Selamatkan Teluk Balikpapan
A
A
A
JAKARTA - Sebuah ikan pesut (orcaela brevirostris) ditemukan mati dengan kondisi mengenaskan. Lidah hewan cerdas mirip lumba-lumba itu membesar dan menjulur keluar, sedangkan ususnya terburai keluar.
Bangkai mamalia laut tersebut ditemukan sehari setelah perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur tercemar minyak. Selain pesut, fauna laut yang turut menjadi korban adalah lumba-lumba, dugong, berbagai jenis ikan, dan kepiting.
Habitat yang selama ini menjadi tempat mereka mencari makan dan bertelur pun turut terancam. Tercatat 34 hektare hutan bakau juga terdampak pencemaran. Lebih menyedihkan, lima nelayan juga menjadi korban setelah kapal mereka terbakar.
Pencemaran minyak di Teluk Balikpapan ini bukan pencemaran biasa. Pun ternyata bukan pencemaran yang disebabkan tumpahan BBM kapal yang terbakar seperti diduga di awal. Pencemaran terjadi akibat kebocoran pipa bawah laut milik Pertamina yang menghubungkan Terminal Lawe-lawe di Penajam Paser Utama ke Kilang Refinery Unit V Balikpapan.
Karena itu, tak heran bila pencemaran yang terjadi begitu hebat. Tercatat perairan yang tercemar mencapai luas 12.987 hektare dengan panjang pantai terdampak mencapai sepanjang 60 km.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut dampak pencemaran akibat kebocoran pipa crude oil itu benar-benar mengerikan. Siapa yang harus bertanggung jawab secara hukum atas kasus tragedi lingkungan tersebut mesti dicari.
Tapi, yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah, Pertamina, dan semua pihak terkait bersama-sama dan secepatnya mengatasi pencemaran di Teluk Balikpapan dan menyelamatkan ekosistem di dalamnya. Semakin cepat penanganan bisa dilakukan diharapkan semakin kecil dampak kerusakan lingkungan hidup yang akan terjadi.
Juru kampanye laut Greenpeace Arifsyah Nasution meminta pihak terkait secepatnya mengatasi pencemaran minyak agar tidak meluas ke mana-mana. Pencemaran minyak sangat berdampak pada ekosistem laut. “Idealnya 3x24 jam penyebaran minyak seharusnya sudah dapat tertangani.
Harapan kita, agar tidak ke mana-mana,” kata dia. Menurut dia, kerugian yang ditimbulkan dari tumpahan minyak Pertamina beragam, baik dari kerugian sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pihaknya bahkan menyebut, selama ini kasus tumpahan minyak tak cukup terekam dengan baik.
Banyak kasus di daerah yang terindi kasi kebocoran, namun tak tertangani dengan baik dan prosesnya suka berlarut-larut. “Tindakan pemerintah lebih pada reaktif daripada preventif. Tidak ada upaya pencegahan dan tak pernah belajar dari kejadian sebelumnya,” tandasnya.
Direktur Eksekutif Kawal Wahana Lingkungan Hidup (Kawalhi) Puput TD Putra juga mengkhawatirkan dampak pencemaran tersebut jika tidak segera ditangani secara tuntas. Salah satu dampaknya terhadap organisme perairan yang akan mengganggu proses kehidupan ekosistem laut.
Dia juga mengkhawatirkan pencemaran minyak akan menyebabkan terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal yang berakibat kematian dalam skala besar.
“Kami meminta pihak terkait bisa membersihkan minyak secara mendalam dan berkesinambungan karena tumpahan minyak tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat,” ujar Puput, saat dihubungi KORANSINDO. Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan menilai penanganan pencemaran minyak tidak berjalan cepat dalam sepekan terakhir.
Menurut dia, Komisi IV DPR secara langsung sudah meminta menteri kehutanan dan lingkungan hidup (LHK) untuk segera turun tangan dalam penanganan pembersihan limbah minyak dalam tempo waktu sesingkat-singkatnya.
DPR turut mendesak Pertamina untuk bertanggung jawab penuh atas tumpahan limbah minyak di perairan Balikpapan itu. “Segera bersihkan laut dari limbah minyak dan pulihkan kembali lingkungan dan biota laut dari kerusakan,” tegas politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Seperti diketahui, pencemaran minyak mentah di perairan Teluk Balikpapan Kalimantan Timur dipastikan dari salah satu pipa minyak asal Lawe-lawe, kilang Pertamina, yang putus. Pipa putus diduga karena tersangkut jangkar kapal.
Penanganan Pencemaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merespons serius kasus pencemaran minyak di Teluk Balikpapan dengan mengirim tiga direktur jenderal (ditjen) ke Balikpapan, yaitu dirjen Penegakan Hukum, dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, serta dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem.
Selain mendukung penegakan hukum yang dilakukan Polda Kalimantan Timur, mereka juga mengoordinasi penanganan pencemaran. Berdasar pemantauan KLHK, sisa tumpahan minyak masih ada di perairan, namun dengan jumlah yang sudah sangat berkurang dibandingkan beberapa hari sebelumnya.
Menurut menteri KLHK, masih ditemukan minyak yang relatif masih tebal pada beberapa titik atau kantung minyak di beberapa lokasi. “Diminta kepada PT Pertamina untuk melakukan upaya pengambilan spot-spot minyak di beberapa titik agar tidak menyebar,” ujar Siti.
Tim Gakkum KLHK juga mengecek lokasi Perumahan Kampung Air (kampung rumah panggung) di mana masih ada minyak-minyak di bawahnya dan bau minyak masih sangat terasa. KLH meminta Pertamina membantu menangani persoalan tersebut.
Siti mengungkapkan, pihaknya telah mengumpulkan sampel material yang diduga minyak di permukaan air, sampel air dan sampel sedimen di dasar pada pipa Pertamina yang ditemukan, sampel air dan sedimen di kawasan bakau, juga pengamatan bakau.
KLHK juga menurunkan drone untuk melakukan pemetaan daerah terpapar minyak. ”Dalam waktu dekat Dit PSLH akan menurunkan tim valuasi ekonomi setelah data ekologi dan paparan akibat minyak telah tersusun sempurna untuk dipelajari oleh tim valuasi ekonomi,” jelas mantan sekjen Kemendagri ini.
Wakil Menteri ESDM Arcandara Tahar meminta perseroan dapat segera menyelesaikan insiden tersebut sesuai dengan prosedur aturan yang berlaku. Tumpahan minyak akibat pipa distribusi putus tersebut telah menyebabkan pencemaran lingkungan.
“Kita sudah koordinasi dengan Pertamina untuk melihat langkah-langkah yang harus dilakukan. Terdapat beberapa langkah yang telah dilakukan sehingga kilang Balikpapan dapat berjalan normal,” kata dia.
Menurut dia, saat ini Kementerian ESDM masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan Pertamina. Namun, hal utama yang harus dilakukan ialah membersihkan pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak Pertamina.“Kita tunggu hasil investigasi.
Tapi, yang jelas, pertama yang dilakukan memulihkan pencemaran lingkungan sekitar,” tandasnya. Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menjelaskan, untuk mengatasi pencemaran lingkungan di sekitar Teluk Balikpapan, Pertamina melibatkan KLHK.
Dia memastikan pengoperasian kilang sudah berjalan normal, begitu juga dengan pelabuhan. Sedangkan pantai juga sudah bersih kembali. “Pemulihannya masih harus terus dilakukan. Kita koordinasi dengan tim KLH dan tim-tim terkait lainnya,” kata Elia.
Sebelumnya Pertamina menambah armada kapal untuk mempercepat proses pembersihan Teluk Balikpapan. Hingga Jumat (6/4) Pertamina menurunkan 21 kapal beserta 234 tim membersihkan tumpahan minyak.
"Tim yang melakukan pembersihan terdiri atas petugas perlindungan lingkungan perairan, teknis support, dan kru kapal," ujar Region Manager Communication and CSR Pertamina Kalimantan Yudy Nugroho dalam keterangan resminya kemarin.
Menurut dia, armada kapal terdiri atas 11 tugboat, 3 patrol boat, 3 oil barge, dan 4 alumunium boat. Sebelumnya selama dua hari terakhir Pertamina menurunkan 15 armada kapal untuk membersihkan Teluk Balikpapan. Pertamina mengklaim sejak Rabu (4/4) pesisir Teluk Balikpapan terlihat jauh lebih bersih ketimbang hari pertama dan kedua terjadi ceceran minyak. (Nanang Wijayanto/ Yan Yusuf/Kiswondari)
Bangkai mamalia laut tersebut ditemukan sehari setelah perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur tercemar minyak. Selain pesut, fauna laut yang turut menjadi korban adalah lumba-lumba, dugong, berbagai jenis ikan, dan kepiting.
Habitat yang selama ini menjadi tempat mereka mencari makan dan bertelur pun turut terancam. Tercatat 34 hektare hutan bakau juga terdampak pencemaran. Lebih menyedihkan, lima nelayan juga menjadi korban setelah kapal mereka terbakar.
Pencemaran minyak di Teluk Balikpapan ini bukan pencemaran biasa. Pun ternyata bukan pencemaran yang disebabkan tumpahan BBM kapal yang terbakar seperti diduga di awal. Pencemaran terjadi akibat kebocoran pipa bawah laut milik Pertamina yang menghubungkan Terminal Lawe-lawe di Penajam Paser Utama ke Kilang Refinery Unit V Balikpapan.
Karena itu, tak heran bila pencemaran yang terjadi begitu hebat. Tercatat perairan yang tercemar mencapai luas 12.987 hektare dengan panjang pantai terdampak mencapai sepanjang 60 km.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut dampak pencemaran akibat kebocoran pipa crude oil itu benar-benar mengerikan. Siapa yang harus bertanggung jawab secara hukum atas kasus tragedi lingkungan tersebut mesti dicari.
Tapi, yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah, Pertamina, dan semua pihak terkait bersama-sama dan secepatnya mengatasi pencemaran di Teluk Balikpapan dan menyelamatkan ekosistem di dalamnya. Semakin cepat penanganan bisa dilakukan diharapkan semakin kecil dampak kerusakan lingkungan hidup yang akan terjadi.
Juru kampanye laut Greenpeace Arifsyah Nasution meminta pihak terkait secepatnya mengatasi pencemaran minyak agar tidak meluas ke mana-mana. Pencemaran minyak sangat berdampak pada ekosistem laut. “Idealnya 3x24 jam penyebaran minyak seharusnya sudah dapat tertangani.
Harapan kita, agar tidak ke mana-mana,” kata dia. Menurut dia, kerugian yang ditimbulkan dari tumpahan minyak Pertamina beragam, baik dari kerugian sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pihaknya bahkan menyebut, selama ini kasus tumpahan minyak tak cukup terekam dengan baik.
Banyak kasus di daerah yang terindi kasi kebocoran, namun tak tertangani dengan baik dan prosesnya suka berlarut-larut. “Tindakan pemerintah lebih pada reaktif daripada preventif. Tidak ada upaya pencegahan dan tak pernah belajar dari kejadian sebelumnya,” tandasnya.
Direktur Eksekutif Kawal Wahana Lingkungan Hidup (Kawalhi) Puput TD Putra juga mengkhawatirkan dampak pencemaran tersebut jika tidak segera ditangani secara tuntas. Salah satu dampaknya terhadap organisme perairan yang akan mengganggu proses kehidupan ekosistem laut.
Dia juga mengkhawatirkan pencemaran minyak akan menyebabkan terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal yang berakibat kematian dalam skala besar.
“Kami meminta pihak terkait bisa membersihkan minyak secara mendalam dan berkesinambungan karena tumpahan minyak tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat,” ujar Puput, saat dihubungi KORANSINDO. Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan menilai penanganan pencemaran minyak tidak berjalan cepat dalam sepekan terakhir.
Menurut dia, Komisi IV DPR secara langsung sudah meminta menteri kehutanan dan lingkungan hidup (LHK) untuk segera turun tangan dalam penanganan pembersihan limbah minyak dalam tempo waktu sesingkat-singkatnya.
DPR turut mendesak Pertamina untuk bertanggung jawab penuh atas tumpahan limbah minyak di perairan Balikpapan itu. “Segera bersihkan laut dari limbah minyak dan pulihkan kembali lingkungan dan biota laut dari kerusakan,” tegas politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Seperti diketahui, pencemaran minyak mentah di perairan Teluk Balikpapan Kalimantan Timur dipastikan dari salah satu pipa minyak asal Lawe-lawe, kilang Pertamina, yang putus. Pipa putus diduga karena tersangkut jangkar kapal.
Penanganan Pencemaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merespons serius kasus pencemaran minyak di Teluk Balikpapan dengan mengirim tiga direktur jenderal (ditjen) ke Balikpapan, yaitu dirjen Penegakan Hukum, dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, serta dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem.
Selain mendukung penegakan hukum yang dilakukan Polda Kalimantan Timur, mereka juga mengoordinasi penanganan pencemaran. Berdasar pemantauan KLHK, sisa tumpahan minyak masih ada di perairan, namun dengan jumlah yang sudah sangat berkurang dibandingkan beberapa hari sebelumnya.
Menurut menteri KLHK, masih ditemukan minyak yang relatif masih tebal pada beberapa titik atau kantung minyak di beberapa lokasi. “Diminta kepada PT Pertamina untuk melakukan upaya pengambilan spot-spot minyak di beberapa titik agar tidak menyebar,” ujar Siti.
Tim Gakkum KLHK juga mengecek lokasi Perumahan Kampung Air (kampung rumah panggung) di mana masih ada minyak-minyak di bawahnya dan bau minyak masih sangat terasa. KLH meminta Pertamina membantu menangani persoalan tersebut.
Siti mengungkapkan, pihaknya telah mengumpulkan sampel material yang diduga minyak di permukaan air, sampel air dan sampel sedimen di dasar pada pipa Pertamina yang ditemukan, sampel air dan sedimen di kawasan bakau, juga pengamatan bakau.
KLHK juga menurunkan drone untuk melakukan pemetaan daerah terpapar minyak. ”Dalam waktu dekat Dit PSLH akan menurunkan tim valuasi ekonomi setelah data ekologi dan paparan akibat minyak telah tersusun sempurna untuk dipelajari oleh tim valuasi ekonomi,” jelas mantan sekjen Kemendagri ini.
Wakil Menteri ESDM Arcandara Tahar meminta perseroan dapat segera menyelesaikan insiden tersebut sesuai dengan prosedur aturan yang berlaku. Tumpahan minyak akibat pipa distribusi putus tersebut telah menyebabkan pencemaran lingkungan.
“Kita sudah koordinasi dengan Pertamina untuk melihat langkah-langkah yang harus dilakukan. Terdapat beberapa langkah yang telah dilakukan sehingga kilang Balikpapan dapat berjalan normal,” kata dia.
Menurut dia, saat ini Kementerian ESDM masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan Pertamina. Namun, hal utama yang harus dilakukan ialah membersihkan pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak Pertamina.“Kita tunggu hasil investigasi.
Tapi, yang jelas, pertama yang dilakukan memulihkan pencemaran lingkungan sekitar,” tandasnya. Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menjelaskan, untuk mengatasi pencemaran lingkungan di sekitar Teluk Balikpapan, Pertamina melibatkan KLHK.
Dia memastikan pengoperasian kilang sudah berjalan normal, begitu juga dengan pelabuhan. Sedangkan pantai juga sudah bersih kembali. “Pemulihannya masih harus terus dilakukan. Kita koordinasi dengan tim KLH dan tim-tim terkait lainnya,” kata Elia.
Sebelumnya Pertamina menambah armada kapal untuk mempercepat proses pembersihan Teluk Balikpapan. Hingga Jumat (6/4) Pertamina menurunkan 21 kapal beserta 234 tim membersihkan tumpahan minyak.
"Tim yang melakukan pembersihan terdiri atas petugas perlindungan lingkungan perairan, teknis support, dan kru kapal," ujar Region Manager Communication and CSR Pertamina Kalimantan Yudy Nugroho dalam keterangan resminya kemarin.
Menurut dia, armada kapal terdiri atas 11 tugboat, 3 patrol boat, 3 oil barge, dan 4 alumunium boat. Sebelumnya selama dua hari terakhir Pertamina menurunkan 15 armada kapal untuk membersihkan Teluk Balikpapan. Pertamina mengklaim sejak Rabu (4/4) pesisir Teluk Balikpapan terlihat jauh lebih bersih ketimbang hari pertama dan kedua terjadi ceceran minyak. (Nanang Wijayanto/ Yan Yusuf/Kiswondari)
(nfl)