Harga Minyak Pulih Karena Persediaan Minyak AS Mengecewakan

Kamis, 08 Maret 2018 - 12:07 WIB
Harga Minyak Pulih Karena...
Harga Minyak Pulih Karena Persediaan Minyak AS Mengecewakan
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah menguat pada Kamis (8/3/2018), setelah sempat turun sehari sebelumnya karena meningkatnya persediaan minyak AS. Namun, harga rebound karena persediaan minyak mentah AS tidak sebesar yang diperkirakan selama permintaan di musim dingin. Pasalnya banyak kilang minyak ditutup untuk perawatan.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 15 sen atau 0,2% menjadi USD64,49 per barel menjadi pukul 01:00 GMT. Kenaikan kecil ini terjadi setelah penurunan lebih dari 2% di hari sebelumnya.

Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 14 sen atau 0,2% menjadi USD61,29 per barel. WTI juga turun lebih dari 2% pada sesi sebelumnya.

"Harga minyak melambung kembali segera setelah rilis data persediaan minyak mingguan dari Administrasi Informasi Energi, di mana angkanya tidak seperti yang diperkirakan," kata Fawad Razaqzada, analis pasar pada broker forex Forex.com.

Meski demikian, kata dia, pasar minyak tetap berada di bawah tekanan. Karena belakangan ini, Negeri Abang Sam terus meningkatkan produksi minyaknya. Data Administrasi Informasi Energi menyebut pekan lalu, produksi AS mencapai rekor, yaitu 10,37 juta barel per hari (bph).

"Harga minyak mentah tetap di bawah tekanan dari meningkatnya produksi AS yang mencapai titik tertinggi. Sekarang berada di atas tingkat produksi Arab Saudi," kata William O'Loughlin, analis investasi di Rivkin Securities Australia.

Posisi Amerika Serikat tepat di bawah Rusia, yang saat ini memproduksi 11 juta barel per haro. Namun Badan Energi Internasional memperkirakan akan terjadi perubahan karena AS akan melonjak melewati 11 juta bph pada akhir tahun 2018.

Dengan peningkatan produksi minyak AS, analis mengatakan OPEC dan Rusia kini berada di bawah tekanan untuk mengekang pasokan, demi menopang harga. "OPEC mungkin harus memperpanjang perjanjian produksinya dengan Rusia dan perusahaan minyak lainnya. Jika tidak akan menimbulkan ketidaksolidan dan memicu aksi jual bergaya 2014 lainnya," kata Razaqzada.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7636 seconds (0.1#10.140)