Optimalkan Jalur Udara Selatan Jawa, Tiga Bandara Jadi Perhatian
A
A
A
TASIKMALAYA - Optimalisasi jalur udara bagian selatan Pulau Jawa diharapkan memacu perekonomian di wilayah tersebut. Otoritas penerbangan pun terus berupaya memperbaiki layanan mulai dari sisi darat maupun udara.
Setidaknya ada tiga bandara di wilayah selatan yang kini mendapat perhatian otoritas berwenang, yakni Bandara Wiriadinata Tasikmalaya, Bandara Wirasaba di Purbalingga, dan Bandara New Yogyakarta International Airport Kulonprogo. Ketiga bandara tersebut diharapkan menjadi alternatif selain rute udara bagian utara yang sudah padat dengan 4.000 penerbangan setiap bulannya.
Bandara lain yang akan dikembangkan ke depannya adalah Bandara Nusawiru di Pangandaran, Tunggul Wulung di Cilacap, serta bandara pendukung lainnya yang selama ini sudah operasi, seperti Abdul Rahman Saleh di Malang. "Layanan navigasi penerbangan pada sejumlah penerbangan di jalur selatan juga dimaksudkan untuk mendorong multiplier effect sehingga memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi di daerah," ujar Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto dalam sebuah diskusi di Tasikmalaya, Jawa Barat, pekan lalu.
Dia menambahkan, Airnav Indonesia atau Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) mendukung program pemerintah mengoptimalkan bandara-bandara di jalur selatan Jawa, termasuk membuka secara aktif jalur udara selatan Jawa. "Ada tiga bandara yang menjadi perhatian kami untuk ditingkatkan di level pelayanan navigasi penerbangan, yakni Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Purbalingga," ujar dia.
Khusus Bandara Wiriadinata, kata Novie, akan dikembangkan dengan merenovasi tower navigasi, memperbaiki, dan meng-update tower bandara. Sedangkan Bandara Wirasaba di Purbalingga dikembangkan dengan pengembangan bandara baru melalui koordinasi bersama TNI AU, pemerintah daerah, serta pengelola bandar udara. Bandara ini direncanakan berope rasi pada Desember 2019. "Adapun untuk Bandara Kulonprogo kami telah mengalokasikan dana senilai Rp79,6 miliar untuk investasi bangunan tower serta peralatan fasilitas pendukung," ungkapnya.
Langkah strategis lain yang dilakukan Airnav Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di selatan Jawa adalah dengan membuka rute penerbangan selatan Jawa (Tango One) sejak 12 Oktober 2017 lalu. Menurut Novie, rute ini merupakan rute penerbangan domestik pertama yang berbasis satelit. "Rute Tango One ini adalah rute domestik berbasis performance based navigation (PBN) pertama di Indonesia. Selama ini rute berbasis PBN baru mencakup rute internasional saja. Dengan menggunakan satelit sebagai basis utama navigasi, pengaturan lalu lintas penerbangan akan menjadi lebih presisi dan akurat," ujarnya.
Novie menjelaskan, rute selatan Jawa ini perlu dibuat karena penerbangan di sisi utara Pulau Jawa yang meliputi Jakarta-Surabaya-Bali merupakan rute penerbangan domestik terpadat di Indonesia. Menurutnya, sudah menjadi tugas Airnav Indonesia untuk mengawal keselamatan penerbangan dengan meningkatkan kapasitas ruang udara dan efisiensi penerbangan melalui optimalisasi alternatif jalur lain, yakni jalur selatan Jawa.
"Kami menggunakan konsep flexible used of airspace (FUA), yakni membagi penggunaan ruang udara untuk kepentingan sipil dan militer," kata dia.
Kepala Bagian Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agoes Soebagyo mengatakan, akan menyasar potensi jalur udara di selatan Pulau Jawa dengan mengembangkan bandara-bandara yang ada di jalur selatan. Dia juga mengatakan, selama ini konektivitas jalur udara masih terpusat di wilayah utara.
"Kita akan mengaktifkan kembali jumlah bandara yang ada di wilayah selatan, salah satunya adalah Bandara Wiriadinata. Bandara ini memang sudah aktif setahun lalu di mana diterbangi satu maskapai. Pengembangannya berupa perpanjangan runway bandara dari 1.400 menjadi 1.500 meter," ungkap dia.
Dia menambahkan, pihaknya berencana membangun bandar udara baru di wilayah selatan Pulau Jawa yang diharapkan bisa mendukung jalur tersebut di antaranya Bandara Pandeglang, Bandara Sukabumi, Bandara Kulonprogo, Yogyakarta, serta Bandara Kediri dan Tulungagung.
Menurutnya, saat ini konektivitas udara wilayah di jalur selatan Pulau Jawa belum terhubung baik. Sebelumnya sudah ada upaya menghubungkan kota-kota di jalur selatan melalui pembangunan jalur jalan lintas selatan dan jalur kereta api, tapi dampaknya belum bagi masyarakat sekitar. Dia berharap dengan dibukanya jalur udara bagian selatan Jawa, pertumbuhan ekonomi di kota-kota yang berada di selatan Pulau Jawa bisa lebih baik seperti halnya di jalur utara Jawa.
Setidaknya ada tiga bandara di wilayah selatan yang kini mendapat perhatian otoritas berwenang, yakni Bandara Wiriadinata Tasikmalaya, Bandara Wirasaba di Purbalingga, dan Bandara New Yogyakarta International Airport Kulonprogo. Ketiga bandara tersebut diharapkan menjadi alternatif selain rute udara bagian utara yang sudah padat dengan 4.000 penerbangan setiap bulannya.
Bandara lain yang akan dikembangkan ke depannya adalah Bandara Nusawiru di Pangandaran, Tunggul Wulung di Cilacap, serta bandara pendukung lainnya yang selama ini sudah operasi, seperti Abdul Rahman Saleh di Malang. "Layanan navigasi penerbangan pada sejumlah penerbangan di jalur selatan juga dimaksudkan untuk mendorong multiplier effect sehingga memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi di daerah," ujar Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto dalam sebuah diskusi di Tasikmalaya, Jawa Barat, pekan lalu.
Dia menambahkan, Airnav Indonesia atau Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) mendukung program pemerintah mengoptimalkan bandara-bandara di jalur selatan Jawa, termasuk membuka secara aktif jalur udara selatan Jawa. "Ada tiga bandara yang menjadi perhatian kami untuk ditingkatkan di level pelayanan navigasi penerbangan, yakni Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Purbalingga," ujar dia.
Khusus Bandara Wiriadinata, kata Novie, akan dikembangkan dengan merenovasi tower navigasi, memperbaiki, dan meng-update tower bandara. Sedangkan Bandara Wirasaba di Purbalingga dikembangkan dengan pengembangan bandara baru melalui koordinasi bersama TNI AU, pemerintah daerah, serta pengelola bandar udara. Bandara ini direncanakan berope rasi pada Desember 2019. "Adapun untuk Bandara Kulonprogo kami telah mengalokasikan dana senilai Rp79,6 miliar untuk investasi bangunan tower serta peralatan fasilitas pendukung," ungkapnya.
Langkah strategis lain yang dilakukan Airnav Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di selatan Jawa adalah dengan membuka rute penerbangan selatan Jawa (Tango One) sejak 12 Oktober 2017 lalu. Menurut Novie, rute ini merupakan rute penerbangan domestik pertama yang berbasis satelit. "Rute Tango One ini adalah rute domestik berbasis performance based navigation (PBN) pertama di Indonesia. Selama ini rute berbasis PBN baru mencakup rute internasional saja. Dengan menggunakan satelit sebagai basis utama navigasi, pengaturan lalu lintas penerbangan akan menjadi lebih presisi dan akurat," ujarnya.
Novie menjelaskan, rute selatan Jawa ini perlu dibuat karena penerbangan di sisi utara Pulau Jawa yang meliputi Jakarta-Surabaya-Bali merupakan rute penerbangan domestik terpadat di Indonesia. Menurutnya, sudah menjadi tugas Airnav Indonesia untuk mengawal keselamatan penerbangan dengan meningkatkan kapasitas ruang udara dan efisiensi penerbangan melalui optimalisasi alternatif jalur lain, yakni jalur selatan Jawa.
"Kami menggunakan konsep flexible used of airspace (FUA), yakni membagi penggunaan ruang udara untuk kepentingan sipil dan militer," kata dia.
Kepala Bagian Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agoes Soebagyo mengatakan, akan menyasar potensi jalur udara di selatan Pulau Jawa dengan mengembangkan bandara-bandara yang ada di jalur selatan. Dia juga mengatakan, selama ini konektivitas jalur udara masih terpusat di wilayah utara.
"Kita akan mengaktifkan kembali jumlah bandara yang ada di wilayah selatan, salah satunya adalah Bandara Wiriadinata. Bandara ini memang sudah aktif setahun lalu di mana diterbangi satu maskapai. Pengembangannya berupa perpanjangan runway bandara dari 1.400 menjadi 1.500 meter," ungkap dia.
Dia menambahkan, pihaknya berencana membangun bandar udara baru di wilayah selatan Pulau Jawa yang diharapkan bisa mendukung jalur tersebut di antaranya Bandara Pandeglang, Bandara Sukabumi, Bandara Kulonprogo, Yogyakarta, serta Bandara Kediri dan Tulungagung.
Menurutnya, saat ini konektivitas udara wilayah di jalur selatan Pulau Jawa belum terhubung baik. Sebelumnya sudah ada upaya menghubungkan kota-kota di jalur selatan melalui pembangunan jalur jalan lintas selatan dan jalur kereta api, tapi dampaknya belum bagi masyarakat sekitar. Dia berharap dengan dibukanya jalur udara bagian selatan Jawa, pertumbuhan ekonomi di kota-kota yang berada di selatan Pulau Jawa bisa lebih baik seperti halnya di jalur utara Jawa.
(amm)