Bea Cukai Pangkalan Bun Dukung Usaha Peternakan Sapi di Kalteng

Selasa, 06 Maret 2018 - 19:25 WIB
Bea Cukai Pangkalan...
Bea Cukai Pangkalan Bun Dukung Usaha Peternakan Sapi di Kalteng
A A A
JAKARTA - Pulau Kalimantan selama ini identik dengan hasil olahan kayu, perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan, demikian pula di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng). Berdasarkan data penerimaan Bea Cukai pada tahun 2015-2017, hasil dari komoditas-komoditas tersebut menjadi primadona penyumbang penerimaan negara dari sektor bea keluar.

Namun pada tahun 2016, ada komoditas baru yang menyumbang penerimaan negara cukup signifikan, kali ini dari sektor bea masuk, yaitu komoditas berupa hewan ternak sapi.

Dua perusahaan importir/eksportir di bawah pengawasan Bea Cukai Pangkalan Bun, PT Sulung Ranch dan PT Agro Menara Rachmat, yang selama ini bergerak di bidang perkebunan sawit, mencoba peruntungan dengan mendatangkan sapi dari Australia untuk dikembangbiakkan di Kalimantan.

"Di Indonesia, beberapa peternakan sapi potong yang sudah menjadi pemasok daging sapi nasional di antaranya di Jawa, Sumatera, NTT dan NTB, serta Sulawesi. Di Kalimantan, usaha peternakan sapi sebenarnya sudah dikembangkan terlebih dahulu di Kalimantan Timur, namun saat ini juga masih pada taraf pengembangan," jelas Kepala Kantor Bea Cukai Pangkalan Bun, Nurtanti Widyastari dalam keterangan tertulis, Selasa (6/3/2018).

Menurut Nurtanti, berdasarkan data importasi Bea Cukai, impor sapi dari Australia di Pangkalan Bun telah dilakukan beberapa tahap yang dimulai pada tahun 2016, dengan jumlah sekali impor rata-rata 2000 ekor sapi.

Pada peternakan-peternakan di Jawa, Sumatera, NTT, NTB, dan Sulawesi pada umumnya sapi dikembangbiakkan di padang rumput (savana), yang identik dengan habitat sapi tersebut di negara asalnya, Australia. Namun, di Pangkalan Bun, sapi-sapi tersebut dicoba dipelihara di lahan perkebunan kelapa sawit.

Menurut Nurtanti, Bea Cukai Pangkalan Bun sebagai trade facilitator, dituntut untuk dapat memberikan pelayanan clearance kepabeanan yang cepat dan segera, mengingat barang yang diangkut berupa binatang hidup. "Pelayanan kepabeanan yang cepat dan segera untuk memastikan agar sapi-sapi impor tersebut dapat tetap dalam kondisi hidup dan baik hingga tempat peternakan," jelasnya.

Dia berharap, ke depan, upaya untuk mengembangkan peternakan sapi potong di Kalimantan Tengah dapat berjalan dengan baik, sehingga Kalimantan Tengah dapat menjadi salah satu pemasok stok daging sapi nasional dan akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap daging sapi impor.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0767 seconds (0.1#10.140)