Toko Tanpa Kasir Terus Bermunculan, Bukti Awal Otomatisasi Industri Ritel Dimulai
A
A
A
Industri ritel tak lama lagi akan memasuki era baru berupa otomatisasi saat belanja. Hal ini seiring dengan berkembangnya teknologi di era internet yang memungkinkan bisnis ritel bisa lebih efisien.
Di industri ini, perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) dan China memimpin inovasi dengan meluncurkan toko tanpa kasir. Meski demikian, kemunculan teknologi ini menjadi alarm bagi pasar tenaga kerja yang diramalkan tergerus kemajuan teknologi.
Di AS, Amazon Inc menjadi pelopor belanja otomatis setelah meluncurkan super market tanpa kasir di Seattle bulan lalu. Yang terkini, perusahaan yang didirikan oleh Jeff Bezos itu menyatakan akan membuka enam toko grosir Amazon Go tahun ini. Di China, raksasa internat Tencent juga memiliki toko tanpa kasir di Shanghai.
Kendati demikian, Tencent bukanlah perusahaan pertama yang melakukan otomatisasi saat belanja tersebut. Sebelumnya, toko tanpa kasir BingoBox beroperasi di Negeri Panda dengan mengusung teknologi RFID atau identifikasi frekuensi radio.
Media lokal AS meramalkan, sistem ini akan segera menyebar luas secara nasional dan diadopsi perusahaan ritel yang lain. Dengan teknologi baru yang memangkas waktu pembelanjaan, bisnis ritel diharapkan akan lebih menguntungkan. Amazon tidak memublikasikan metode dan teknologi yang digunakan secara spesifik. Namun, mereka menyatakan teknik belanja tanpa kasir ini mirip dengan mobil otonom (selfdriving), sistem machine-learning, dan teknologi image-processing di Facebook.
Mayoritas pengambilan data dilakukan melalui kamera yang dipasang di plafon toko. Gabungan teknologi tersebut dipastikan membuat belanja lebih cepat karena tidak perlu mengantre saat membayar. "Permasalahan utama yang dialami industri ritel sejak dulu ialah waktu. Para pembeli ingin berbelanja secara nyaman dan tanpa mengantre," kata Wakil Presiden Teknologi untuk Amazon Go Dilip Kumar saat grand public opening Amazon Go di 7th avenue, Kota Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS), dikutip Chicago Tribune, Jumat (23/2/2018).
Untuk mengembangkan teknologi toko tanpa kasir, Amazon Go membutuhkan waktu sedikitnya empat tahun. Sebagian besar dihabiskan untuk menguji teknologi. Di supermarket tanpa kasir itu, pembeli akan dilacak dengan menggunakan ratusan sensor dan kamera yang sudah memiliki fitur kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Pembeli hanya perlu membuka aplikasi Amazon Go dan menempelkan kode QR-nya di gerbang masuk sebelum dapat membeli barang-barang yang diinginkan.
Dengan mengombinasikan kecanggihan komputer, mesin algoritma pembelajaran, dan sensor, teknologi di toko itu dapat mengetahui barang apa yang diambil dari rak. Pembeli akan mendapatkan tagihan pembayaran di akun Amazon Go setelah keluar dari toko grosir itu. Jika barang itu dikembalikan ke rak, tagihan tidak akan muncul.
Menurut sebagian pembeli yang berkunjung, suasana di Amazon Go mirip dengan di toko grosir biasa. Hanya, akses masuk-keluar lebih cepat dan leluasa. Untuk proyek tersebut, Amazon dilaporkan menghabis kan USD13,7 miliar guna membeli ratusan toko grosir tahun lalu.
Sementara itu, Tencent memiliki toko tanpa kasir di Shanghai bernama We Life. Di toko otomatis ini, pembeli dapat menggunakan WeChat Pay untuk membayar barang yang ingin dibeli tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu debit. Skema ini merupakan fitur lanjutan dari aplikasi pesan singkat WeChat yang lebih dulu dikembangkan Tencent.
Pemain ritel tanpa kasir lainnya di China, BingoBox, yang lebih dulu beroperasi dibandingkan Tencent, meraup kesuksesan sejak diluncurkan pada 2016 silam. Saat ini peritel BingoBox yang pada awal beroperasinya menggelontorkan investasi USD80 juta telah memiliki 200 gerai di 29 kota. Sama seperti di We Life, di BingoBox, semua barang diberi label pengenalan RFID. Saat keluar, pembeli perlu memindai barang itu di mesin self-checkout sebelum melakukan pembayaran dengan WeChat Pay.
Di industri ini, perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) dan China memimpin inovasi dengan meluncurkan toko tanpa kasir. Meski demikian, kemunculan teknologi ini menjadi alarm bagi pasar tenaga kerja yang diramalkan tergerus kemajuan teknologi.
Di AS, Amazon Inc menjadi pelopor belanja otomatis setelah meluncurkan super market tanpa kasir di Seattle bulan lalu. Yang terkini, perusahaan yang didirikan oleh Jeff Bezos itu menyatakan akan membuka enam toko grosir Amazon Go tahun ini. Di China, raksasa internat Tencent juga memiliki toko tanpa kasir di Shanghai.
Kendati demikian, Tencent bukanlah perusahaan pertama yang melakukan otomatisasi saat belanja tersebut. Sebelumnya, toko tanpa kasir BingoBox beroperasi di Negeri Panda dengan mengusung teknologi RFID atau identifikasi frekuensi radio.
Media lokal AS meramalkan, sistem ini akan segera menyebar luas secara nasional dan diadopsi perusahaan ritel yang lain. Dengan teknologi baru yang memangkas waktu pembelanjaan, bisnis ritel diharapkan akan lebih menguntungkan. Amazon tidak memublikasikan metode dan teknologi yang digunakan secara spesifik. Namun, mereka menyatakan teknik belanja tanpa kasir ini mirip dengan mobil otonom (selfdriving), sistem machine-learning, dan teknologi image-processing di Facebook.
Mayoritas pengambilan data dilakukan melalui kamera yang dipasang di plafon toko. Gabungan teknologi tersebut dipastikan membuat belanja lebih cepat karena tidak perlu mengantre saat membayar. "Permasalahan utama yang dialami industri ritel sejak dulu ialah waktu. Para pembeli ingin berbelanja secara nyaman dan tanpa mengantre," kata Wakil Presiden Teknologi untuk Amazon Go Dilip Kumar saat grand public opening Amazon Go di 7th avenue, Kota Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS), dikutip Chicago Tribune, Jumat (23/2/2018).
Untuk mengembangkan teknologi toko tanpa kasir, Amazon Go membutuhkan waktu sedikitnya empat tahun. Sebagian besar dihabiskan untuk menguji teknologi. Di supermarket tanpa kasir itu, pembeli akan dilacak dengan menggunakan ratusan sensor dan kamera yang sudah memiliki fitur kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Pembeli hanya perlu membuka aplikasi Amazon Go dan menempelkan kode QR-nya di gerbang masuk sebelum dapat membeli barang-barang yang diinginkan.
Dengan mengombinasikan kecanggihan komputer, mesin algoritma pembelajaran, dan sensor, teknologi di toko itu dapat mengetahui barang apa yang diambil dari rak. Pembeli akan mendapatkan tagihan pembayaran di akun Amazon Go setelah keluar dari toko grosir itu. Jika barang itu dikembalikan ke rak, tagihan tidak akan muncul.
Menurut sebagian pembeli yang berkunjung, suasana di Amazon Go mirip dengan di toko grosir biasa. Hanya, akses masuk-keluar lebih cepat dan leluasa. Untuk proyek tersebut, Amazon dilaporkan menghabis kan USD13,7 miliar guna membeli ratusan toko grosir tahun lalu.
Sementara itu, Tencent memiliki toko tanpa kasir di Shanghai bernama We Life. Di toko otomatis ini, pembeli dapat menggunakan WeChat Pay untuk membayar barang yang ingin dibeli tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu debit. Skema ini merupakan fitur lanjutan dari aplikasi pesan singkat WeChat yang lebih dulu dikembangkan Tencent.
Pemain ritel tanpa kasir lainnya di China, BingoBox, yang lebih dulu beroperasi dibandingkan Tencent, meraup kesuksesan sejak diluncurkan pada 2016 silam. Saat ini peritel BingoBox yang pada awal beroperasinya menggelontorkan investasi USD80 juta telah memiliki 200 gerai di 29 kota. Sama seperti di We Life, di BingoBox, semua barang diberi label pengenalan RFID. Saat keluar, pembeli perlu memindai barang itu di mesin self-checkout sebelum melakukan pembayaran dengan WeChat Pay.
(amm)