Bank Bukopin Perbesar Porsi KPR
A
A
A
SURABAYA - PT Bank Bukopin Tbk pada tahun ini berupaya memperbesar porsi pembiayaan untuk segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Salah satunya, memperbanyak kerja sama dengan pengembang perumahan (developer) maupun dengan membidik segmen yang tepat.
Direktur Bank Bukopin, Rivan Purwantono mengatakan, untuk pengembang, pihaknya menggandeng pengembang besar yang selama ini sudah teruji dan memiliki rekam jejak baik di masyarakat. Di Surabaya, Bank Bukopin menggandeng pengembang Sinar Mas Land. Di kota pahlawan ini Sinar Mas Land memiliki dua proyek, yakni Klaska Residence dan Perumahan Wisata Bukit Mas.
"Untuk segmentasi properti, kami membidik yang harganya di bawah Rp1 miliar atau minimal Rp600 juta," katanya disela acara Small Gathering di salah satu hotel di Surabaya, Rabu (28/3/2018).
Menurut Rivan, potensi pasar untuk KPR diharga di atas Rp600 juta hingga di bawah Rp1 miliar masih sangat besar. Ini tak lepas dari kebutuhan rumah di Surabaya yang cukup tinggi. Tahun ini, mengacu data Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur (Jatim), kebutuhan rumah di Surabaya mencapai 500 ribu unit
"Ini potensi yang besar. Apalagi kebutuhan rumah pertama sangat tinggi. Biasanya, pemilik rumah pertama, tingkat resiko kreditnya macet relatif rendah," ujarnya.
Dalam kerja sama dengan Sinar Mas Land, lanjut dia, pihaknya menawarkan promo bunga KPR 8,88% fixed dua tahun. Keuntungan yang didapat nasabah bebas memilih tipe dan lokasi rumah atau apartemen. Maksimal plafon sekitar Rp5 miliar dengan jangka waktu fleksibel hingga 20 tahun.
Program ini berlaku mulai Januari hingga Juni 2018. "Untuk tahun ini, kami menargetkan pembiayaan KPR bisa mencapai Rp3 triliun atau tumbuh 20% dibanding tahun lalu sebesar Rp2,5 triliun," terangnya.
Data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim menunjukkan, selama 2017, KPR tumbuh 11,6%. Peningkatan ini didorong KPR untuk rumah tipe 21, tipe 22 dan 70. Sedangkan KPR untuk rumah tipe diatas 70 mengalami perlambatan. Sementara itu, untuk resiko kredit macet (non performing loan/NPL) selama 2017 sebesar 1,80%, turun dari sebelumnya 2.0%.
Penurunan NPL ini mayoritas didorong di KPR tipe 21. "Untuk KPA (kredit pemilikan apartemen) selama 2017 juga naik. Dari sebelumnya 11,1% menjadi 12,6%," kata Kepala Advisory Ekonomi dan Keuangan KPBI Jatim, Taufik Saleh.
Di sisi lain, data KPBI Jatim menunjukkan, selama 2017, kucuran kredit perbankan di Jatim secara total mencapai Rp434,94 triliun, naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp400,54 triliun. Dari jumlah itu, untuk kredit modal kerja (KMK) mencapai Rp250,77 trilun, kredit investasi Rp61,92 triliun dan kredit konsumsi Rp122,24 triliun.
Sedangkan untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), mencapai Rp499,38 triliun, naik dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp455,59 triliun. Komposisi DPK didominasi Tabungan dengan nilai Rp215,48 triliun. Angka ini naik dibanding tahun sebelumnya Rp199,24 triliun. Disusul Deposito Rp201,31 triliun, naik dari sebelumnya Rp183,25 triliun. Sementara Giro tercatat Rp82,58 triliun, naik dari sebelumnya Rp73,09 triliiun.
Direktur Bank Bukopin, Rivan Purwantono mengatakan, untuk pengembang, pihaknya menggandeng pengembang besar yang selama ini sudah teruji dan memiliki rekam jejak baik di masyarakat. Di Surabaya, Bank Bukopin menggandeng pengembang Sinar Mas Land. Di kota pahlawan ini Sinar Mas Land memiliki dua proyek, yakni Klaska Residence dan Perumahan Wisata Bukit Mas.
"Untuk segmentasi properti, kami membidik yang harganya di bawah Rp1 miliar atau minimal Rp600 juta," katanya disela acara Small Gathering di salah satu hotel di Surabaya, Rabu (28/3/2018).
Menurut Rivan, potensi pasar untuk KPR diharga di atas Rp600 juta hingga di bawah Rp1 miliar masih sangat besar. Ini tak lepas dari kebutuhan rumah di Surabaya yang cukup tinggi. Tahun ini, mengacu data Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur (Jatim), kebutuhan rumah di Surabaya mencapai 500 ribu unit
"Ini potensi yang besar. Apalagi kebutuhan rumah pertama sangat tinggi. Biasanya, pemilik rumah pertama, tingkat resiko kreditnya macet relatif rendah," ujarnya.
Dalam kerja sama dengan Sinar Mas Land, lanjut dia, pihaknya menawarkan promo bunga KPR 8,88% fixed dua tahun. Keuntungan yang didapat nasabah bebas memilih tipe dan lokasi rumah atau apartemen. Maksimal plafon sekitar Rp5 miliar dengan jangka waktu fleksibel hingga 20 tahun.
Program ini berlaku mulai Januari hingga Juni 2018. "Untuk tahun ini, kami menargetkan pembiayaan KPR bisa mencapai Rp3 triliun atau tumbuh 20% dibanding tahun lalu sebesar Rp2,5 triliun," terangnya.
Data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim menunjukkan, selama 2017, KPR tumbuh 11,6%. Peningkatan ini didorong KPR untuk rumah tipe 21, tipe 22 dan 70. Sedangkan KPR untuk rumah tipe diatas 70 mengalami perlambatan. Sementara itu, untuk resiko kredit macet (non performing loan/NPL) selama 2017 sebesar 1,80%, turun dari sebelumnya 2.0%.
Penurunan NPL ini mayoritas didorong di KPR tipe 21. "Untuk KPA (kredit pemilikan apartemen) selama 2017 juga naik. Dari sebelumnya 11,1% menjadi 12,6%," kata Kepala Advisory Ekonomi dan Keuangan KPBI Jatim, Taufik Saleh.
Di sisi lain, data KPBI Jatim menunjukkan, selama 2017, kucuran kredit perbankan di Jatim secara total mencapai Rp434,94 triliun, naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp400,54 triliun. Dari jumlah itu, untuk kredit modal kerja (KMK) mencapai Rp250,77 trilun, kredit investasi Rp61,92 triliun dan kredit konsumsi Rp122,24 triliun.
Sedangkan untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), mencapai Rp499,38 triliun, naik dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp455,59 triliun. Komposisi DPK didominasi Tabungan dengan nilai Rp215,48 triliun. Angka ini naik dibanding tahun sebelumnya Rp199,24 triliun. Disusul Deposito Rp201,31 triliun, naik dari sebelumnya Rp183,25 triliun. Sementara Giro tercatat Rp82,58 triliun, naik dari sebelumnya Rp73,09 triliiun.
(ven)