Ekonom Sebut Kepercayaan Investor Masih Rendah
A
A
A
JAKARTA - Peringkat Ease of Doing Business (EODB) Indonesia diakui memang terus membaik yang disertai peringkat daya saing turut menanjak naik. Meski begitu ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai investor melihat sektor riil seperti daya beli masih lesu.
Ditambah industri pengolahan seperti kehabisan tenaga dan banyak kebijakan seperti 16 paket kebijakan hanya macan kertas, lantaran belum terlihat dampaknya. “Ini yang membuat kepercayaan investor rendah,” ujar Bhima di Jakarta, Jumat (5/1).
Lebih lanjut Ia menerangkan, sehingga hanya reformasi soal perizinan investasi yang didorong tetapi sektor riil juga perlu diberikan stimulus. Sedangkan selama ini stimulus tidak berjalan efektif. “Buktinya janji harga gas industri murah sampai sekarang ternyata masih mahal bahkan dibanding negara yang tidak punya gas alam,” terang dia
Bhima juga menilai ada harapan di 2018 untuk memacu investasi lebih tinggi, tapi semuanya tergantung kebijakan pemerintah. Karena yang diharapkan jadi stimulus ekonomi ada dua yaitu belanja pemerintah dan ekspor.
“Untuk belanja pemerintah seperti bansos jangan telat disalurkan. Kemudian program padat karya harus segera jalan di awal tahun. Ini untuk memulihkan daya beli dan meningkatkan permintaan sektor ritel,” paparnya
Soal ekspor juga disarankan pemerintah harus lebih agresif membuka jalan ke negara alternatif. Menurutnya ekspor yang dipacu jangan sekedar komoditas mentah, namun produk jadi biar nilai tambahnya positif. “Terakhir jaga situasi politik dan kebijakan jangan aneh dan buat gaduh suasana sehingga tidak kondusif,” ujarnya.
Ditambah industri pengolahan seperti kehabisan tenaga dan banyak kebijakan seperti 16 paket kebijakan hanya macan kertas, lantaran belum terlihat dampaknya. “Ini yang membuat kepercayaan investor rendah,” ujar Bhima di Jakarta, Jumat (5/1).
Lebih lanjut Ia menerangkan, sehingga hanya reformasi soal perizinan investasi yang didorong tetapi sektor riil juga perlu diberikan stimulus. Sedangkan selama ini stimulus tidak berjalan efektif. “Buktinya janji harga gas industri murah sampai sekarang ternyata masih mahal bahkan dibanding negara yang tidak punya gas alam,” terang dia
Bhima juga menilai ada harapan di 2018 untuk memacu investasi lebih tinggi, tapi semuanya tergantung kebijakan pemerintah. Karena yang diharapkan jadi stimulus ekonomi ada dua yaitu belanja pemerintah dan ekspor.
“Untuk belanja pemerintah seperti bansos jangan telat disalurkan. Kemudian program padat karya harus segera jalan di awal tahun. Ini untuk memulihkan daya beli dan meningkatkan permintaan sektor ritel,” paparnya
Soal ekspor juga disarankan pemerintah harus lebih agresif membuka jalan ke negara alternatif. Menurutnya ekspor yang dipacu jangan sekedar komoditas mentah, namun produk jadi biar nilai tambahnya positif. “Terakhir jaga situasi politik dan kebijakan jangan aneh dan buat gaduh suasana sehingga tidak kondusif,” ujarnya.
(akr)