Apkrindo: Masyarakat Jatim Kurangi Makan di Restoran Mahal
A
A
A
SURABAYA - Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia Jawa Timur (Apkrindo Jatim) menilai masyarakat saat ini cenderung mengurangi konsumsi makanan mahal serta menurunkan biaya untuk makan di restoran.
Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono mengatakan, tahun lalu setidaknya sudah ada lima restoran yang tutup. Usaha restoran yang tutup tersebut kebanyakan adalah restoran dengan segmen harga Rp300.000-Rp500.000/orang.
Menurut dia, hal itu menandakan masyarakat saat ini cenderung mengurangi konsumsi makanan yang mahal. Karena itu, sambung dia, kini yang banyak bertumbuh adalah usaha restoran segmen menengah yang pasarnya masih terbuka lebar.
"Masyarakat yang dulu sering makan (di restoran) dengan harga mulai Rp75.000-Rp100.000/orang, turun menjadi Rp50.000-Rp75.000/orang," katanya.
Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan III/2017 melambat, dari 9,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 6,5% (yoy).
Perlambatan kinerja lapangan usaha ini pada periode tersebut didorong oleh penurunan konsumsi makanan dan minuman dari 4,5% (yoy) serta konsumsi restoran dan hotel dari 6,0% (yoy) di tahun sebelumnya, menjadi 4,1% (yoy).
"Perlambatan kinerja sektor makanan minuman ini didorong perlambatan konsumsi swasta dan mitra dagang domestik Jatim. Ini seiring dengan berlalunya momen Ramadhan dan Idul Fitri," kata Kepala KPBI Jatim, Difi Ahmad Johansyah.
Namun, perlambatan yang lebih dalam dari lapangan usaha ini tertahan oleh perbaikan di sektor pariwisata yang turut mendukung sektor akomodasi. Peningkatan kinerja pariwisata Jawa Timur tercermin dari peningkatan jumlah wisatawan asing (wisman) yang masuk melalui Bandara Juanda. Pada triwulan III/2017, jumlah wisman yang melalui Bandar Udara Juanda sebanyak 723.000 orang atau naik 21,8% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini sejalan dengan masuknya musim gugur dan dingin di negara-negara belahan bumi utara serta berlangsungnya beberapa gelaran acara di Jatim, antara lain festival di Banyuwangi.
Peningkatan jumlah wisman tersebut diiringi dengan kenaikan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Jawa Timur yang tercatat sebesar 60,1% di triwulan III/2017, dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 55,8%.
"Sejalan dengan perlambatan lapangan usaha penyediaan makan minum dan akomodasi, kinerja penyaluran kredit lapangan usaha ini turut melambat," jelas Difi.
Dia mengungkapkan, penyaluran kredit ke sektor penyediaan akomodasi dan makan minum di triwulan III/2017 mencapai Rp6,5 triliun, hanya tumbuh 7,1% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,1% (yoy). Meskipun demikian, volume kredit untuk sektor ini masih sangat kecil, yaitu hanya 1,3% dari total penyaluran kredit perbankan Jatim.
"Sehingga masih terdapat ruang bagi perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit ke lapangan usaha ini," pungkasnya.
Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono mengatakan, tahun lalu setidaknya sudah ada lima restoran yang tutup. Usaha restoran yang tutup tersebut kebanyakan adalah restoran dengan segmen harga Rp300.000-Rp500.000/orang.
Menurut dia, hal itu menandakan masyarakat saat ini cenderung mengurangi konsumsi makanan yang mahal. Karena itu, sambung dia, kini yang banyak bertumbuh adalah usaha restoran segmen menengah yang pasarnya masih terbuka lebar.
"Masyarakat yang dulu sering makan (di restoran) dengan harga mulai Rp75.000-Rp100.000/orang, turun menjadi Rp50.000-Rp75.000/orang," katanya.
Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan III/2017 melambat, dari 9,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 6,5% (yoy).
Perlambatan kinerja lapangan usaha ini pada periode tersebut didorong oleh penurunan konsumsi makanan dan minuman dari 4,5% (yoy) serta konsumsi restoran dan hotel dari 6,0% (yoy) di tahun sebelumnya, menjadi 4,1% (yoy).
"Perlambatan kinerja sektor makanan minuman ini didorong perlambatan konsumsi swasta dan mitra dagang domestik Jatim. Ini seiring dengan berlalunya momen Ramadhan dan Idul Fitri," kata Kepala KPBI Jatim, Difi Ahmad Johansyah.
Namun, perlambatan yang lebih dalam dari lapangan usaha ini tertahan oleh perbaikan di sektor pariwisata yang turut mendukung sektor akomodasi. Peningkatan kinerja pariwisata Jawa Timur tercermin dari peningkatan jumlah wisatawan asing (wisman) yang masuk melalui Bandara Juanda. Pada triwulan III/2017, jumlah wisman yang melalui Bandar Udara Juanda sebanyak 723.000 orang atau naik 21,8% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini sejalan dengan masuknya musim gugur dan dingin di negara-negara belahan bumi utara serta berlangsungnya beberapa gelaran acara di Jatim, antara lain festival di Banyuwangi.
Peningkatan jumlah wisman tersebut diiringi dengan kenaikan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Jawa Timur yang tercatat sebesar 60,1% di triwulan III/2017, dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 55,8%.
"Sejalan dengan perlambatan lapangan usaha penyediaan makan minum dan akomodasi, kinerja penyaluran kredit lapangan usaha ini turut melambat," jelas Difi.
Dia mengungkapkan, penyaluran kredit ke sektor penyediaan akomodasi dan makan minum di triwulan III/2017 mencapai Rp6,5 triliun, hanya tumbuh 7,1% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,1% (yoy). Meskipun demikian, volume kredit untuk sektor ini masih sangat kecil, yaitu hanya 1,3% dari total penyaluran kredit perbankan Jatim.
"Sehingga masih terdapat ruang bagi perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit ke lapangan usaha ini," pungkasnya.
(fjo)