RI Tak Boleh Alergi Impor Jika Ingin Ekonomi Tumbuh 7%
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki target tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana menginginkan ekonomi di Tanah Air bisa menyentuh angka 7% di masa yang akan datang. Namun fakta yang terjadi sejak awal pemerintahannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stagnan pada kisaran 5%.
(Baca Juga: Investor Terbesar Keempat, UE Tak Perlu Khawatir Kondisi Politik RI
Menanggapi hal itu, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Guerend mengungkapkan, untuk tumbuh 7% maka Indonesia harus meningkatkan peran swasta dalam pembangunan. Selain itu, Indonesia tidak bisa lagi alergi terhadap impor dan menganggap impor merupakan sesuatu yang buruk.
"Kami percaya bahwa untuk tumbuh 7%, which has been set by Mr President (yang harus dilakukan Pak Presiden), Indonesia harus rely more ke private sector (lebih bergantung ke sektor swasta) dan Indonesia gak boleh consider import as an evil but import clearly feeds export (menganggap impor sesuatu yang jahat)," katanya dalam acara Indonesia Economic & Investment Outlook 2018 di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (8/2/2018).
Menurutnya, Indonesia harus mengubah stigma mengenai impor. Dimana impor sejatinya bukanlah sesuatu yang buruk, melainkan impor bisa menjadi umpan untuk tumbuhnya ekspor. Bahkan dia menganggap, menurunkan impor justru akan membuat ekspor semakin merosot.
"Saya tahu ini masih long debate (menjadi perdebatan panjang) di negara ini, as in various industries, kayak agriculture, agribisnis, raw materials. Tapi kami percaya berdasarkan pengalaman, curbing down imports one can only in the end curb down exports. Harus ada positive look ke impor in order to export more (Impor itu harus dilihat baik)," tandasnya.
(Baca Juga: Investor Terbesar Keempat, UE Tak Perlu Khawatir Kondisi Politik RI
Menanggapi hal itu, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Guerend mengungkapkan, untuk tumbuh 7% maka Indonesia harus meningkatkan peran swasta dalam pembangunan. Selain itu, Indonesia tidak bisa lagi alergi terhadap impor dan menganggap impor merupakan sesuatu yang buruk.
"Kami percaya bahwa untuk tumbuh 7%, which has been set by Mr President (yang harus dilakukan Pak Presiden), Indonesia harus rely more ke private sector (lebih bergantung ke sektor swasta) dan Indonesia gak boleh consider import as an evil but import clearly feeds export (menganggap impor sesuatu yang jahat)," katanya dalam acara Indonesia Economic & Investment Outlook 2018 di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (8/2/2018).
Menurutnya, Indonesia harus mengubah stigma mengenai impor. Dimana impor sejatinya bukanlah sesuatu yang buruk, melainkan impor bisa menjadi umpan untuk tumbuhnya ekspor. Bahkan dia menganggap, menurunkan impor justru akan membuat ekspor semakin merosot.
"Saya tahu ini masih long debate (menjadi perdebatan panjang) di negara ini, as in various industries, kayak agriculture, agribisnis, raw materials. Tapi kami percaya berdasarkan pengalaman, curbing down imports one can only in the end curb down exports. Harus ada positive look ke impor in order to export more (Impor itu harus dilihat baik)," tandasnya.
(akr)