Ekspor Mobil Dorong Pertumbuhan

Kamis, 26 April 2018 - 08:09 WIB
Ekspor Mobil Dorong...
Ekspor Mobil Dorong Pertumbuhan
A A A
JAKARTA - Pemerintah menyambut baik ekspor mobil yang dilakukan pabrikan automotif di dalam negeri. Pasalnya, investasi dan ekspor merupakan kunci penting bagi kemajuan perekonomian nasional.

Dengan peningkatan investasi dan ekspor yang mendorong pertumbuhan eko nomi, kesenjangan dan ke mis kinan di masyarakat bisa ditekan. Apresiasi pemerintah terhadap ekspor mobil disampaikan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat seremoni ekspor perdana Mitsubishi Xpander ke Filipina, di IPC Car Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kemarin.

“Terutama investasi dan ekspor untuk yang nonsumber daya alam. Inilah sektor-sektor yang bisa memberikan nilai tambah yang tinggi dan melibatkan value chain yang begitu luas seperti yang kita saksikan hari ini, yakni di sektor automotif,” ujar Jokowi. Ekspor ke Filipina merupakan langkah awal Mitsubishi Motors mengekspor Mitsubishi Xpander ke berbagai negara di dunia.

Pada tahap pertama sebanyak 400 Mitsubishi Xpander dari total 3.000 unit yang telah di pesan negara tersebut. Selain Presiden Jokowi, ekspor perdana juga disaksikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Hadir pula Chief Executive Mitsubishi Motors Osamu Masuko, President Director PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Kyoya Kondo, dan President Director PT Mit su bishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) Takao Kato.

“Satu tahun lalu kami membuka pabrik di Bekasi. Kami bangga untuk mengatakannya bahwa ini pertama kali kami mengekspor mobil penumpang kami,” ujar Osamu Masuko. Osamu mengatakan, pihaknya menargetkan 30.000 unit Mitsubishi Xpander diekspor tahun ini.

Beberapa negara yang jadi target ekspor adalah negara-negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam. Selain itu, negara Asia seperti Sri Lanka, Timur Tengah, Mesir, dan Bolivia juga akan dijadikan pasar ekspor Xpander. Agar pasar ekspor terpenuhi, Mitsubishi—menurut Masuko, akan meningkatkan jumlah produksi pabrik Xpander yang ada di kawasan Delta Mas, Bekasi, Jawa Barat.

Pabrik itu semula memproduksi Xpander sebanyak 8.000 unit per bulan, akan ditingkatkan menjadi 10.000 unit. Peningkatan produksi itu mulai berjalan Juni nanti. “Komposisi produksinya 70% untuk pasar lokal dan 30% untuk pasar impor,” ujarnya.

Mitsubishi menyuntikkan investasi tambahan sekaligus menambah 400 karyawan dari sebelumnya total 3.000 karyawan. Osamu menyebut jumlah investasi sampai 1 miliar yen atau setara Rp125,7 miliar. Presiden Director PT MMKI Takao Kato mengatakan tidak ada perbedaan yang besar antara Mitsubishi Xpander yang dijual di Indonesia dan Mitsubishi Xpander pasar ekspor.

MMKI hanya melakukan beberapa penyesuaian dengan ketentuan atau peraturan negara yang dituju. Dia mencontohkan Filipina yang meng adop si peraturan setir kiri. Otomatis, Mitsubishi Xpander yang dikirim ke Filipina harus menggunakan setir kiri. “Harganya juga tidak jauh berbeda. Kami kira harganya ada di angka Rp200 jutaan,” kata Takao Kato.

Dihubungi terpisah, Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengungkapkan, peningkatan ekspor oleh industri automotif di dalam negeri harus diikuti peningkatan daya saing. Baik daya saing dari internal industri sendiri maupun daya saing dari sisi regulasi.

“Para stakeholder industri automotif harus bersinergi, karena saat ini persaingannya bukan perusahaan dengan perusahaan, tapi sudah menyangkut ekosistem industri suatu negara dengan negara lainnya,” tegasnya.

Bob memberikan contoh, untuk ekspor ke Australia, Thailand sudah memiliki perjan jian free trade sementara Indonesia belum.

Australia kini menjadi salah satu pasar ekspor pabrikan automotif karena produsen mobil di Negeri Kanguru itu memutuskan untuk menghentikan kegiatan produksinya. Selain masalah daya saing, hal lain yang perlu diperhatikan industri dan pemerintah yakni masalah technical barrier. Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi peningkatan ekspor mobil asal Indonesia.

Masalah regulasi di negara lain juga harus diantisipasi, misalnya terkait dengan pemberian insentif, keringanan pajak, ataupun kemudahan regulasi untuk investasi. “Ini penting untuk menarik minat pabrikan berinvestasi. Jangan sampai negara lain lebih dulu memberikan kemudahan, sementara kita tidak. Investor tentu akan lari ke negara tersebut,” tegasnya.

Adapun 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Donny Saputra mengatakan, dukungan pemerintah terhadap industri automotif nasional tentu merupakan hal positif. “Selama ini dukungan pemerintah sudah maksimal, termasuk untuk kegiatan ekspor,” tegas Donny.

Menurut Donny, ekspor yang dilakukan pabrikan selain akan memaksimalkan kapasitas produksi, juga akan mendatangkan devisa yang cukup besar. Dia mengungkapkan, Suzuki All New Ertiga misalnya, hingga Februari 2018 sebanyak 676.000 unit telah terjual, baik untuk pasar Indonesia, India, maupun ekspor ke lebih dari 70 negara.

“All New Ertiga akan kita ekspor ke negara-negara ASEAN. Kami juga memiliki rencana untuk ekspansi ke be be rapa negara, seperti Amerika Latin, Pakistan, serta beberapa negara po -tensial lainnya dalam bentuk CBU,” ungkapnya.

Suzuki juga memiliki rencana besar untuk bisa mengekspor All New Ertiga dalam bentuk terurai alias CKD. “Ekspor CKD sedang dibicarakan dengan prinsipal, karena produk si All New Ertiga hanya ada di India dan Indonesia,” tegasnya.

Fokus Ekspor Komponen
Direktur Pemasaran dan Purna Jual PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy mengatakan, pihaknya cukup optimistis dengan kondisi pasar automotif tahun ini. Namun, di sisi lain, dia juga belum melihat pertumbuhan yang signifikan, di mana total pasar automotif masih di sekitar satu juta unit.

“Sebenarnya sudah cukup baik, hanya saja konsumen masih wait and see saat ini. Kami percaya kebutuhan transportasi roda empat masih sangat ter buka lebar pasarnya,” ujarnya. Adapun untuk kendaraan utuh masih difokuskan dalam memenuhi permintaan dalam negeri.

Sementara itu, Honda melakukan ekspor komponen ke berbagai negara. “Ekspor komponen Honda ke-12 negara mencapai kira-kira 200 komponen,” ujar Jonfis. Menurut dia, potensi ekspor mobil CBU maupun komponen akan selalu ada. Namun, yang perlu diperhatikan adalah syarat dan hambatan berbedabeda antara negara satu dan negara lain.

Sementara itu, PT Pelindo II (persero) atau IPC siap men du - kung pengembangan investasi yang berorientasi ekspor di Tanah Air, untuk memperkuat perekonomian nasional. Di rektur Utama Pelindo II Elvyn G Masassya mengatakan fasilitas yang dimiliki Pelindo II telah digunakan untuk pengembangan ekspor industri automotif.

“IPC Car Terminal adalah salah satu dari 17 anak perusahaan IPC, yang merupakan terminal kendaraan ter besar di Indonesia, dan terminal terbesar ketiga di Asia Tenggara. Pada tahun 2017, IPC Car Terminal tercatat menampung dan menangani 345.863 unit kendaraan,” sebut Elvyn seusai mendampingi Presiden Jokowi.

Menurut dia, tahun ini IPC akan membangun port stock dengan total luas 62,5 hektare. “Dengan demikian, kita akan memiliki terminal pelabuhan kendaraan terbesar kelima di dunia,” katanya. Elvyn juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Mitsubishi Motor Corporation dan PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia yang telah mempercayakan IPC Car Terminal menangani ekspor-impor maupun distribusi antarpulau selama ini. (Anton C/Wahyu Sibarani/Danang Arradian)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0941 seconds (0.1#10.140)