Disuntik Triliunan, Go-Jek Siap Kembangkan UMKM

Selasa, 13 Februari 2018 - 07:56 WIB
Disuntik Triliunan,...
Disuntik Triliunan, Go-Jek Siap Kembangkan UMKM
A A A
JAKARTA - Grup Astra dan kelompok usaha Djarum kemarin dalam waktu hampir bersamaan mengumumkan investasi triliunan rupiah di Go-Jek. Perusahaan aplikasi on demand itu bertekad memanfaatkan sebagian dana untuk membesarkan mitra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Kesepakatan ini sekaligus menjawab tantangan yang sebelumnya menyebut investor lokal cenderung enggan menyuntikkan modal di perusahaan startup dalam negeri.

Namun, Astra dan Djarum membuktikan bahwa kedua perusahan konglomerasi itu sanggup menggelontorkan investasi ke Go-Jek. Astra menamkan modal sebesar USD150 juta atau sekitar Rp2 triliun dalam kesepakatan tersebut. Sedangkan Djarum yang berinvestasi melalui anak usahanya PT Global Digital Niaga (GDN), kendati tidak menyebutkan angkanya, meyakini kerja sama tersebut akan dapat membantu kedua pihak dalam mengembangkan ekonomi digital.

Dalam beberapa tahun terakhir, Go-Jek menjadi incaran investor besar untuk membenamkan investasinya. Tak tanggung-tanggung, daya tarik perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim itu berhasil mendatangkan Tencent, JD.com, KKR, Warburg Pincus, Sequoia Capital, Northstar Group, DST Global dan NSI Ventures. Bahkan, raksasa internet global, Google, belum lama ini juga mengumumkan komitmennya untuk mendanai Go-Jek dengan nilai hampir Rp16 triliun. Sehingga nilai perusahaan Go-Jek diperkirakan telah mencapai USD4 miliar atau lebih dari Rp54 triliun.

"Semua ini (kerja sama dengan Go-Jek) dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi lndonesia," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto di Jakarta kemarin.

Astra pun berharap, kolaborasi dengan Go-Jek dapat memberikan nilai tambah bagi bisnis perseroan serta mengakselerasi inisiatif di bidang digital. Hal ini sejalan dengan komitmen Astra untuk mendukung pengembangan usaha mikro, keciI dan menengah di Indonesia. Sekadar diketahui, Astra merupakan pemain utama di pasar mobil nasional dengan menguasai 56% penjualan. Demikian juga di sektor kendaraan roda dua, Grup Astra merajai penjualan sepeda motor dengan pangsa pasar mencapai 75%.

Sementara itu, kelompok usaha Djarum yang menyuntikkan dana ke Go-Jek melalui Global Digital Niaga (GDN), anak usaha Global Digital Prima (GDP) menilai, Go-Jek memiliki kemampuan menghadirkan layanan online solution yang inovatif dan aplikaitf sehingga menjangkau konsumen secara luas.

“Ada banyak kesamaan antara GDN dan Go-Jek yang bisa dikolaborasikan dalam hal membuka akses yang semakin luasbagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi digital, pengembangan jasa logistik, merchandising,” ujar CEO PT Global Digital Niaga Kusumo Martanto.

Dia menambahkan, GDN berharap kolaborasi dan sinergi yang terjadi dapat membawa kedua perusahaan menjadi local champions yang maju dalam membangun ekosistem digital jadi semakin besar.

“Kerja sama ini akan membuat industri lebih sehat dan terintegrasi serta menjadi wadah bagi para top talent di Indonesia untuk dapat semakin berkembang,” tutup Kusumo

GDN bukanlah nama asing di industri digital. Perusahaan tersebut mengelola toko online Blibli.com sejak tahun 2011 lalu. Belum lama ini, GDN juga melakukan ekspansi dengan membeli saham perusahaan aplikasi tiket online yakni Tiket.com.

Sementara itu, Chief Executive Officer dan Founder Go-Jek Nadiem Makarim menyebutkan, kerja sama dengan Astra merupakan awal untuk membangun ekosistem digital bersama perusahaan-terbesar di baik dari perusahaan digital maupun trandisional. Dengan kolaborasi itu dia berharap dapat membangun ekosistem digital di Indonesia yang nantinya bisa berkembang menjadi superpower di sektor digital.

Terkait kerja sama dengan GDN, ujar Nadiem, sebagai sesama pemain lokal di sektor konsumer, keduanya memiliki visi yang sama untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. GDN dan Go-Jek meyakini, teknologi dapat menjadi kunci pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Saat ini Jumlah pengemudi Go-Jek yang terdaftar saat ini mencapai lebih dari 1 juta pengemudi, dengan lebih dari 125.000 mitra usaha, dan 30.000 penyedia jasa di platform Go-Jek, yang menyediakan berbagai jenis jasa seperti transportasi, pengantaran makanan, kurir barang, jasa kebersihan, hingga keperluan pembayaran.

"Kami memfasilitasi lebih dari 100 juta transaksi setiap bulannya," ujar Nadiem.

Kolaborasi antara Astra dengan Go-Jek mendapat dukungan penuh dari Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Menurutnya, kerja sama antar perusahaan atau organisasi yang berbasis teknologi digital dapat memberikan keuntungan untuk meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia.

“Dengan terus meningkatkan kerja sama, kita akan mendorong penguatan ekonomi di ASEAN dan dunia. Kita adalah leader-nya," kata Rudiantara saat menyaksikan penandatanganan kerja sama Astra – GoJek di Jakarta kemarin.

Dia mengganggap, saat ini pola pikir bisnis sudah perlu beralih ke arah pemanfaatan teknologi digital. Hal tersebut disebabkan perkembangan teknologi yang semakin cepat sehingga perlu menyesuaikan.

Pengamat media industri digital dari Indonesia Information and Communication Technology Institute (IICTI) Heru Sutadi mengatakan, kerja sama antara PT Astra Internasional Tbk dengan Go-Jek Indonesia sangat tepat dan akan menguntungkan kedua belah pihak. Pasalnya, Astra sebagai perusahaan produsen kendaraan bisa menawarkan kemudahan bagi para mitra Gojek untuk memiliki sepeda motor maupun mobil.

"Banyak yang memperkirakan, investasi Astra ke Go-Jek tidak secara langsung, lebih ke penempatan kendaraan, karena Go-Jek bertindak sebagai penyedia platform aplikasi yang membutuhkan unit kendaraan," urainya.

Heru mengungkapkan, strategi bisnis ini sebenarnya sudah dijalankan oleh startup lain yakni Grab Indonesia. Di mana para mitra Grab bisa memperoleh dan memiliki unit kendaraan dengan cara mengangsur tiap bulan.

Dia menjelaskan, ke depan Go-Jek akan tetap fokus pada bisnis layanan antar jemput orang maupun barang.

Di sisi lain, kata Heru, perlahan-lahan Go-Jek juga mulai mengembangkan bisnis financial technology (fintech). Saat ini pengelolaan layanan keuangan Gojek secara digital cukup besar, didukung mitra pengemudi yang tembus di angka 1 juta.

"Misalnya saja satu orang mitra meraih pendapatan melalui GoPay Rp100.000, jika dikali 1 juta driver itu per hari mencapai Rp100 miliar, sebulan sudah mencapai Rp3 triliun, belum lagi untuk layanan lain, jumlahnya pasti lebih banyak," paparnya.

Untuk itu, kata dia, Go-Jek harus bisa mengatur secara tepat pengelolaan dana yang telah diraihnya. Di sisi lain, kepercayaan masyarakat terhadap layanan pembayaran Go-Jek secara digital juga harus dijaga. Dengan pengembangan bisnis fintech yang tepat, ke depan Go-Jek bisa menjadi perusahaan startup yang lebih besar lagi.

Di sisi lain, ujar Heru, saat ini belum banyak perusahaan dari Tanah Air yang berani menyuntikan modal ke perusahaan rintisan atau startup. Hal ini karena para investor masih mencari bentuk kerja sama model bisnis yang pas dengan pelaku usaha.

“Pemikiran investor di Indonesia, jika menanamkan investasi triliunan harus cepat untungnya, pada hal startup tidak seperti itu," kata Heru di Jakarta, kemarin. (Heru Febrianto/ Kunthi Fahmar Sandy)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0024 seconds (0.1#10.140)