Tersinggung Trump, Pakistan Ganti Dolar AS dengan Yuan China
A
A
A
ISLAMABAD - Hanya 24 jam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam untuk memotong bantuan dana ke Pakistan, Bank Sentral Pakistan langsung mengumumkan negaranya akan mengganti dolar AS dengan yuan untuk perdagangan dan investasi bilateral dengan Beijing.
Melansir dari CNBC, Kamis (4/1/2018), negara di Asia Selatan ini menyatakan akan semakin menjalin hubungan akrab dengan Republik Rakyat China, negara ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini.
Keputusan tersebut disambut baik oleh Beijing. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang membela rekam jejak Pakistan dalam memerangi terorisme. "Islamabad telah melakukan upaya dan pengorbanan yang hebat untuk memerangi terorisme," ujarnya.
China sendiri telah lama mengamati hubungan AS-Pakistan yang semakin tidak harmonis. Hal ini seiring dengan kebijakan Trump yang kian akrab dengan saingan utama Pakistan, yaitu India.
"Pakistan dan Amerika telah memiliki hubungan selama bertahun-tahun, namun kini terjadi perubahan besar, dan arahnya sekarang ke China," kata Direktur Regional Asia di Economist Intelligence Unit, Simon Baptist. Ia menambahkan China berusaha keras untuk memperkuat hubungan dengan Pakistan, diantaranya dengan investasi di bawah insiatif One Belt and One Road yang akan memberikan keuntungan geopolitik bagi China.
Belakangan ini, Beijing banyak menginvestasi dana demi pembangunan infrastruktur utama di Islamabad. Bahkan mereka membangun proyek besar senilai USD60 miliar yang dikenal sebagai Koridor Ekonomi China-Pakistan, salah satu bagian dari One Belt and One Road.
Sementara itu, warga Pakistan penerima beasiswa di Brookings, Madiha Afzal mengatakan bantuan AS ke Pakistan sudah menyusut dalam beberapa tahun terakhir. "Sedangkan China telah menjanjikan investasi USD57 miliar untuk investasi di bidang infrastruktur dan energi. Jadi Amerika kurang memanfaatkan Pakistan," katanya.
Menurut dia, hubungan Pakistan dengan China dan Amerika Serikat bukan soal kesetiaan, melainkan harus diperlakukan dengan bermartabat. Untuk bagian Beijing, kantor berita China Global Times mengatakan, China dan Pakistan kini menikmati kemitraan strategis atas dasar kerja sama.
Terlepas dari retorika yang mengeras antara Gedung Putih dan Islamabad, Menteri Luar Negeri Pakistan, Khawaja Asif mengatakan bahwa Pakistan dan Amerika akan terus bekerja sama pada tahun ini.
Melansir dari CNBC, Kamis (4/1/2018), negara di Asia Selatan ini menyatakan akan semakin menjalin hubungan akrab dengan Republik Rakyat China, negara ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini.
Keputusan tersebut disambut baik oleh Beijing. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang membela rekam jejak Pakistan dalam memerangi terorisme. "Islamabad telah melakukan upaya dan pengorbanan yang hebat untuk memerangi terorisme," ujarnya.
China sendiri telah lama mengamati hubungan AS-Pakistan yang semakin tidak harmonis. Hal ini seiring dengan kebijakan Trump yang kian akrab dengan saingan utama Pakistan, yaitu India.
"Pakistan dan Amerika telah memiliki hubungan selama bertahun-tahun, namun kini terjadi perubahan besar, dan arahnya sekarang ke China," kata Direktur Regional Asia di Economist Intelligence Unit, Simon Baptist. Ia menambahkan China berusaha keras untuk memperkuat hubungan dengan Pakistan, diantaranya dengan investasi di bawah insiatif One Belt and One Road yang akan memberikan keuntungan geopolitik bagi China.
Belakangan ini, Beijing banyak menginvestasi dana demi pembangunan infrastruktur utama di Islamabad. Bahkan mereka membangun proyek besar senilai USD60 miliar yang dikenal sebagai Koridor Ekonomi China-Pakistan, salah satu bagian dari One Belt and One Road.
Sementara itu, warga Pakistan penerima beasiswa di Brookings, Madiha Afzal mengatakan bantuan AS ke Pakistan sudah menyusut dalam beberapa tahun terakhir. "Sedangkan China telah menjanjikan investasi USD57 miliar untuk investasi di bidang infrastruktur dan energi. Jadi Amerika kurang memanfaatkan Pakistan," katanya.
Menurut dia, hubungan Pakistan dengan China dan Amerika Serikat bukan soal kesetiaan, melainkan harus diperlakukan dengan bermartabat. Untuk bagian Beijing, kantor berita China Global Times mengatakan, China dan Pakistan kini menikmati kemitraan strategis atas dasar kerja sama.
Terlepas dari retorika yang mengeras antara Gedung Putih dan Islamabad, Menteri Luar Negeri Pakistan, Khawaja Asif mengatakan bahwa Pakistan dan Amerika akan terus bekerja sama pada tahun ini.
(ven)