BI Sebut Gubernur Baru Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melorot

Jum'at, 02 Maret 2018 - 16:20 WIB
BI Sebut Gubernur Baru Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melorot
BI Sebut Gubernur Baru Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melorot
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dalam beberapa hari terakhir, disebabkan karena pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) yang baru yakni Jerome Powell dalam pertemuan dengan kongres dan senat di AS. Sebab, pidato tersebut semakin mengonfirmasi kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan, pasar (market) menginterpretasikan pidato Powell di pertemuan senat mengarah kepada kenaikan suku bunga acuan yang lebih cepat dari prediksi sebelumnya. "Tapi waktu tadi malam pidato di senat, beliau agak town down mengenai kemungkinan itu," katanya saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (2/3/2018).

Mirza menuturkan, pada Januari 2018 sejatinya aliran dana yang masuk (capital inflow) ke negara-negara berkembang masih sangat besar. Namun, sejak Februari 2018 terjadi fluktuasi dan menyebabkan banyak aliran dana yang hengkang dari negara-negara berkembang. "Ini terutama disebabkan oleh data AS yang menunjukkan dan mengonfirmasi kemungkinan Fed menaikkan bunga," imbuh dia.

Menurutnya, The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini dan pada Juni aka kembali dinaikkan. Bahkan, pasar memperkirakan bahwa kenaikannya pada tahun ini bisa empat kali. "Jadi yang tadinya diperkirakan naik dua kali bisa naik tiga kali, bahkan beberapa mengatakan naiknya bisa empat kali," tuturnya.

Kendati demikian, dia memandang bahwa pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi terhadap mata uang Garuda. Beberapa negara di dunia pun nilai tukarnya turut terdampak dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga.

Misalnya, Swedia Krona sejak awal Februari sampai akhir Februari melemah 4,9%, Canadian Dollar melemah 3,8%, Australian Dollar 3,6%, Indonesia Rupiah melemah 2,6%. Indian Rupee melemah 2,4%, dan Italian Peso melorot 1,5%. "Jadi ini bukan fenomena Indonesia saja. Tapi ini fenomena dunia, sama seperti yang dialami di 2015 dan 2013 pada saat AS aba-aba menaikkan suku bunga," ungkapnya.

Ia memastikan, BI akan selalu ada di pasar saat fluktuasi rupiah terjadi. Pihaknya akan hadir di pasar valuta asing (valas) dan surat berharga negara (SBN) untuk melakukan stabilisasi.

"Intinya sih market itu kemarin melakukan adjustment terhadap ekspektasi mereka tadinya diperkirakan naik dua kali, jadi naik tiga kali. Terus pada waktu pidato Gubernur THe Fed yang baru itu kemungkinan besar naik tiga kali itu confirm. Itu yang terjadi di pasar. Dan hari ini cukup baik, currency di regional hari ini beberapa currency menguat, kalau rupiah mungkin flat ya hari ini," tandas Mirza.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5265 seconds (0.1#10.140)