Lampaui Proyeksi, Pertumbuhan Ekonomi China Capai 6,8%

Rabu, 18 April 2018 - 12:35 WIB
Lampaui Proyeksi, Pertumbuhan...
Lampaui Proyeksi, Pertumbuhan Ekonomi China Capai 6,8%
A A A
BEIJING - Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama tahun ini mencapai 6,8%. Itu meningkat dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Sebelumnya Pemerintah China memprediksi pertumbuhan ekonomi Januari-Maret sekitar 6,5% atau di atas pertumbuhan tahunan Beijing pada 2018. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kedua terbesar dunia itu dibantu meningkatkan belanja konsumen yang menguat. 80% pertumbuhan ekonomi China ditopang konsumsi pada kuartal pertama. Konsumsi memainkan peranan penting dalam mendukung ekonomi di tengah risiko tumbuhnya dari sektor ekspor. Sektor penjualan ritel hanya tumbuh 10,1% dari tahun sebelumnya.

"Data penjualan rital menunjukkan banyaknya konsumsi. Itu hanya faKtor musim. Itu melihat pertumbuhan sektor kosmetik, belanja pakaian, mobil, dan tren itu hanya berlaku beberapa bulan," kata ekonom spesialis China di ING di Hong Kong, Iris Pang, dilansir Reuters. "Sektor konsumsi memang sangat kuat khususnya di wilayah urban. Kita tidak boleh mengabaikan sektor konsumsi di China," ujarnya.

Tapi, ekonomi China masih menghadapi kekhawatiran seiring dengan meningkatnya utang. Pemerintah juga berusaha keras melambungnya utang dan perumahan tanpa mengganggu pertumbuhan.

Pengamat ekonomi China dari Nordea Bank di Singapura Amy Zhuang mengatakan, angka pertumbuhan China di kuartal pertama sebagai 'solid'. "Namun pada saat bersamaan ada tanda-tanda momentum positif itu akan melemah akibat pasar properti yang melemah," katanya dilansir BBC.

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi China ini terjadi di tengah kekhawatiran atas prospek ekspor Cina yang dibayang-bayangi oleh ketegangan hubungan daganG dengan AS, mitra dagang terbesarnya.

Terhadap kekhawatiran seperti itu, Bo Zhuang, ahli ekonom China di lembaga riset TS Lombard, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekspor merupakan risiko yang terbesar pada 2018. Sedangkan Amy Zhuang mengatakan, pasar saham sudah berada pada nilai sejalan dengan risiko terbesar perang dagang. "Kedua pihak (China dan AS) akan mencapai kesepakatan terkait perang dagang itu," terangnya.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2018 akan dibayang-bayangi oleh dampak dari usulan tarif dagang AS. Itulah sebabnya, banyak pengamat China menyarankan agar semua pihak berhati-hati dengan angka pertumbuhan ekonomi China seperti yang dilansir otoritas negara itu.

Ekspor China juga mengalami pertumbuhan solid pada kuartal pertama. Ekspor ke Amerika Serikat meningkat 14,8%. Analis mengungkapkan perusahaan China mungkin berusaha mengekspor ke AS di tengah ancaman tarif. "Kita tidak memperkirakan ketegangan AS-China akan terjadi perang perdagangan skala besar. Kita yakin ketidakpastian memang tidak akan hilang. Tapi, kita memperkirakan ada negosiasi," kata ekonomi China di JP Morgan di Hong Kong, Haibin Zhu.

Kemudian Pengamat ekonom China di Capital Economics, Julian Evans-Prtichard, mengatakan angka pertumbuhan ekonomi China harus disikapi dengan seksama dan hati-hati, apalagi tumbuh stabil dalam beberapa tahun terakhir. "Walau kami tidak berpendapat ekonomi Cina tumbuh pesat sesuai dengan angka resmi yang diumumkan, ada bukti meluas bahwa pemulihan di bidang industri mencegah anjlok yang terlalu besar pada kuartal berikut," terangnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6985 seconds (0.1#10.140)