Neraca Perdagangan RI Defisit Tiga Bulan Beruntun

Kamis, 15 Maret 2018 - 12:22 WIB
Neraca Perdagangan RI...
Neraca Perdagangan RI Defisit Tiga Bulan Beruntun
A A A
JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2018 berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami defisit sebesar USD0,12 miliar. Dengan ini, maka neraca perdagangan Indonesia telah mengalami defisit selama tiga bulan beruntun sejak Desember 2017.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, defisit yang terjadi terhadap neraca perdagangan Indonesia pada bulan ini lebih disebabkan karena ada surplus dari nonmigas, namun terkoreksi karena impor nonmigas yang cukup tinggi yaitu sebesar USD119 juta.

Adapun total ekspor Indonesia pada Februari 2018 mencapai USD14,10 miliar atau turun 3,14% dibanding Januari 2018. Sementara total impor Indonesia pada Februari 2018 sebesar USD14,21 miliar atau turun 7,16% dibanding Januari 2018.

"Defisit Februari tipis, jauh lebih kecil dibanding Januari 2018. Tapi harus jadi perhatian karena tiga bulan berturut-turut neraca perdagangan kita defisit dari Desember 2017. Ini perlu jadi perhatian kita semua," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/3/2018).

Secara kumulatif dari Januari hingga Februari 2018, sambungnya, neraca perdagangan Indonesia juga mengalami defisit sekitar USD0,87 miliar. Diharapkan, pada periode mendatang neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus.

"Tentunya kita tidak berharap itu terjadi, mulai bulan depan harapnnya naik kembali sehingga performance neraca perdagangan kita diharapkan jauh lebih baik dibanding 2017," imbuh dia.

Pria yang akrab disapa Kecuk ini menambahkan, jika dilihat berdasarkan negara maka neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus terhadap Amerika Serikat (AS) sebesar USD1,4 miliar, India sebesar USD1,3 miliar, dan Belanda USD439 juta. Sementara dengan China, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD3,2 miliar, kemudian dengan Thailand defisit USD665 juta, dan Australia defisit sebesar USD421,9 juta.

"Negara dengan defisit terbesar pertama itu Tiongkok, Thailand, Australia, Korea Selatan, Jerman, Jepang dan Brazil," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6102 seconds (0.1#10.140)