Deposito Dominasi Simpanan Bank di Jatim

Rabu, 03 Januari 2018 - 14:32 WIB
Deposito Dominasi Simpanan...
Deposito Dominasi Simpanan Bank di Jatim
A A A
SURABAYA - Perhimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan di Jawa Timur (Jatim) selama kuartal III/2017 mencapai Rp494,58 triliun. Dana tersebut didominasi simpanan dalam bentuk deposito yang mencapai Rp208,73 triliun atau 42,20% dari total DPK.

Disusul tabungan Rp199,15 triliun atau 40,27% dan giro Rp86,70 triliun. Kondisi ini menunjukkan bahwa deposito yang secara nilai nominal memiliki pangsa lebih besar dibanding tabungan.

Hal tersebut disebabkan penempatan deposito nasabah-nasabah besar di daerah dengan aktivitas ekonomi tinggi, seperti Surabaya dan Kediri. Sementara, tabungan menjadi jenis simpanan perbankan yang dominan di banyak kabupaten atau kota lainnya, sebagai simpanan mayoritas masyarakat.

"Penghimpunan dana perbankan sebagian besar dari kabupaten/kota dengan skala ekonomi yang besar seperti Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Gresik dan Sidoarjo," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah, Surabaya, Rabu (3/1/2018).

Menurutnya, daerah yang memiliki aktivitas perdagangan, industri dan jasa dengan intensitas tinggi, pusat pendidikan serta dan jumlah penduduk usia produktif yang banyak, memungkinkan penghimpunan dana yang jauh lebih besar.

Pertumbuhan DPK yang cukup tinggi umumnya terjadi di kabupaten/kota yang memiliki portofolio DPK masih kecil. "Pada triwulan III 2017, laju pertumbuhan DPK tertinggi terjadi di Kabupaten Malang, yaitu dari 45,62% menjadi 49,69%," imbuhnya.

Sementara itu beberapa kabupaten/kota mencatat perbaikan pertumbuhan, yakni Kabupaten Sampang dari -13,28% menjadi 0,67%, Kabupaten Mojokerto dari 5,03% menjadi 11,93% dan Kabupaten Pamekasan dari 1,91% menjadi 8,17%.

"Ini menunjukkan upaya perbaikan inklusi keuangan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk lebih mengenal dan memanfaatkan jasa perbankan, khususnya melalui penguatan budaya menabung," tutur Difi.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan di Jatim pada triwulan III/2017 masih dalam tingkat yang terjaga, yakni mencapai 3,26%.

Ini lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 3,14%. Berdasarkan kelompok bank, terjadi perbaikan rasio NPL pada kelompok bank umum syariah, yakni dari 4,79% menjadi 4,07%.

Sementara rasio NPL kelompok bank umum konvensional memburuk, dari 3,04% menjadi 3,20%. "Peningkatan rasio NPL kelompok bank umum konvensional, terutama disebabkan rasio NPL kredit modal kerja yang naik dari 3,72% menjadi 3,98%," kata Kepala Advisory Ekonomi dan Keuangan BI Jatim, Taufik Saleh.

Berdasarkan sektor ekonomi, pada triwulan III/2017 terjadi perbaikan rasio NPL di sektor pertanian, konstruksi dan transportasi. Penurunan NPL tertinggi terjadi pada sektor transportasi dari 2,92% menjadi 1,92%. NPL sektor industri pengolahan meningkat dari 3,52% menjadi 3,60%.

Pemicunya antara lain, tingginya komponen biaya seperti beban biaya tenaga kerja akibat kenaikan UMK dan biaya listrik, sehingga memengaruhi kapasitas membayar debitur.

"Berdasarkan jenis usahanya, pendorong NPL industri pengolahan berasal dari industri plastik dan karet buatan, industri bahan kimia, industri barang galian logam, serta industri penggergajian, pengawetan kayu, rotan dan bambu," terang Taufik.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0795 seconds (0.1#10.140)