MNC Asset Dukung Seminar Investasi dan Sosialisasi Peraturan OJK
A
A
A
BANDUNG - MNC Asset Management ikut berpartisipasi sebagai sponsor dalam kegiatan Seminar Investasi dan Sosialisasi Peraturan OJK dengan tema "Investasi di Tahun Politik 2018: Refleksi dan Resolusi Siklus 5 Tahunan Investasi dan Pasar Modal di Indonesia dan Menebak Gejolak Ekonomi di Tahun Politik" yang berlangsung di Ball Room Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, hari ini.
Acara tersebut dibuka oleh Direktur Pengawasan Dana Pensiun dan BPJS TK-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yatty Nurhayati, ditandai dengan pemukulan gong tiga kali. Acara ini dihadiri Ketua Umum Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri.
Panitia menghadirkan beberapa pembicara yaitu Sri Adiningsih, Yunarto Wijaya, Michael Tjojadi, dan Jerremy Paul Wawointana serta dipandu moderator Ira Kusno.
Ketua Panitia Seminar Rakhmat Nugroho mengatakan, seminar ini merupakan realisasi program kerja ADPI Komisi Daerah III Jakarta 1, Komda III Jakarta 2, Komda IV Jabar Banten. Seminar ini bertujuan memberikan gambaran kepada perusahaan pengelola dana pensiun dalam memilih dan menempatkan instrumen investasi, khususnya di pasar modal pada 2018.
"Seminar ini juga bertujuan menyosialisasikan peraturan OJK. Sehingga, dana pensiun dalam berinvestasi tetap mengedepankan dan memperhatikan tata kelola dana pensiun yang baik," imbuh dia.
Ketua Umum ADPI Suheri mengatakan, pada 2017 ada sebagian dana pensiun dapat memenuhi target dan ada pula yang tidak tercapai dengan rata-rata ROI sebesar 7,4 (DPPK PPMP 8,0%, DPPK PPIP 7,1%, dan DPLK 6,3%) di saat imbal hasil dari fixed income yang cenderung menurun. Pertumbuhan indeks saham 19,99% patut menjadi alternatif bagi dana pensiun.
"Dengan total aset dana pensiun Rp259,4 triliun (DPPK Rp184,1 triliun dan DPLK Rp75,3 triliun), pengurus dapen perlu mengelola aset dengan sebaik-baiknya agar bisa memberikan pertumbuhan optimum bagi peserta, meringankan beban sendiri, dan berkontribusi kepada pembangunan nasional," jelas Suheri.
Sementara, Yatti Nurhayati mengatakan, seminar ini sangat penting digelar untuk memberikan wawasan bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan dana pensiun da lainnya. Terutama, dalam memberikan gambaran tentang investasi yang tepat.
"Sebab, selama 2017 sebanyak 11 perusahaan dana pensiun (dapen) yang membubarkan diri pada 2017. Penyebabnya, dapen sudah kesulitan dalam mendanai operasional. Jumlah peserta dapen sudah tidak efisien, karena dapen itu sudah repot, akhirnya ya sudah kami (OJK) setujui untuk dibubarkan. Namun satu perusahaan beralih menjadi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)," kata Yatty ditemui seusai membuka acara.
Dia mengemukakan, OJK tak terlalu banyak berperan untuk mencegah dapen membubarkan diri karena tak sehat. Sebab, persoalan itu internal dapen. Artinya jika dapen mengalami defisit, pendiri yang harus berinisiatif mengatasi.
"Namun, OJK akan melihat lebih jauh dulu, defisit ini terjadi karena apa. OJK membentuk tim likuidasi untuk mengawasi dapen tersebut. Ketentuannya sudah seperti itu. Jika dapen sudah tidak mampu lagi membiayai operasional perusahaan, usaha juga sudah tidak jalan, ya kami setujui untuk dibubarkan. Namun, hak-hak peserta dan piutang harus diselesaikan dulu," terang dia.
Saat ini di Indonesia, lanjut Yatty, terdapat 213 perusahaan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan 23 DPLK. Dari 236 perusahaan itu tak semuanya sehat, sebab perusahaan dana pensiun di Indonesia ini telah mature (berusia lanjut).
Tidak sedikit yang dalam kondisi freezed karena tak ada kepesertaan baru. Akhirnya, perusahaan dapen itu bertahan hanya mengandalkan kepesertaan yang ada.
"Kinerja dapen itu tak hanya diukur oleh seberapa besar investasinya, tapi oleh tata kelolanya. Misalnya, dalam memilih investasi, SDM, dan mitra kerja yang tepat. Ada yang tak mengikuti arahan OJK. Bahkan, ada yang tak memperhatikan aturan, jadi banyak faktor yang menentukan kinerja dapen," tutur dia.
Sementara, Branch Manager Institusi MNC Asset Enita Pelawi mengemukakan, keikutsertaan MNC Asset dalam seminar ini sebagai sponsor. MNC Asset masuk dalam keanggota ADPI Komda III Jakarta 1, Komda III Jakarta 2, Komda IV Jabar Banten. "Komdan III dan IV ini menguasai 80% pengelolaan dana pensiun di Indonesia," ujar Enita.
Acara tersebut dibuka oleh Direktur Pengawasan Dana Pensiun dan BPJS TK-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yatty Nurhayati, ditandai dengan pemukulan gong tiga kali. Acara ini dihadiri Ketua Umum Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri.
Panitia menghadirkan beberapa pembicara yaitu Sri Adiningsih, Yunarto Wijaya, Michael Tjojadi, dan Jerremy Paul Wawointana serta dipandu moderator Ira Kusno.
Ketua Panitia Seminar Rakhmat Nugroho mengatakan, seminar ini merupakan realisasi program kerja ADPI Komisi Daerah III Jakarta 1, Komda III Jakarta 2, Komda IV Jabar Banten. Seminar ini bertujuan memberikan gambaran kepada perusahaan pengelola dana pensiun dalam memilih dan menempatkan instrumen investasi, khususnya di pasar modal pada 2018.
"Seminar ini juga bertujuan menyosialisasikan peraturan OJK. Sehingga, dana pensiun dalam berinvestasi tetap mengedepankan dan memperhatikan tata kelola dana pensiun yang baik," imbuh dia.
Ketua Umum ADPI Suheri mengatakan, pada 2017 ada sebagian dana pensiun dapat memenuhi target dan ada pula yang tidak tercapai dengan rata-rata ROI sebesar 7,4 (DPPK PPMP 8,0%, DPPK PPIP 7,1%, dan DPLK 6,3%) di saat imbal hasil dari fixed income yang cenderung menurun. Pertumbuhan indeks saham 19,99% patut menjadi alternatif bagi dana pensiun.
"Dengan total aset dana pensiun Rp259,4 triliun (DPPK Rp184,1 triliun dan DPLK Rp75,3 triliun), pengurus dapen perlu mengelola aset dengan sebaik-baiknya agar bisa memberikan pertumbuhan optimum bagi peserta, meringankan beban sendiri, dan berkontribusi kepada pembangunan nasional," jelas Suheri.
Sementara, Yatti Nurhayati mengatakan, seminar ini sangat penting digelar untuk memberikan wawasan bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan dana pensiun da lainnya. Terutama, dalam memberikan gambaran tentang investasi yang tepat.
"Sebab, selama 2017 sebanyak 11 perusahaan dana pensiun (dapen) yang membubarkan diri pada 2017. Penyebabnya, dapen sudah kesulitan dalam mendanai operasional. Jumlah peserta dapen sudah tidak efisien, karena dapen itu sudah repot, akhirnya ya sudah kami (OJK) setujui untuk dibubarkan. Namun satu perusahaan beralih menjadi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)," kata Yatty ditemui seusai membuka acara.
Dia mengemukakan, OJK tak terlalu banyak berperan untuk mencegah dapen membubarkan diri karena tak sehat. Sebab, persoalan itu internal dapen. Artinya jika dapen mengalami defisit, pendiri yang harus berinisiatif mengatasi.
"Namun, OJK akan melihat lebih jauh dulu, defisit ini terjadi karena apa. OJK membentuk tim likuidasi untuk mengawasi dapen tersebut. Ketentuannya sudah seperti itu. Jika dapen sudah tidak mampu lagi membiayai operasional perusahaan, usaha juga sudah tidak jalan, ya kami setujui untuk dibubarkan. Namun, hak-hak peserta dan piutang harus diselesaikan dulu," terang dia.
Saat ini di Indonesia, lanjut Yatty, terdapat 213 perusahaan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan 23 DPLK. Dari 236 perusahaan itu tak semuanya sehat, sebab perusahaan dana pensiun di Indonesia ini telah mature (berusia lanjut).
Tidak sedikit yang dalam kondisi freezed karena tak ada kepesertaan baru. Akhirnya, perusahaan dapen itu bertahan hanya mengandalkan kepesertaan yang ada.
"Kinerja dapen itu tak hanya diukur oleh seberapa besar investasinya, tapi oleh tata kelolanya. Misalnya, dalam memilih investasi, SDM, dan mitra kerja yang tepat. Ada yang tak mengikuti arahan OJK. Bahkan, ada yang tak memperhatikan aturan, jadi banyak faktor yang menentukan kinerja dapen," tutur dia.
Sementara, Branch Manager Institusi MNC Asset Enita Pelawi mengemukakan, keikutsertaan MNC Asset dalam seminar ini sebagai sponsor. MNC Asset masuk dalam keanggota ADPI Komda III Jakarta 1, Komda III Jakarta 2, Komda IV Jabar Banten. "Komdan III dan IV ini menguasai 80% pengelolaan dana pensiun di Indonesia," ujar Enita.
(izz)