Kunci Sukses Nvidia, Inovasi Tiada Henti
A
A
A
DIKENAL sebagai produsen prosesor dan kartu grafis, Nvidia Corporation terus berinovasi mengembangkan bisnisnya hingga merambah produk kecerdasan buatan dan mobil tanpa awak. Saham perusahaan asal AS ini juga terus melesat.
Mengawali tahun ini saham Nvidia terus meningkat hampir setiap hari. Pada akhir Januari saham Nvidia naik sekitar 6,76%. Hal itu menunjukkan bisnis produk Graphics Processing Unit (GPU) dan Central Processing Unit (CPU) masih sangat menjanjikan. Sebelumnya sejumlah investor khawatir industri GPU dan CPU akan mengalami penurunan akibat meningkatnya serangan virus dalam skala besar seperti WannaCry. Lebih dari 300.000 komputer dari 150 negara terjangkit virus tersebut. Kerugian yang ditimbulkan juga tidak sedikit, yakni mencapai hingga miliaran dolar.
Namun, Nvidia mampu menjawab tantangan itu dengan merancang CPU yang mampu mengatasi potensi eksploitasi. Nvidia juga mulai merambah sektor Kecerdasan Buatan (AI), analisis Big Data, dan aplikasi Kendaraan Autonomous yang membuat peluang bisnis mereka semakin besar dan lebih luas dari AMD. Semua aplikasi yang dibuat juga dilengkapi teknologi canggih Nvidia yang sudah 28 tahun berpengalaman di bidang teknologi komputer.
Dengan inovasi yang tinggi, Nvidia berhasil menjaga performa mereka. Dalam 52 pekan terakhir, saham Nvidia naik sekitar 120% dan dipuji oleh para ahli ekonomi. Bank of America Merrill Lynch (BofAML) juga menyatakan saham Nvidia akan melambung tinggi pada tahun ini menyusul menguatnya siklus bisnis GPU. Bahkan, diprediksi mencapai titik tertinggi. Hal itu juga disebabkan penjualan produk Nvidia yang terus tumbuh berkali-kali lipat dan memimpin sektor teknologi komputer.
Selama setahun terakhir Nvidia menjadi salah satu perusahaan yang memiliki performa bagus di bursa saham. Sahamnya naik 113% dengan return S&P 500 sekitar 24%. "Valuasi Nvidia mencapai level premium. Kami yakin ini terjadi karena mereka merupakan pemain dominan," ujar Vivek Arya dari BofAML, dikutip CNBC.
Arya melanjutkan, Nvidia masih memiliki peluang bisnis yang sangat besar. Secara terpisah, console game Nintendo Switch yang menggunakan processor Nvidia senilai USD40 juga pernah meraup sukses. Nintendo menjadi console dengan penjualan terbesar di pasar Amerika Serikat (AS) selama 10 bulan peluncurannya.
Sejumlah pakar lain menilai Nvidia harus menahan diri dan tidak terlalu berbangga diri dengan nilai sahamnya. Sebab, mereka akan diguncang musibah besar saat ditinggalkan investor. Glen Bronworth yang terkenal percaya diri atas keputusannya juga memangkas kepemilikan saham di Nvidia dari 48% menjadi 19,8%. Pemilik saham terbesar Nvidia lainnya, Nate Pile (16,3%), juga menjual beberapa sahamnya di Nvidia untuk membeli saham di MannKind, Apple, dan Celgene. Meski sahamnya dipangkas, dia tetap menjadi pemegang saham terbesar kedua di Nvidia. Wayne Himelsein juga menjual sahamnya di Nvidia pada bulan lalu.
Nvidia saat ini sedang mencoba mengembangkan bisnis AI. Baru-baru ini, bersama anak perusahaan GE, Baker Hughes, Nvidia ingin menciptakan AI yang dapat diterapkan di industri minyak dan gas. Sistem ini meliputi pencarian sumber minyak, pengambilan minyak, pengilangan minyak, dan pengiriman minyak. Nvidia akan menggunakan teknologi GPU terbarunya, termasuk superkomputer Nvidia DGX-1 yang sangat terkenal. Nvidia DGX-1 menjadi pusat data superbesar, berkemampuan mengolah data dengan supercepat, dan dapat melakukan learning processing secara lokal, bukan routing melalui cloud, dengan Jetson AI.
Kemampuan penuh Nvidia itu yang menjadi pertimbangan utama Baker Hughes. Mereka dapat membantu mengatasi permasalahan computing secara masif melalui simulasi dan pemrosesan data, juga mencari titik pengeboran minyak dan aktivitas seismik di lokasi pengeboran. Namun, mereka butuh platform lain di darat. Tujuan penggunaan AI ini ialah untuk memaksimalkan pengambilan jumlah sumber daya alam dan meminimalisasi pengeluaran dana. Meski begitu, sistem teknologi yang ditawarkan Nvidia harus bisa dijaga dan dirawat secara rutin dan teratur. Sebab, jika mengalami malfungsi, dampaknya akan dirasakan secara luas.
Nvidia juga mulai mewarnai pengembangan mobil self-driving. Selama ajang Consumer Electronic Show (CES) 2018 di Las Vegas, Nvidia menegaskan kembali kesungguhan mereka dalam merambah pasar bernilai miliaran dolar itu. Nvidia telah menjalin kerja sama dengan Volkswagen, Baidu, ZF, dan Uber. Pengumuman kerja sama antara Nvidia dan Uber terkesan hanya untuk formalitas mengingat Nvidia sudah menjual banyak teknologinya ke Uber, termasuk komputer mobil Nvidia Drive PX.
Teknologi Nvidia Xavier juga kabarnya akan dibeli ZF dan Baidu untuk memasarkan mobil self-driving mereka di pasar China. Selain itu, Nvidia akan memasok Dive PX IX kepada Volkswagen yang disebut memiliki tingkat keamanan lebih tinggi. "Dalam beberapa tahun, setiap mobil baru diperkirakan akan membutuhkan bantuan AI untuk pengenalan suara, gesture, dan wajah. Nvidia akan membuat hal itu menjadi kenyataan," ungkap Nvidia.
Kolaborasi itu, ditambah adanya 200 perusahaan yang sudah menggunakan Nvidia Dirve PX, menempatkan Nvidia sebagai perusahaan teknologi terdepan dalam pengembangan mobil self-driving. Namun, sumber penghasilan terbesar Nvidia masih berasal dari gaming. Revenue dari penjualan Drive PX masih relatif kecil.
Mengawali tahun ini saham Nvidia terus meningkat hampir setiap hari. Pada akhir Januari saham Nvidia naik sekitar 6,76%. Hal itu menunjukkan bisnis produk Graphics Processing Unit (GPU) dan Central Processing Unit (CPU) masih sangat menjanjikan. Sebelumnya sejumlah investor khawatir industri GPU dan CPU akan mengalami penurunan akibat meningkatnya serangan virus dalam skala besar seperti WannaCry. Lebih dari 300.000 komputer dari 150 negara terjangkit virus tersebut. Kerugian yang ditimbulkan juga tidak sedikit, yakni mencapai hingga miliaran dolar.
Namun, Nvidia mampu menjawab tantangan itu dengan merancang CPU yang mampu mengatasi potensi eksploitasi. Nvidia juga mulai merambah sektor Kecerdasan Buatan (AI), analisis Big Data, dan aplikasi Kendaraan Autonomous yang membuat peluang bisnis mereka semakin besar dan lebih luas dari AMD. Semua aplikasi yang dibuat juga dilengkapi teknologi canggih Nvidia yang sudah 28 tahun berpengalaman di bidang teknologi komputer.
Dengan inovasi yang tinggi, Nvidia berhasil menjaga performa mereka. Dalam 52 pekan terakhir, saham Nvidia naik sekitar 120% dan dipuji oleh para ahli ekonomi. Bank of America Merrill Lynch (BofAML) juga menyatakan saham Nvidia akan melambung tinggi pada tahun ini menyusul menguatnya siklus bisnis GPU. Bahkan, diprediksi mencapai titik tertinggi. Hal itu juga disebabkan penjualan produk Nvidia yang terus tumbuh berkali-kali lipat dan memimpin sektor teknologi komputer.
Selama setahun terakhir Nvidia menjadi salah satu perusahaan yang memiliki performa bagus di bursa saham. Sahamnya naik 113% dengan return S&P 500 sekitar 24%. "Valuasi Nvidia mencapai level premium. Kami yakin ini terjadi karena mereka merupakan pemain dominan," ujar Vivek Arya dari BofAML, dikutip CNBC.
Arya melanjutkan, Nvidia masih memiliki peluang bisnis yang sangat besar. Secara terpisah, console game Nintendo Switch yang menggunakan processor Nvidia senilai USD40 juga pernah meraup sukses. Nintendo menjadi console dengan penjualan terbesar di pasar Amerika Serikat (AS) selama 10 bulan peluncurannya.
Sejumlah pakar lain menilai Nvidia harus menahan diri dan tidak terlalu berbangga diri dengan nilai sahamnya. Sebab, mereka akan diguncang musibah besar saat ditinggalkan investor. Glen Bronworth yang terkenal percaya diri atas keputusannya juga memangkas kepemilikan saham di Nvidia dari 48% menjadi 19,8%. Pemilik saham terbesar Nvidia lainnya, Nate Pile (16,3%), juga menjual beberapa sahamnya di Nvidia untuk membeli saham di MannKind, Apple, dan Celgene. Meski sahamnya dipangkas, dia tetap menjadi pemegang saham terbesar kedua di Nvidia. Wayne Himelsein juga menjual sahamnya di Nvidia pada bulan lalu.
Nvidia saat ini sedang mencoba mengembangkan bisnis AI. Baru-baru ini, bersama anak perusahaan GE, Baker Hughes, Nvidia ingin menciptakan AI yang dapat diterapkan di industri minyak dan gas. Sistem ini meliputi pencarian sumber minyak, pengambilan minyak, pengilangan minyak, dan pengiriman minyak. Nvidia akan menggunakan teknologi GPU terbarunya, termasuk superkomputer Nvidia DGX-1 yang sangat terkenal. Nvidia DGX-1 menjadi pusat data superbesar, berkemampuan mengolah data dengan supercepat, dan dapat melakukan learning processing secara lokal, bukan routing melalui cloud, dengan Jetson AI.
Kemampuan penuh Nvidia itu yang menjadi pertimbangan utama Baker Hughes. Mereka dapat membantu mengatasi permasalahan computing secara masif melalui simulasi dan pemrosesan data, juga mencari titik pengeboran minyak dan aktivitas seismik di lokasi pengeboran. Namun, mereka butuh platform lain di darat. Tujuan penggunaan AI ini ialah untuk memaksimalkan pengambilan jumlah sumber daya alam dan meminimalisasi pengeluaran dana. Meski begitu, sistem teknologi yang ditawarkan Nvidia harus bisa dijaga dan dirawat secara rutin dan teratur. Sebab, jika mengalami malfungsi, dampaknya akan dirasakan secara luas.
Nvidia juga mulai mewarnai pengembangan mobil self-driving. Selama ajang Consumer Electronic Show (CES) 2018 di Las Vegas, Nvidia menegaskan kembali kesungguhan mereka dalam merambah pasar bernilai miliaran dolar itu. Nvidia telah menjalin kerja sama dengan Volkswagen, Baidu, ZF, dan Uber. Pengumuman kerja sama antara Nvidia dan Uber terkesan hanya untuk formalitas mengingat Nvidia sudah menjual banyak teknologinya ke Uber, termasuk komputer mobil Nvidia Drive PX.
Teknologi Nvidia Xavier juga kabarnya akan dibeli ZF dan Baidu untuk memasarkan mobil self-driving mereka di pasar China. Selain itu, Nvidia akan memasok Dive PX IX kepada Volkswagen yang disebut memiliki tingkat keamanan lebih tinggi. "Dalam beberapa tahun, setiap mobil baru diperkirakan akan membutuhkan bantuan AI untuk pengenalan suara, gesture, dan wajah. Nvidia akan membuat hal itu menjadi kenyataan," ungkap Nvidia.
Kolaborasi itu, ditambah adanya 200 perusahaan yang sudah menggunakan Nvidia Dirve PX, menempatkan Nvidia sebagai perusahaan teknologi terdepan dalam pengembangan mobil self-driving. Namun, sumber penghasilan terbesar Nvidia masih berasal dari gaming. Revenue dari penjualan Drive PX masih relatif kecil.
(amm)