Ini Negara dengan Ekonomi Paling Menyedihkan di Dunia
A
A
A
NEW YORK - Kenaikan harga menjadi ancaman ekonomi pada tahun ini ketimbang jumlah pengangguran, menurut Bloomberg’s Misery Index (Indeks Kesengsaraan versi Bloomberg) yang mengkalkulasi inflasi dengan angka pengangguran di 66 negara di dunia.
Lantas negara mana saja yang paling sengsara di tahun ini? Melansir Bloomberg, Kamis (15/2/2018), Venezuela lagi-lagi menempati peringkat pertama sebagai negara dengan ekonomi paling menyedihkan di dunia. Ini adalah tahun keempat berturut-turut. Skornya mencapai 1.872, tiga kali lipat dari tahun sebelumnya, 2017.
Hiperinflasi yang terjadi di Venezuela belakangan ini, membuat banyak ekonom angkat tangan. FocusEconomics menyatakan kesengsaraan ekonomi Venezuela ditambah dengan harga minyak mentah yang lesu, karena si emas hitam merupakan satu-satunya ekspor signifikan negara tersebut.
Dan situasi di Venezuela sepertinya tidak akan berubah dalam waktu dekat, karena ketidakseimbangan makroekonomi, lonjakan inflasi, dan kurangnya investasi. Langkah pemotongan harga bahan pangan yang dilakukan pemerintah baru-baru ini demi menekan inflasi, belum membuahkan hasil.
Ekonom yang disurvei malah menyebut inflasi akan meningkat menjadi 1.864% di 2018. Angka tersebut lebih moderat dari perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF), yang memprediksi inflasi di Venezuela mencapai 13.000% pada tahun ini, di mana pada tahun lalu mencapai 2.400%.
Sementara itu, Afrika Selatan bergerak naik ke nomor dua karena tingkat pengangguran di atas 25% dan harga-harga komoditas terus membubung tinggi. Argentina dan Mesir berada di daftar karena menderita dengan tingkat inflasi yang tinggi.
Misery Index adalah indikator ekonomi yang diciptakan oleh Arthur Okun, ekonom di Lembaga Brookings dan anggota Dewan Penasihat Ekonomi untuk Presiden Amerika Serikat, Lyndon Baines Johnson. Indeks ini dihitung dengan menambahkan tingkat pengangguran ke tingkat inflasi. Karena tingkat pengangguran dan inflasi yang lebih tinggi bisa meningkatkan masalah sosial ekonomi suatu negara.
Okun menciptakan Indeks Kesengsaraan pada dekade 1970-an, dan menyatakan indeks ini terlihat pada saat terjadi gejolak ekonomi. Pada tahun 1970-an, Amerika Serikat dan sebagian besar negara di dunia menderita inflasi tinggi dan tingkat pengangguran yang tinggi, yang kemudian disebut Stag-Flation.
Hal tersebut disebabkan oleh OPEC yang memboikot pengiriman minyak ke AS dan negara-negara barat lainnya, sebagai pembalasan atas bantuan mereka kepada Israel selama Perang Yom Kippur tahun 1973. Situasi ini menyebabkan harga minyak meroket dan pertumbuhan ekonomi melambat, sementara pasar saham turun.
Untuk tahun 2018, menurut Bloomberg’s Misery Index, secara keseluruhan ekonomi dunia berada di jalur yang positif. Tahun ini, perekonomian global diperkirakan tumbuh 3,7% dari tahun lalu, yang merupakan pertumbuhan terbaik sejak 2011 menurut hasil survei Bloomberg.
Lantas negara mana saja yang paling sengsara di tahun ini? Melansir Bloomberg, Kamis (15/2/2018), Venezuela lagi-lagi menempati peringkat pertama sebagai negara dengan ekonomi paling menyedihkan di dunia. Ini adalah tahun keempat berturut-turut. Skornya mencapai 1.872, tiga kali lipat dari tahun sebelumnya, 2017.
Hiperinflasi yang terjadi di Venezuela belakangan ini, membuat banyak ekonom angkat tangan. FocusEconomics menyatakan kesengsaraan ekonomi Venezuela ditambah dengan harga minyak mentah yang lesu, karena si emas hitam merupakan satu-satunya ekspor signifikan negara tersebut.
Dan situasi di Venezuela sepertinya tidak akan berubah dalam waktu dekat, karena ketidakseimbangan makroekonomi, lonjakan inflasi, dan kurangnya investasi. Langkah pemotongan harga bahan pangan yang dilakukan pemerintah baru-baru ini demi menekan inflasi, belum membuahkan hasil.
Ekonom yang disurvei malah menyebut inflasi akan meningkat menjadi 1.864% di 2018. Angka tersebut lebih moderat dari perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF), yang memprediksi inflasi di Venezuela mencapai 13.000% pada tahun ini, di mana pada tahun lalu mencapai 2.400%.
Sementara itu, Afrika Selatan bergerak naik ke nomor dua karena tingkat pengangguran di atas 25% dan harga-harga komoditas terus membubung tinggi. Argentina dan Mesir berada di daftar karena menderita dengan tingkat inflasi yang tinggi.
Misery Index adalah indikator ekonomi yang diciptakan oleh Arthur Okun, ekonom di Lembaga Brookings dan anggota Dewan Penasihat Ekonomi untuk Presiden Amerika Serikat, Lyndon Baines Johnson. Indeks ini dihitung dengan menambahkan tingkat pengangguran ke tingkat inflasi. Karena tingkat pengangguran dan inflasi yang lebih tinggi bisa meningkatkan masalah sosial ekonomi suatu negara.
Okun menciptakan Indeks Kesengsaraan pada dekade 1970-an, dan menyatakan indeks ini terlihat pada saat terjadi gejolak ekonomi. Pada tahun 1970-an, Amerika Serikat dan sebagian besar negara di dunia menderita inflasi tinggi dan tingkat pengangguran yang tinggi, yang kemudian disebut Stag-Flation.
Hal tersebut disebabkan oleh OPEC yang memboikot pengiriman minyak ke AS dan negara-negara barat lainnya, sebagai pembalasan atas bantuan mereka kepada Israel selama Perang Yom Kippur tahun 1973. Situasi ini menyebabkan harga minyak meroket dan pertumbuhan ekonomi melambat, sementara pasar saham turun.
Untuk tahun 2018, menurut Bloomberg’s Misery Index, secara keseluruhan ekonomi dunia berada di jalur yang positif. Tahun ini, perekonomian global diperkirakan tumbuh 3,7% dari tahun lalu, yang merupakan pertumbuhan terbaik sejak 2011 menurut hasil survei Bloomberg.
(ven)