CORE: Pernyataan Jokowi Teguran Halus bagi Perbankan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Pieter Abdullah Redjalam menilai pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa perbankan nasional tidak berani mengambil risiko sehingga pertumbuhan kredit hanya sekitar 8% merupakan teguran halus kepada para bankir.
Menurut dia, saat ini para bankir memang cenderung bermain aman sehingga terlihat sebagai bank yang malas (lazy bank). Namun, imbuh dia, hal itu tidak terjadi untuk semua bank.
"Yang punya kesempatan untuk bermain aman atau bermalas-malasan khususnya adalah bank-bank besar," kata Piter saat dihubungi, Jumat (16/3/2018).
Bank besar dengan semua keistimewaannya, kata Pieter, bisa mendapatkan dana murah dan punya alternatif penempatan dana di luar kredit. Di samping itu bank besar juga memiliki sumber pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang besar. Sistem insentif inilah yang menurutnya mendorong bank besar bermain aman.
"Tidak perlu menyalurkan kredit karena insentif return dari penempatan di surat berharga yang diterbitkan pemerintah dan bank sentral sudah memberikan keuntungan yang tinggi tanpa risiko," jelasnya.
Selain itu bank besar juga bisa mendapatkan pendapatan yang tidak kecil dari berbagai macam transaksi, seperti biaya top up. "Oleh karena itu tidaklah heran kalau bank besar memilih aman dan bermalas-malas karena toh dengan cara itu mereka pada tahun 2017 lalu bisa menetak rekor kenaikan laba," ujarnya.
Hal berbeda dengan bank kecil menengah, khususnya bank kecil BUKU I. Bank-bank kategori ini menurutnya tidak punya kesempatan bermain aman atau bermalas-malasan. Mereka harus berebut dana nasabah dengan biaya dana yang tinggi. Sumber penerimaan utama adalah kredit.
"Bermalas malas dan tidak menyalurkan kredit sama saja dengan bunuh diri. Bank kecil harus mengencangkan ikat pinggang dan bekerja keras untuk survive," katanya.
Hal ini terlihat pada pertumbuhan kredit bank kecil tahun 2017 yang di atas pertumbuhan kredit perbankan nasional. Karena itu, Pieter erharap presiden tidak hanya menyindir tetapi juga memerintahkan para pembantunya untuk mengubah sistem insentif yang memberikan ruang kepada bankir dan bank bank besar untuk bermain aman.
"Kuncinya ada di sistem insentif. Jangan ada peluang bagi perbankan untuk mendapatkan untung besar tanpa kerja keras. Yang bisa mengubah sistem insentif adalah regulator," tandasnya.
Menurut dia, saat ini para bankir memang cenderung bermain aman sehingga terlihat sebagai bank yang malas (lazy bank). Namun, imbuh dia, hal itu tidak terjadi untuk semua bank.
"Yang punya kesempatan untuk bermain aman atau bermalas-malasan khususnya adalah bank-bank besar," kata Piter saat dihubungi, Jumat (16/3/2018).
Bank besar dengan semua keistimewaannya, kata Pieter, bisa mendapatkan dana murah dan punya alternatif penempatan dana di luar kredit. Di samping itu bank besar juga memiliki sumber pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang besar. Sistem insentif inilah yang menurutnya mendorong bank besar bermain aman.
"Tidak perlu menyalurkan kredit karena insentif return dari penempatan di surat berharga yang diterbitkan pemerintah dan bank sentral sudah memberikan keuntungan yang tinggi tanpa risiko," jelasnya.
Selain itu bank besar juga bisa mendapatkan pendapatan yang tidak kecil dari berbagai macam transaksi, seperti biaya top up. "Oleh karena itu tidaklah heran kalau bank besar memilih aman dan bermalas-malas karena toh dengan cara itu mereka pada tahun 2017 lalu bisa menetak rekor kenaikan laba," ujarnya.
Hal berbeda dengan bank kecil menengah, khususnya bank kecil BUKU I. Bank-bank kategori ini menurutnya tidak punya kesempatan bermain aman atau bermalas-malasan. Mereka harus berebut dana nasabah dengan biaya dana yang tinggi. Sumber penerimaan utama adalah kredit.
"Bermalas malas dan tidak menyalurkan kredit sama saja dengan bunuh diri. Bank kecil harus mengencangkan ikat pinggang dan bekerja keras untuk survive," katanya.
Hal ini terlihat pada pertumbuhan kredit bank kecil tahun 2017 yang di atas pertumbuhan kredit perbankan nasional. Karena itu, Pieter erharap presiden tidak hanya menyindir tetapi juga memerintahkan para pembantunya untuk mengubah sistem insentif yang memberikan ruang kepada bankir dan bank bank besar untuk bermain aman.
"Kuncinya ada di sistem insentif. Jangan ada peluang bagi perbankan untuk mendapatkan untung besar tanpa kerja keras. Yang bisa mengubah sistem insentif adalah regulator," tandasnya.
(fjo)