in England and Wales (ICAEW) menyatakan, walaupun naiknya pertumbuhan volume impor menyiratkan permintaan domestik yang tinggi. Namun lCAEW mengingatkan harus tetap waspada dengan data perdagangan bulanan yang naik-turun.
(Baca Juga: ICAEW Ramal Ekonomi Indonesia 2018 Tumbuh 5,3%
Pertumbuhan volume ekspor melambat hingga 5,9% pada Oktober, dari rata-rata 9,6% pada kuartal III/2017. Kendati demikian, secara keseluruhan Direktur Regional lCAEW Asia Tenggara Mark Billington memprediksi perkembangan yang sedikit lebih pesat hingga 5,3% untuk Indonesia pada 2018.
"Tapi prospek pertumbuhan terhambat oleh rencana anggaran yang baru-baru ini diluncurkan. Pemerintah membidik untuk menurunkan defisit anggaran hingga 2,2% pada PDB tahun depan, dari sasaran revisi 2,9% tahun ini," ujarnya di Jakarta, Senin (18/12/2017).
Walau dirinya berpendapat bahwa target defisit anggaran tersebut sangat ambisius, namun terdapat risiko pada prospek pertumbuhan 2018. Diperlukan kondisi politik yang lebih baik dan peningkatan permintaan domestik lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan hingga 2020.
Sementara, 2017 ini adalah tahun yang baik bagi kinerja ekonomi Asia Tenggara. Wilayah tersebut berada di jalur yang tepat dalam mencapai pertumbuhan hingga 5% untuk pertama kalinya selama 4 tahun, dan semua negara diprediksi akan tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan 2016.
"Sejumlah faktor telah berkontribusi pada pertumbuhan kuat tahun ini, salah satunya adalah prospek pertumbuhan dunia yang meningkat berkat berkurangnya keprihatinan atas meningkatnya proteksionisme perdagangan dan ketahanan permintaan domestik yang berkelanjutan, yang juga didukung oleh kebijakan makro yang akomodatif," pungkasnya.
(Baca Juga: ICAEW Ramal Ekonomi Indonesia 2018 Tumbuh 5,3%
Pertumbuhan volume ekspor melambat hingga 5,9% pada Oktober, dari rata-rata 9,6% pada kuartal III/2017. Kendati demikian, secara keseluruhan Direktur Regional lCAEW Asia Tenggara Mark Billington memprediksi perkembangan yang sedikit lebih pesat hingga 5,3% untuk Indonesia pada 2018.
"Tapi prospek pertumbuhan terhambat oleh rencana anggaran yang baru-baru ini diluncurkan. Pemerintah membidik untuk menurunkan defisit anggaran hingga 2,2% pada PDB tahun depan, dari sasaran revisi 2,9% tahun ini," ujarnya di Jakarta, Senin (18/12/2017).
Walau dirinya berpendapat bahwa target defisit anggaran tersebut sangat ambisius, namun terdapat risiko pada prospek pertumbuhan 2018. Diperlukan kondisi politik yang lebih baik dan peningkatan permintaan domestik lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan hingga 2020.
Sementara, 2017 ini adalah tahun yang baik bagi kinerja ekonomi Asia Tenggara. Wilayah tersebut berada di jalur yang tepat dalam mencapai pertumbuhan hingga 5% untuk pertama kalinya selama 4 tahun, dan semua negara diprediksi akan tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan 2016.
"Sejumlah faktor telah berkontribusi pada pertumbuhan kuat tahun ini, salah satunya adalah prospek pertumbuhan dunia yang meningkat berkat berkurangnya keprihatinan atas meningkatnya proteksionisme perdagangan dan ketahanan permintaan domestik yang berkelanjutan, yang juga didukung oleh kebijakan makro yang akomodatif," pungkasnya.
(akr)