Jaga Ketahanan Pangan dan Ekonomi Lewat Penggunaan Bijak Pestisida

Selasa, 27 Februari 2018 - 20:57 WIB
Jaga Ketahanan Pangan dan Ekonomi Lewat Penggunaan Bijak Pestisida
Jaga Ketahanan Pangan dan Ekonomi Lewat Penggunaan Bijak Pestisida
A A A
JAKARTA - Memantapkan langkah untuk mendukung mendukung swasembada pangan dan ketahanan pangan hingga menjaga ekonomi nasional, CropLife Indonesia berupaya untuk terus memberikan edukasi dan informasi seputar praktek pertanian dan penggunaan produk perlindungan tanaman yang aman dan bijaksana. Dalam hal ini Croplife Indonesia yang merupakan asosiasi pertanian (nirlaba) tidak sendirian.

Berbagai elemen mulai dari pemerintah, petani dan stakeholder terkait hingga media diajak untuk memperkuat sinergi untuk menyebarkan edukasi mengenai tata cara menggunakan produk perlindungan tanaman yang benar. Hingga memerangi produk pestisida palsu yang beredar di pasaran, lantaran bisa berdampak luas tidak hanya bagi petani tetapi juga menimbulkan kerugian lebih luas.

Kurangnya pengetahuan mengenai praktik pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktik penggunaan pestisida yang baik dan aman Good Practical Pesticide) membuat petani menghadapi peningkatan masalah kegagalan panen. Hal ini disebabkan kurangnya akses bagi petani untuk mendapatkan informasi yang lengkap terkait pestisida dan cara penggunaannya secara benar dan tepat.

Lantaran hal itu CropLife Indonesia membuka Kelas Pestisida dengan tujuan membantu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas serta pengatahuan rekan-rekan media kaitannya dengan peran, fungsi dan regulasi yang telah dilakukan berhubungan dengan penggunaan produk perlindungan tanaman, oleh pemerintah maupun swasta di Indonesia.

Direktur Eksekutif Croplife Indonesia Agung Kurniawan menerangkan, hal ini sangat membantu media dalam memberikan akses edukasi dan melakukan penyebaran informasi yang tepat kepada petani. "Tujuan utama diadakan kelas ini yakni membantu memberikan pengetahuan dasar kepada teman-teman media dalam kaitannya dengan pengetahuan tata kelola penggunaan pestisida yang baik, tepat dosis serta tepat cara," ujarnya.

Ditambahkan tepat cara disini dengan tetap menekankan perlindungan diri terhadap potensi resiko atas penggunaan pestisida bagi petani dan tanaman. Lebih lanjut Ia menerangkan (Stewardship dan Pengelolaan Resistensi) di mana mengenai pengetahuan tentang tata cara penyimpanan yang benar juga menjadi topik menarik mengingat selama ini banyak terjadi masalah dikalangan petani karena kurangnya pemahaman terhadap masalah ini.

Ia mencontohkan, seperti halnya di toko pertanian banyak display pestisida bercampur dengan display makanan dan penyimpanan yang kurang baik sehingga gampang dijangkau anak-anak. Penekanan terhadap membaca label pun menjadi sorotan karena selama ini sebagian besar petani masih belum mematuhi dosis yang dianjurkan di dalam label sehingga berdampak pada imunitas hama dan penyakit hingga menyebabkan resisten.

Kurangnya pengetahuan petani di Indonesia mengenai praktis pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktis penggunaan pestisida yang baik (Good Pesticide Practice) mengakibatkan biaya produksi yang tinggi dan keuntungan yang sedikit. Hal tersebut efek dari pengaplikasian pestisida yang tidak rasional sehingga dapat merugikan kesehatan pengguna dan konsumen serta merusak ekosistem lingkungan.

Tak hanya itu CropLife Indonesia yang terdiri dari delapan perusahaan multinasional yakni BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm dan Syngenta juga mengajak memerangi produk pertanian ilegal dalam hal ini pestisida palsu. Salah satunya lewat loka karya bertajuk "Membangun Kemitraan Pemerintah dengan Sektor Swasta dalam Penanggulangan Penyebaran Produk Perlindungan Tanaman", Croplife ingin memperkuat sinergi dan menjadi mitra pemerintah, petani, dan stakeholder.

"Kami mengajak berkomitmen untuk memerangi produk palsu dalam hal ini pestisida palsu. Ada beberapa daerah yang kaitannya dalam hal ini berada dalam zona merah. Karena itu, kita ingin mengajak semua pihak bersinergi untuk menghadirkan solusi," ujar Agung beberapa waktu lalu.

Hal ini menjadi perhatian serius, lantaran sektor pertanian, tidak lain memainkan peranan penting dalam ekonomi Indonesia. Tidak hanya dalam menyediakan nutrisi pangan pokok sehat bagi 258 juta (Juni 2016) penduduk Indonesia, tapi juga sebagai penyedia utama industri lain seperti makanan dan minuman.

Namun, pemalsuan produk masih menjadi pekerjaan rumah bagi berbagai sektor industri termasuk sektor pertanian. Masalah pemalsuan pestisida dinilai merupakan kejahatan global yang memerlukan penanganan komprehensif oleh para penegak hukum, aparat terkait termasuk kolaborasi dengan pihak swasta.

Ancam Ekonomi Nasional

Ironisnya, masalah produk palsu pertanian membuat petani di Indonesia sering menghadapi biaya produksi tinggi dan terancam kegagalan panen karena penggunaan pestisida palsu membuat rentan serangan hama dan penyakit. Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari peredaran pestisida palsu tidak hanya bagi petani, lingkungan hingga konsumen.

Penyebaran produk palsu pertanian dalam hal ini khususnya pestisida palsu juga mengancam perekonomian nasional, lantaran berpotensi menghambat ekspor komoditas tani karena dinilai terlalu banyak terpapar. Direktur Anti Pemalsuan Croplife Asia Trina Devara mengatakan, bahwa ancaman terbesar penggunaan pestisida palsu bukan terhadap bisnis atau haki.

Namun kepada lahan pertanian itu sendiri yang dampaknya bisa berujung ancaman ke sektor ekonomi, karena produk pertanian kita dilarang untuk diekspor karena terpapar berlebihan residu. "Hal ini harus menjadi perhatian serius semua instansi, pembuat kebijakan di pemerintahan. Secara global bisa diartikan menimbulkan risiko sangat besar dan ancaman terhadap ekonomi nasional, juga akan menyebabkan pelarangan ekspor ke luar negeri. Lahan bisa rusak mencapai tiga tahun," ucap Trina.

Belakangan para petani di Indonesia mulai memahami dan sadar untuk menggunakan dengan bijak produk perlindungan tanaman dalam hal ini pestisida, berkat program edukasi bagi petani dalam rangka meningkatkan kesadaran penggunaan pestisida (SADAP). Tak hanya itu program SANTUN (Solusi Cara Banyak Untung) terkait edukasi penggunaan pestisida diyakini bisa sejalan dalam meningkatkan produksi petani bawang merah.

Seperti diketahui petani bawang merah di Indonesia sering menghadapi biaya produksi tinggi dan terancam mengalami kegagalan panen yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Aplikasi pestisida lantas menjadi langkah solutif. Sayangnya, aplikasi pestisida yang tidak rasional merupakan salah satu kelemahan dalam produksi bawang merah di Indonesia.

Selain mengakibatkan biaya produksi yang tinggi, keuntungan minim dan efek buruk bagi ekosistem, penggunaan pestisida yang tidak tepat guna akan mengakibatkan gangguan kesehatan petani. Lantaran hal itu, Croplife dan PRISMA gencar melakukan program SANTUN hingga tercatat hampir 50.000 petani dan penyuluh bawang merah di Jawa Timur dan Nusa Tenggara mendapatkan sosialisasi pengetahuan mengenai praktik pertanian yang baik (good agriculture practice) dan praktik penggunaan pestisida yang baik (good pesticide practice) untuk menghadapi serangan hama dan penyakit.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6717 seconds (0.1#10.140)