Bekas Negara Konflik Jadi Target Pasar Ekspor Baru Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Sudan, yang merupakan bekas negara konflik kini menjadi target pasar ekspor baru bagi Indonesia, terutama setelah sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) dicabut. Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Sudan Rossalis Rusman Adenan mengatakan, dengan dicabutnya sanksi tersebut membuat Sudan menjadi potensi ekspor Indonesia.
"Sudan memang dikenal penuh dengan konflik, tapi sejak 2011, Sudan Selatan sudah merdeka dan 6 Oktober 2017 lalu sanksi ekonomi AS sudah dicabut. Artinya, potensi itu semakin besar, selama ini memang volume perdagangan kita masih dibawah potensi," ujarnya di Jakarta, Senin (5/3).
(Baca Juga: Ekspor Ditarget Naik 500%, Pengusaha Terkendala Bea Masuk
Lebih lanjut Rossalis menambahkan, sebelum ini, Indonesia banyak mengimpor minyak dari Sudan Selatan. Sementara potensi ekspor yang dibuka itu adalah di bidang perminyakan, pertambangan, terutama emas serta pertanian dan peternakan.
"Kita akan coba salah satu target awal kita di sana, nanti mendirikan Indonesia-Sudan business forum. Forum bisnis antara pengusaha Sudan dan Indonesia. Kita harapkan mereka mngadakan kegiatan plg gak setahun, dua kali," katanya.
Ditargetkan Rossalis, Sudan dapat menghadiri trade expo Indonesia November tahun ini dan dari sana mencoba untuk mengatur pengusaha Indonesia ke Sudan untuk berpartisipasi. "Kita harus melakukan pendekatan baru. Kita biasanya business meeting, nanti jadi business matching. Membuat suatu kajian apa kebutuhan mereka dan apa yang potensi kita ekspor," tuturnya.
Ketika sudah dipetakan, Dia mengutarakan, akan didakan pertemuan dengan harus ada deal yang konkret, sehingga forum tersebut berjalan sesuai harapan. "Kita harapkan forum ini bekerja sendiri sesuai dengan target mereka, tapi kita monitor. Kita dorong maksimal, salah satu yang didiskusikan adalah untuk pembiayaan. Sudan masih memiliki permasalahan, tapi ada cara mengatasinya, salah satunya melalui mekanisme pembiayaan dari pihak ketiga," pungkasnya.
"Sudan memang dikenal penuh dengan konflik, tapi sejak 2011, Sudan Selatan sudah merdeka dan 6 Oktober 2017 lalu sanksi ekonomi AS sudah dicabut. Artinya, potensi itu semakin besar, selama ini memang volume perdagangan kita masih dibawah potensi," ujarnya di Jakarta, Senin (5/3).
(Baca Juga: Ekspor Ditarget Naik 500%, Pengusaha Terkendala Bea Masuk
Lebih lanjut Rossalis menambahkan, sebelum ini, Indonesia banyak mengimpor minyak dari Sudan Selatan. Sementara potensi ekspor yang dibuka itu adalah di bidang perminyakan, pertambangan, terutama emas serta pertanian dan peternakan.
"Kita akan coba salah satu target awal kita di sana, nanti mendirikan Indonesia-Sudan business forum. Forum bisnis antara pengusaha Sudan dan Indonesia. Kita harapkan mereka mngadakan kegiatan plg gak setahun, dua kali," katanya.
Ditargetkan Rossalis, Sudan dapat menghadiri trade expo Indonesia November tahun ini dan dari sana mencoba untuk mengatur pengusaha Indonesia ke Sudan untuk berpartisipasi. "Kita harus melakukan pendekatan baru. Kita biasanya business meeting, nanti jadi business matching. Membuat suatu kajian apa kebutuhan mereka dan apa yang potensi kita ekspor," tuturnya.
Ketika sudah dipetakan, Dia mengutarakan, akan didakan pertemuan dengan harus ada deal yang konkret, sehingga forum tersebut berjalan sesuai harapan. "Kita harapkan forum ini bekerja sendiri sesuai dengan target mereka, tapi kita monitor. Kita dorong maksimal, salah satu yang didiskusikan adalah untuk pembiayaan. Sudan masih memiliki permasalahan, tapi ada cara mengatasinya, salah satunya melalui mekanisme pembiayaan dari pihak ketiga," pungkasnya.
(akr)