Ekonomi Kreatif Serap Belasan Juta Tenaga Kerja

Selasa, 19 Desember 2017 - 00:30 WIB
Ekonomi Kreatif Serap Belasan Juta Tenaga Kerja
Ekonomi Kreatif Serap Belasan Juta Tenaga Kerja
A A A
JAKARTA - Kontribusi ekonomi kreatif pada perekonomian nasional semakin nyata. Nilai tambah yang dihasilkan belum final, juga mengalami peningkatan setiap tahun. Saat ini ada 16 subsektor yang belum final, yaitu seni rupa, periklanan, kuliner, kriya, seni pertunjukan, TV dan radio, musik, fotografi, apps & game, film-animasi-video, desain komunikasi visual, desain interior, fashion, desain produk, arsitektur, serta penerbitan.

Ekraf terus menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang positif dengan rata-rata pertumbuhan 5-7% per tahunnya. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memprediksi pendapatan domestik bruto (PDB) industri kreatif tahun 2018 mencapai 6,25%. Pertumbuhan itu diperkirakan akan mampu menyerap tenaga kerja hingga 16,70 juta orang. Sementara pada 2019 ditargetkan kontribusi ekraf terhadap PDB menjadi 12% dari 7,8% pada 2015. Jumlah penyerapan tenaga kerja diproyeksikan mencapai 17 juta orang.

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santoso Sungkari mengatakan, salah satu sektor industri kreatif yang potensinya sangat besar di tahun depan adalah arsitektur. Bekraf memasukkan arsitektur sebagai salah satu subsektor yang layak untuk dikelola secara lebih serius. "Sektor ini memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah kurangnya jumlah arsitek di Indonesia," ujarnya.

Berdasarkan data Ikatan Arsitek Indonesia, dari 250 juta penduduk Indonesia, hanya 15.000 orang yang berprofesi sebagai arsitek. "Tantangan lainnya adalah pengembang besar lebih banyak menggunakan arsitek asing daripada arsitek lokal," ungkap Santoso.

Di sisi lain, pelaku ekraf dituntut untuk terus melakukan inovasi agar mampu berdaya saing dan meningkatkan nilai tambah produknya sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih menyampaikan, dalam pengem bangan IKM, khususnya di bidang ekonomi kreatif, Kemenperin mengembangkan Bali Creative Industri Center (BCIC). BCIC sejak 2015 telah berkembang menjadi tempat berkumpulnya wirausaha dan inkubator kreatif, khususnya di bidang fashion, kriya, dan animasi.

"Pertumbuhan industri kriya dan fashion sebagai subsektor industri kreatif memiliki kontribusi yang besar dan terus meningkat terhadap perekonomian nasional," ujarnya.

Kemenperin mencatat, pada 2016 nilai ekspor kriya mencapai USD243 juta, sedangkan nilai ekspor fashion USD11,7 miliar. Sementara itu, berdasarkan laporan Global Competitiveness Report 2017-2018 dari World Economic Forum, Indonesia terus mengalami peningkatan daya saing produk kriya dan fashion dari posisi ke-41 menjadi peringkat ke-36 dari 138 negara. Untuk memperkuat kontribusi industri kriya dan fashion nasional, diperlukan inovasi dan penguasaan teknologi terkini.

"Pemerintah bertekad mendorong terciptanya wirausaha baru dan meningkatkan nilai tambah produk lokal agar mampu menembus pasar mancanegara. Perlu peran generasi muda dalam inovasi, penguasaan teknologi terkini, serta pemahaman tentang isu global terkini terkait dengan teknologi proses industri yang lebih efektif, efisien, dan eco-friendly product," paparnya.

Gati menilai, industri kreatif nasional telah mampu bersaing di pasar global. Kekuatan industri kreatif nasional terletak pada sumber bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan, didukung dengan keragaman corak dan desain produk yang berciri khas lokal serta ditunjang oleh para perajin yang cukup kompeten.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6425 seconds (0.1#10.140)