Renggo Darsono, Merintis Bisnis sejak Kuliah
A
A
A
RENGGO Darsono bisa dibilang seorang entrepreneur di bidang yang dicintainya. Sebagai lulusan ilmu administrasi bisnis, wajar jika sekarang dia menjadi seorang pebisnis. Namun jika melihat rekam jejak masa kuliahnya, dia jauh dari calon pengusaha yang sesungguhnya.
"Saya dulu di kampus dicap sebagai salah satu yang tidak tertib, kuliah nyaris DO karena sampai tujuh tahun. Kebanyakan waktu dihabiskan di organisasi sehingga tidak tepat waktu. Saya kerap membuat kelas menjadi semakin lama gara-gara bertanya hal-hal yang remeh-temeh, sehingga teman-teman saya kerap mangkel lantaran pulangnya jadi lama," kenang Renggo sembari menahan tawa.
Ya, Renggo seperti kebanyakan anak laki-laki yang gila organisasi di kampus hingga lupa pada tugas utamanya sebagai mahasiswa. Mungkin juga sudah banyak dosen yang berpikir, dia akan menjadi penggiat LSM karena saking sering berkonfrontasi dengan birokrasi kampus terkait advokasi mahasiswa. Namun, di balik kecuekannya, Renggo sudah memulai bisnis bersama temannya pada semester tiga masa perkuliahan.
"Kami jualan buku ngelapak di kampus. Menyambangi penerbit buku yang saat itu jumlahnya banyak di Yogya dengan menjaminkan KTM, SIM, dan KTP agar bisa membawa sekian judul buku untuk kami jual. Lambat laun saya juga tahu ada ceruk buku bekas. Kami kemudian berburu ke pengepul kertas, memilih yang bagus, menyambangi beberapa pasar buku loak di lintas kota, dan menjualnya secara online," cerita alumnus UPN Veteran Yogyakarta ini.
Masa muda masa yang berapi-api dan penuh obsesi. Punya pengalaman berbisnis membuat Renggo mulus membuat Dongeng Kopi. Dia pun kian semangat, ingin membuat Dongeng Kopi semakin dikenal. Tanpa banyak pertimbangan, lelaki kelahiran 1986 ini lalu membuat KOMBIKONGO.
"KOMBIKONGO adalah mimpi sebagai ruang aktivasi brand, iklan berjalan yang membantu kami mengenalkan Dongeng Kopi secara luas," ujarnya.
Namun sayang, akibat gegabah, uang untuk membeli mobil Kombi dibawa kabur orang. Namun, usaha memang tidak akan membohongi hasil. Berbekal semangat gigih dan keinginan untuk terus belajar dari kesalahan, Renggo mendapat Kombi dengan harga murah dari orang yang kebetulan bosan berbisnis kopi menggunakan Kombi. Harapan Renggo, bukan cuma untuk berbisnis, namun Dongeng Kopi yang didirikan nya mampu menjadi wadah bagi para pencinta kopi.
"Mudah-mudahan ke depan bisa buka di berbagai kota untuk berbagi inspirasi, berbagi ruang belajar," katanya.
"Saya dulu di kampus dicap sebagai salah satu yang tidak tertib, kuliah nyaris DO karena sampai tujuh tahun. Kebanyakan waktu dihabiskan di organisasi sehingga tidak tepat waktu. Saya kerap membuat kelas menjadi semakin lama gara-gara bertanya hal-hal yang remeh-temeh, sehingga teman-teman saya kerap mangkel lantaran pulangnya jadi lama," kenang Renggo sembari menahan tawa.
Ya, Renggo seperti kebanyakan anak laki-laki yang gila organisasi di kampus hingga lupa pada tugas utamanya sebagai mahasiswa. Mungkin juga sudah banyak dosen yang berpikir, dia akan menjadi penggiat LSM karena saking sering berkonfrontasi dengan birokrasi kampus terkait advokasi mahasiswa. Namun, di balik kecuekannya, Renggo sudah memulai bisnis bersama temannya pada semester tiga masa perkuliahan.
"Kami jualan buku ngelapak di kampus. Menyambangi penerbit buku yang saat itu jumlahnya banyak di Yogya dengan menjaminkan KTM, SIM, dan KTP agar bisa membawa sekian judul buku untuk kami jual. Lambat laun saya juga tahu ada ceruk buku bekas. Kami kemudian berburu ke pengepul kertas, memilih yang bagus, menyambangi beberapa pasar buku loak di lintas kota, dan menjualnya secara online," cerita alumnus UPN Veteran Yogyakarta ini.
Masa muda masa yang berapi-api dan penuh obsesi. Punya pengalaman berbisnis membuat Renggo mulus membuat Dongeng Kopi. Dia pun kian semangat, ingin membuat Dongeng Kopi semakin dikenal. Tanpa banyak pertimbangan, lelaki kelahiran 1986 ini lalu membuat KOMBIKONGO.
"KOMBIKONGO adalah mimpi sebagai ruang aktivasi brand, iklan berjalan yang membantu kami mengenalkan Dongeng Kopi secara luas," ujarnya.
Namun sayang, akibat gegabah, uang untuk membeli mobil Kombi dibawa kabur orang. Namun, usaha memang tidak akan membohongi hasil. Berbekal semangat gigih dan keinginan untuk terus belajar dari kesalahan, Renggo mendapat Kombi dengan harga murah dari orang yang kebetulan bosan berbisnis kopi menggunakan Kombi. Harapan Renggo, bukan cuma untuk berbisnis, namun Dongeng Kopi yang didirikan nya mampu menjadi wadah bagi para pencinta kopi.
"Mudah-mudahan ke depan bisa buka di berbagai kota untuk berbagi inspirasi, berbagi ruang belajar," katanya.
(amm)