Pelindo III Caplok Saham APBS
A
A
A
SURABAYA - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Persero mengakuisisi saham entitas swasta PT Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS). APBS merupakan perusahaan patungan antara Pelindo III dengan kontraktor pengerukan asal Belanda, Van Oord, dan perusahaan swasta nasional, PT Gerbang Samudera Utama (GSU).
Sebelumnya perusahaan jasa kepelabuhanan pelat merah itu memiliki 60% saham APBS melalui anak usahanya, yakni PT Pelindo Marine Service (PMS). Sisanya dimiliki oleh Van Oord dan GSU masing-masing sebesar 20%. Pelindo III mengakuisi masing-masing 15% saham dari Van Oord dan GSU. Sehingga kini Pelindo III memiliki kontrol penuh dengan 90% saham.
“Kepemilikan saham mayoritas di APBS membuat Pelindo III semakin gesit mengambil keputusan bisnis. Apalagi kini Pelindo III mengintegrasikan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik dalam konsep Great Surabaya Metropolitan Portn,” ujar CEO Pelindo III, Ari Askhara.
Dia menambahkan, beberapa terminal di Pelabuhan Tanjung Perak sudah direkonfigurasi sesuai jenis komoditasnya untuk meningkatkan produktivitas bongkar muat. Kemudian Pelindo III juga membangun beberapa terminal baru, seperti Terminal Teluk Lamong dan Terminal Manyar di JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate). “Maka traffic (arus) kapal akan semakin ramai melalui APBS, sehingga potensi bisnisnya semakin besar," katanya.
Direktur Utama Pelindo PMS, Putut Sri Muljanto mengatakan, Pelindo III pada tahun 2015 telah berhasil menyelesaikan proyek revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya dengan nilai pekerjaan mencapai USD73 juta.
Alur pelayaran sepanjang 25 mil tersebut menjadi akses laut menuju Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik, Jawa Timur (Jatim) dikembangkan dari semula dengan lebar 100 meter dan kedalaman sekitar -9,5 meter LWS (low water spring/rata-rata permukaan air) menjadi selebar 150 meter dengan kedalaman mencapai -13 meter LWS. “Sehingga memiliki kedalaman yang cukup untuk mengakomodir kapal-kapal yang berbobot lebih besar,” terangnya.
APBS, lanjut dia juga mengelola channel fee yang dipungut dari operator kapal untuk dialokasikan pada pengaturan lalu lintas pelayaran dan juga perawatan alur agar aman untuk dilayari. Usai direvitalisasi potensi bisnis APBS semakin menjanjikan. Karena kini tren kapal yang memasuki Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik memiliki bobot yang semakin besar. “Terlebih tren ini juga didorong dengan tren pertumbuhan throughput (arus bongkar muat barang) yang juga terus meningkat," jelasnya.
Berdasarkan catatan Pelindo III, jumlah kapal yang melalui APBS sepanjang tahun 2016 sebanyak 1.105 unit atau setara dengan total bobot kapal yang mencapai lebih dari 27 juta gros ton. Kemudian meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah kapal sebanyak 2.857 unit atau setara dengan lebih dari 53 juta gros ton bobot kapal. Sehingga peningkatan year on year untuk periode tersebut untuk arus kapal sebesar 158,5% dan untuk bobot kapal sebesar 96,3%.
Sebelumnya perusahaan jasa kepelabuhanan pelat merah itu memiliki 60% saham APBS melalui anak usahanya, yakni PT Pelindo Marine Service (PMS). Sisanya dimiliki oleh Van Oord dan GSU masing-masing sebesar 20%. Pelindo III mengakuisi masing-masing 15% saham dari Van Oord dan GSU. Sehingga kini Pelindo III memiliki kontrol penuh dengan 90% saham.
“Kepemilikan saham mayoritas di APBS membuat Pelindo III semakin gesit mengambil keputusan bisnis. Apalagi kini Pelindo III mengintegrasikan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik dalam konsep Great Surabaya Metropolitan Portn,” ujar CEO Pelindo III, Ari Askhara.
Dia menambahkan, beberapa terminal di Pelabuhan Tanjung Perak sudah direkonfigurasi sesuai jenis komoditasnya untuk meningkatkan produktivitas bongkar muat. Kemudian Pelindo III juga membangun beberapa terminal baru, seperti Terminal Teluk Lamong dan Terminal Manyar di JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate). “Maka traffic (arus) kapal akan semakin ramai melalui APBS, sehingga potensi bisnisnya semakin besar," katanya.
Direktur Utama Pelindo PMS, Putut Sri Muljanto mengatakan, Pelindo III pada tahun 2015 telah berhasil menyelesaikan proyek revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya dengan nilai pekerjaan mencapai USD73 juta.
Alur pelayaran sepanjang 25 mil tersebut menjadi akses laut menuju Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik, Jawa Timur (Jatim) dikembangkan dari semula dengan lebar 100 meter dan kedalaman sekitar -9,5 meter LWS (low water spring/rata-rata permukaan air) menjadi selebar 150 meter dengan kedalaman mencapai -13 meter LWS. “Sehingga memiliki kedalaman yang cukup untuk mengakomodir kapal-kapal yang berbobot lebih besar,” terangnya.
APBS, lanjut dia juga mengelola channel fee yang dipungut dari operator kapal untuk dialokasikan pada pengaturan lalu lintas pelayaran dan juga perawatan alur agar aman untuk dilayari. Usai direvitalisasi potensi bisnis APBS semakin menjanjikan. Karena kini tren kapal yang memasuki Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik memiliki bobot yang semakin besar. “Terlebih tren ini juga didorong dengan tren pertumbuhan throughput (arus bongkar muat barang) yang juga terus meningkat," jelasnya.
Berdasarkan catatan Pelindo III, jumlah kapal yang melalui APBS sepanjang tahun 2016 sebanyak 1.105 unit atau setara dengan total bobot kapal yang mencapai lebih dari 27 juta gros ton. Kemudian meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah kapal sebanyak 2.857 unit atau setara dengan lebih dari 53 juta gros ton bobot kapal. Sehingga peningkatan year on year untuk periode tersebut untuk arus kapal sebesar 158,5% dan untuk bobot kapal sebesar 96,3%.
(akr)