Kerugian Petani Bawang Disebut Bencana Ekonomi

Minggu, 21 Januari 2018 - 08:36 WIB
Kerugian Petani Bawang Disebut Bencana Ekonomi
Kerugian Petani Bawang Disebut Bencana Ekonomi
A A A
BREBES - Kerugian petani akibat anjloknya harga di saat panen maupun hadirnya produk pertanian impor dinilai sebagai sebuah bencana ekonomi. Bakal Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said menerangkan pasalnya jutaan petani menderita kerugian ekonomi yang sangat besar akibat anjloknya harga dan masuknya produk impor.

"Ini bencana ekonomi. Pemerintah harus turun tangan dan harus menunjukkan keberpihakannya pada petani. Sebagaimana bencana yang lainnya, perlu ada penyelamatan agar nasib petani tidak makin terpuruk," terangnya saat bertemu dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bawang di Brebes.

Dalam kesempatan itu, Sudirman Said juga mendengar banyak keluhan petani bawang Brebes. Para petani mengaku sudah mengadukan kondisi tersebut termasuk ke pemerintah pusat. Namun belum ada solusi untuk menyelamatkan petani bawang dari keterpurukan harga.

"Karena itu kami mengadu kepada Pak Sudirman Said sebagai calon pemimpin Jawa Tengah. Kalau nanti terpilih harus memperhatikan nasib petani," kata Ketua Gapoktan Bawang Brebes, Aning wiyono.

Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Bawang Indonesia, Juwari. Menurutnya terpuruknya harga bawang merah saat panen bukan kali ini saja. "Setiap musim panen kondisi seperti ini berulang. Tapi selalu tidak ada solusi yang baik untuk petani," tandasnya.

Menjawab keluhan para petani bawang tersebut, Sudirman Said menyampaikan, saat ini dirinya belum punya wewenang apa-apa untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi petani, baik petani bawang maupun petani padi yang tengah menghadapi ancaman beras impor.

"Sekarang saya baru bisa urun rembug mencari solusi. Tetapi kalau saya terpilih saya punya program untuk memuliakan petani. Saya akan larang beras impor masuk Jawa Tengah. Dan saya akan mendorong manajemen paska panen agar harga komoditi pertanian terjaga," tegasnya.

Terang dia sebagai negara agaris dengan sebagian besar penduduknya adalah petani, maka sewajarnyalah jika petani mendapat perhatian khusus. Ia menambahkan, komoditi pertanian yang dihasilkan petani dalam negeri menurutnya harus diproteksi. Ditambah Bulog harus turun tangan menampung hasil panen petani.

"Dalam kasus beras misalnya, stok Bulog harus disegarkan. Stok yang lama harus dikeluarkan diganti dengan stok baru dari hasil panen petani, bukan dari beras impor," sambungnya.

Terkait dengan bawang, mungkin saja Bulog sudah turun tangan. Namun pembeliannya masih belum bisa menolong petani. "Mungkin Bulog sedang mempersiapkan infrastruktur untuk penyimpanan bawang. Kita berharap ke depan Bulog bisa lebih berperan dalam menyelamatkan harga bawang yang setiap tahun selalu jatuh di saat panen," tandas mantan Menteri ESDM tersebut.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3394 seconds (0.1#10.140)