Awal Tahun, Kredit Macet Perbankan di Jabar Meningkat
A
A
A
BANDUNG - Hingga Februari 2018, kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) perbankan di Jawa Barat mengalami kenaikan, nyaris di semua sektor.
Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Ismet Inono mengatakan, pertumbuhan kredit di Jawa Barat diikuti dengan peningkatan rasio NPL bank umum di Jawa Barat.
BI mencatat kenaikan dari 3,19% pada triwulan IV 2017 menjadi 3,53% pada Februari 2018. Peningkatan NPL ini terjadi pada seluruh kelompok kredit penggunaan dan keempat lapangan usaha utama.
"Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan NPL terbesar terjadi pada kredit investasi. Sementara pada lapangan usaha utama peningkatan NPL terbesar terjadi pada konstruksi," jelas dia, Jumat, (30/2/2018).
Diakui dia, hingga Februari 2018, penyaluran kredit di Jawa Barat berdasarkan lokasi proyek tercatat sebesar Rp609,10 triliun dengan pertumbuhan sebesar 8,42% (yoy). Atau meningkat dibanding akhir triwulan IV 2017 sebesar Rp607,64 triliun atau tumbuh 7,81% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, meningkatnya pertumbuhan kredit terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh dari 8,11% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 10,11% (yoy) pada Februari 2018 serta kredit investasi (dari -2,89% menjadi -2,84%). Hal ini menunjukkan kembali aktifnya kegiatan usaha serta produksi, antara lain dalam memenuhi permintaan memasuki masa kampanye Pilkada.
"Di sisi lain, kredit konsumsi kembali tumbuh melambat setelah sebelumnya sempat membaik pada triwulan IV 2017, dari 12,60% menjadi 12,25%," kata Ismet.
Direktur Pengawasan OJK Regional 2 Jawa Barat, Riza Aulia Ibrahim mengakui, sejak akhir tahun hingga awal 2018, kredit macet di Jawa Barat tercatat terus naik. Walaupun, dari sisi angka masih di bawah batas merah, sebesar 5%.
"Saya kira kenaikan NPL perbankan umum di Jabar bersifat temporer saja. Karena ada beberapa penyesuaian sistem keuangan di beberapa perbankan di Jabar. Saya yakin dalam waktu dekat akan kembali turun," kata dia pada acara forum diskusi Stabilitas Keuangan di Jabar pada Rabu (28/3/2018).
Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Ismet Inono mengatakan, pertumbuhan kredit di Jawa Barat diikuti dengan peningkatan rasio NPL bank umum di Jawa Barat.
BI mencatat kenaikan dari 3,19% pada triwulan IV 2017 menjadi 3,53% pada Februari 2018. Peningkatan NPL ini terjadi pada seluruh kelompok kredit penggunaan dan keempat lapangan usaha utama.
"Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan NPL terbesar terjadi pada kredit investasi. Sementara pada lapangan usaha utama peningkatan NPL terbesar terjadi pada konstruksi," jelas dia, Jumat, (30/2/2018).
Diakui dia, hingga Februari 2018, penyaluran kredit di Jawa Barat berdasarkan lokasi proyek tercatat sebesar Rp609,10 triliun dengan pertumbuhan sebesar 8,42% (yoy). Atau meningkat dibanding akhir triwulan IV 2017 sebesar Rp607,64 triliun atau tumbuh 7,81% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, meningkatnya pertumbuhan kredit terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh dari 8,11% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 10,11% (yoy) pada Februari 2018 serta kredit investasi (dari -2,89% menjadi -2,84%). Hal ini menunjukkan kembali aktifnya kegiatan usaha serta produksi, antara lain dalam memenuhi permintaan memasuki masa kampanye Pilkada.
"Di sisi lain, kredit konsumsi kembali tumbuh melambat setelah sebelumnya sempat membaik pada triwulan IV 2017, dari 12,60% menjadi 12,25%," kata Ismet.
Direktur Pengawasan OJK Regional 2 Jawa Barat, Riza Aulia Ibrahim mengakui, sejak akhir tahun hingga awal 2018, kredit macet di Jawa Barat tercatat terus naik. Walaupun, dari sisi angka masih di bawah batas merah, sebesar 5%.
"Saya kira kenaikan NPL perbankan umum di Jabar bersifat temporer saja. Karena ada beberapa penyesuaian sistem keuangan di beberapa perbankan di Jabar. Saya yakin dalam waktu dekat akan kembali turun," kata dia pada acara forum diskusi Stabilitas Keuangan di Jabar pada Rabu (28/3/2018).
(ven)