Fokus Bangun Pabrik, Phapros Gandeng Raksasa Farmasi Myanmar

Jum'at, 22 Desember 2017 - 09:56 WIB
Fokus Bangun Pabrik,...
Fokus Bangun Pabrik, Phapros Gandeng Raksasa Farmasi Myanmar
A A A
SEMARANG - PT Phapros Tbk menggandeng raksasa farmasi asal Myanmar Medi Myanmar Group melalui pembentukan usaha bersama (Join Venture) pengembangan bisnis farmasi dan alat kesehatan. Medi Myanmar Group merupakan salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Myanmar yang telah berdiri sejak tahun 1991 dengan bisnis utamanya adalah importasi, marketing dan distribusi produk-produk farmasi dari berbagai perusahaan ternama.

Medi Myanmar Group telah berhasil meregistrasi 530 produk baik etikal ataupun OTC yang keseluruhannya sudah sesuai dengan Myanmar FDA guideline dan ACTD. Direktur utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami yang akrab disapa Emmy mengatakan, Joint Venture yang dibentuk akan fokus pada pendirian pabrik.

Pada tahap awal, pabrik tersebut disiapkan untuk memproduksi tablet dan kapsul non antibiotik, sebelum kemudian secara perlahan masuk ke arah pengembangan parenteral. “Kami tengah siapkan kajiannya. Sambil menunggu pabrik beroperasi akan diijajaki peluang ekspor OTC atau obat bebas yang dapat dijual tanpa resep dokter,” ungkapnya.

Saat ini perusahaan yang memiliki 20 cabang yang tersebar di berbagai kota di Myanmar tersebut telah menyiapkan lahan di wilayah Yangon Industrial Estate seluas 2 Ha. “Kedua lahan tersebut diperiapkan sebagai lokasi pabrik yang akan dikerjasamakan,” ungkap Emmy.

Ia menambahkan, Phapros juga tengah melakukan penjajakan kerja sama dengan beberapa partner bisnis dan perusahaan farmasi Myanmar lainnya. “Kami coba jajaki kerja sama ekspor di Myanmar guna memperluas cakupan area distribusi Phapros yang sebelumnya sudah merambah negara-negara Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Afrika,” paparnya.

Sementara itu, menurut Komisaris utama PT Phapros Yana Aditya menyatakan, saat ini 90% produk farmasi yang beredar di Myanmar masih mengandalkan impor, dimana sebanyak 45% di antaranya didatangkan dari India, 35% dari Thailand, dan 10% dari Bangladesh dan Pakistan. "Banyak hal strategis yang dapat dikerjasamakan kedua belah pihak, mulai dari manufaktur, transfer teknologi, pengembangan SDM di bidang farmasi, hingga ekspor-impor," tegas Emmy.

Menurutnya, saat ini pangsa pasar farmasi di ASEAN masih terbuka lebar, berdasarkan data Kementerian Perindustrian total pasar farmasi ASEAN sebesar USD 17,4 miliar. Sebagai perbandingan, pada tahun 2017 nilai pasar produk farmasi di Indonesia sekitar USD 4,7 miliar atau setara 27 persen dari total pasar farmasi di ASEAN.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9838 seconds (0.1#10.140)