Perdagangan Menjadi Penggerak Masa Depan Ekonomi Asia Pasifik

Sabtu, 03 Februari 2018 - 04:11 WIB
Perdagangan Menjadi Penggerak Masa Depan Ekonomi Asia Pasifik
Perdagangan Menjadi Penggerak Masa Depan Ekonomi Asia Pasifik
A A A
JAKARTA - Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan yang memiliki potensi ekonomi besar. Data terbaru Grant Thornton bertajuk "Asia Pacific: trading and thriving" mencatat, pergerakan ekonomi di kawasan ini tumbuh positif, yang tergambar dari level optimisme bisnis yang mencapai titik tertinggi selama 2 tahun terakhir, yaitu di angka 41%.

Perekonomian Asia Pasifik yang cukup dinamis ini, terutama ditopang oleh dua kekuatan ekonomi dunia, China dan Jepang, ditambah juga dengan meningkatnya perdagangan di negara-negara Asia Pasifik.

Hasil survei juga mencatat, 46% pelaku bisnis percaya program One Belt, One Road yang diinisiasi Pemerintah China dengan biaya USD5 triliun untuk program infrastruktur di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika akan menjanjikan cerahnya kesempatan pertumbuhan ekonomi.

Optimisme bisnis di Asia Pasifik juga didorong fakta, bahwa 50% dari pelaku bisnis memiliki keyakinan cukup tinggi akan stabilitas kondisi geopolitik di kawasan Asia Pasifik, di mana tentunya akan menciptakan iklim bisnis kondusif untuk perdagangan bebas, setidaknya dalam lima tahun mendatang.

Riset Grant Thornton menunjukkan, beberapa kemitraan perdagangan antar negara seperti Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dibentuk tahun 2015, turut mendorong tumbuhnya kesempatan bisnis. Selain itu, Kemitraan Trans Pasifik juga dianggap mampu memperkuat hubungan dagang dan ekspor antar negara anggota walaupun Amerika Serikat menarik dukungannya tahun lalu.

Meski data pendukung tersebut terlihat positif dan meyakinkan, namun Grant Thornton memberi tanda yang harus diwaspadai, mengenai ancaman yang mampu memengaruhi pesatnya pertumbuhan ekonomi maupun optimisme bisnis di kawasan Asia Pasifik.

"Bisnis di seluruh wilayah bergulat dengan berbagai tantangan ekonomi, budaya dan politik. Meskipun data-data pendukung masih positif, jika tantangan tersebut dibiarkan tidak tertangani, tentunya dapat menghalangi prospek pertumbuhan yang telah diidentifikasi oleh laporan terbaru kami," ujar Rodger Flynn, Grant Thornton Regional Head of Asia Pacific, Jakarta, Jumat (2/2/2018).

Flynn juga menegaskan pentingnya pelaku bisnis untuk memiliki rencana cadangan terkait perjanjian dagang, baik dari skala global hingga regional untuk memanfaatkan peluang perdagangan secara optimal.

Grant Thornton mencatat ada tiga ancaman yang mampu mengganggu stabilitas perekonomian kawasan ini, di antaranya populasi yang menua. Selama dua tahun terakhir dianggap sebagai ancaman yang paling besar (diyakini oleh 33% pelaku bisnis di tahun ini).

Selain itu, konflik regional terkait sengketa kawasan dianggap berpotensi menjadi ancaman besar dikarenakan ketidakpastian cara para pemimpin negara untuk menyelesaikan perselisihan, juga akan berpengaruh terhadap kemampuan merencanakan ekonomi secara efektif.

Perlambatan ekonomi China, kondisi yang terdengar santer sebagai salah satu penyebab melambatnya ekonomi global dari tahun lalu masih dipercayai 32% pelaku bisnis di Asia Pasifik sebagai potensi ancaman.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3168 seconds (0.1#10.140)