IHSG Terkoreksi, Saatnya Investor Koleksi Saham Blue Chip
A
A
A
INDEKS harga saham gabungan (IHSG) sepanjang pekan kemarin mengalami koreksi sebesar 6,6%. Hal ini bisa menjadi momentum bagi investor untuk mengoleksi saham-saham blue chip.
Pascamencatatkan kenaikan pada pekan sebelumnya, laju IHSG kembali berbalik melemah. Kenaikan yang terjadi sebelumnya terhapuskan oleh adanya aksi jual karena kepanikan berlebihan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Pergerakan IHSG pada pekan kemarin melemah 6,60% atau di bawah dari pekan sebelumnya yang naik 1,07%. Adapun high level yang diraih mencapai 6.335 atau di bawah sebelumnya, 6.360.
Sedangkan, level terendah yang dicapai yaitu 5.885 dari sebelumnya 6.259. Laju IHSG pada akhir perdagangan pekan kemarin mampu berada di zona hijau, meski hanya mengalami kenaikan tipis. Adanya aksi beli kembali pada akhir perdagangan mampu mengangkat IHSG setelah sepanjang perdagangan berada di zona merah. Asing mencatatkan nett sell Rp5,3 triliun dari pekan sebelumnya, Rp1,52 triliun.
Masih maraknya aksi jual membuat posisi transaksi asing menjadi net sell, di mana hingga pekan kemarin membuat nilai transaksi asing tercatat jual bersih Rp32,81 triliun di atas sebelumnya yang masih net sell Rp27,51 triliun (year to date).
Analis Teknikal PT Profindo Sekuritas Indonesia Dimas Wahyu Putra Pratama mengatakan, peningkatan tajam sejumlah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) membuat laju mayoritas indeks saham Asia pada awal pekan kemarin kembali melemah. Selain itu, terdapat koreksi konsolidasi karena IHSG sudah mencatat kenaikan yang cukup tinggi pada awal tahun. Hal ini menyebabkan beberapa sektor mencatatkan koreksi. "Jadi, investor sudah bisa mulai mengakumulasi saham-saham blue chip," kata Dimas di Jakarta, MInggu (29/4/2018).
Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat bagi investor mengoleksi saham-saham blue chip. Dia merekomendasikan saham-saham sektor perbankan, konsumer, infrastruktur, properti, dan farmasi yang sudah mulai rebound.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan, pergerakan IHSG pada pekan depan diperkirakan akan berada pada kisaran level support 5.825-5.886 dan resisten 5.966-5.987 dibandingkan pekan sebelumnya di level support 6.285-6300 dan resisten 6.366-6.387. "Harapan akan adanya kenaikan terhapuskan oleh aksi jual berlebihan pelaku pasar. Diharapkan aksi jual dapat tertahan dan dapat dimanfaatkan untuk kembali masuk," kata Reza.
Dia berharap sentimen dari dalam negeri dapat kembali lebih positif untuk menahan pelemahan IHSG dan mengimbangi sentimen negatif dari eksternal. Peluang rebound dapat kembali terjadi jika didukung aksi beli. "Meski diharapkan kembali adanya pergerakan positif, tetap waspadai adanya potensi pelemahan kembali seiring masih adanya aksi jual," akunya.
Dihubungi terpisah, Vice President Research Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya menyatakan, pada awal pekan ini, indeks diproyeksi menguat dengan berada pada rentang 5.888-6.123. "Kondisi pergerakan IHSG saat ini masih terlihat cukup kuat mempertahankan support level," kata William.
Hal ini terlihat dari pola gerak hingga hari terakhir pada bulan pertama kuartal II/2018 yang masih terus memperlihatkan support-nya. IHSG cukup tahan uji dan ditopang sisi fundamental perekonomian yang juga stabil. Menjelang rilis data perekonomian inflasi pada awal Mei 2018 yang disinyalir masih akan terkendali, menurut dia, tentu dapat memberikan sentimen positif terhadap pergerakan IHSG. Hal ini ditunjang harapan kinerja emiten kuartal I/2018 yang akan didominasi kinerja yang baik.
"Selain itu, peluang melanjutkan technical rebound dari pola gerak IHSG masih terlihat cukup besar. Pada awal pekan ini, IHSG berpotensi menguat," ungkapnya.
Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Oskar Herliansyah mengatakan, rata-rata nilai transaksi saham harian di BEI selama periode 23-27 April 2018 mengalami kenaikan 30,75% menjadi Rp8,52 triliun dari Rp6,51 triliun pada periode pekan sebelumnya. "Rata-rata volume transaksi saham harian di BEI sepekan terakhir juga meningkat 13,67% menjadi 9,85 miliar unit saham dari 8,66 miliar unit saham sepekan sebelumnya," beber dia.
Rata-rata frekuensi transaksi saham harian di BEI sepekan terakhir juga meningkat 0,65% menjadi 399,77 ribu kali transaksi dari 397,17 ribu kali transaksi sepekan sebelumnya.
Di sisi lain, nilai kapitalisasi pasar BEI mengalami perubahan 6,77% menjadi Rp6.588,52 triliun di posisi akhir pekan ini dari Rp7.054,82 triliun pada posisi akhir pekan sebelumnya. Laju IHSG di penutupan akhir pekan lalu ikut mengalami perubahan 6,6% menjadi 5.919,23 poin dari 6.337,69 poin pada akhir pekan sebelumnya. Investor asing banyak mengakumulasi jual bersih dengan nilai Rp5,3 triliun, sehingga sepanjang tahun ini total nilai jual bersih investor asing sudah mencapai Rp33,31 triliun.
Pascamencatatkan kenaikan pada pekan sebelumnya, laju IHSG kembali berbalik melemah. Kenaikan yang terjadi sebelumnya terhapuskan oleh adanya aksi jual karena kepanikan berlebihan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Pergerakan IHSG pada pekan kemarin melemah 6,60% atau di bawah dari pekan sebelumnya yang naik 1,07%. Adapun high level yang diraih mencapai 6.335 atau di bawah sebelumnya, 6.360.
Sedangkan, level terendah yang dicapai yaitu 5.885 dari sebelumnya 6.259. Laju IHSG pada akhir perdagangan pekan kemarin mampu berada di zona hijau, meski hanya mengalami kenaikan tipis. Adanya aksi beli kembali pada akhir perdagangan mampu mengangkat IHSG setelah sepanjang perdagangan berada di zona merah. Asing mencatatkan nett sell Rp5,3 triliun dari pekan sebelumnya, Rp1,52 triliun.
Masih maraknya aksi jual membuat posisi transaksi asing menjadi net sell, di mana hingga pekan kemarin membuat nilai transaksi asing tercatat jual bersih Rp32,81 triliun di atas sebelumnya yang masih net sell Rp27,51 triliun (year to date).
Analis Teknikal PT Profindo Sekuritas Indonesia Dimas Wahyu Putra Pratama mengatakan, peningkatan tajam sejumlah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) membuat laju mayoritas indeks saham Asia pada awal pekan kemarin kembali melemah. Selain itu, terdapat koreksi konsolidasi karena IHSG sudah mencatat kenaikan yang cukup tinggi pada awal tahun. Hal ini menyebabkan beberapa sektor mencatatkan koreksi. "Jadi, investor sudah bisa mulai mengakumulasi saham-saham blue chip," kata Dimas di Jakarta, MInggu (29/4/2018).
Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat bagi investor mengoleksi saham-saham blue chip. Dia merekomendasikan saham-saham sektor perbankan, konsumer, infrastruktur, properti, dan farmasi yang sudah mulai rebound.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan, pergerakan IHSG pada pekan depan diperkirakan akan berada pada kisaran level support 5.825-5.886 dan resisten 5.966-5.987 dibandingkan pekan sebelumnya di level support 6.285-6300 dan resisten 6.366-6.387. "Harapan akan adanya kenaikan terhapuskan oleh aksi jual berlebihan pelaku pasar. Diharapkan aksi jual dapat tertahan dan dapat dimanfaatkan untuk kembali masuk," kata Reza.
Dia berharap sentimen dari dalam negeri dapat kembali lebih positif untuk menahan pelemahan IHSG dan mengimbangi sentimen negatif dari eksternal. Peluang rebound dapat kembali terjadi jika didukung aksi beli. "Meski diharapkan kembali adanya pergerakan positif, tetap waspadai adanya potensi pelemahan kembali seiring masih adanya aksi jual," akunya.
Dihubungi terpisah, Vice President Research Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya menyatakan, pada awal pekan ini, indeks diproyeksi menguat dengan berada pada rentang 5.888-6.123. "Kondisi pergerakan IHSG saat ini masih terlihat cukup kuat mempertahankan support level," kata William.
Hal ini terlihat dari pola gerak hingga hari terakhir pada bulan pertama kuartal II/2018 yang masih terus memperlihatkan support-nya. IHSG cukup tahan uji dan ditopang sisi fundamental perekonomian yang juga stabil. Menjelang rilis data perekonomian inflasi pada awal Mei 2018 yang disinyalir masih akan terkendali, menurut dia, tentu dapat memberikan sentimen positif terhadap pergerakan IHSG. Hal ini ditunjang harapan kinerja emiten kuartal I/2018 yang akan didominasi kinerja yang baik.
"Selain itu, peluang melanjutkan technical rebound dari pola gerak IHSG masih terlihat cukup besar. Pada awal pekan ini, IHSG berpotensi menguat," ungkapnya.
Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Oskar Herliansyah mengatakan, rata-rata nilai transaksi saham harian di BEI selama periode 23-27 April 2018 mengalami kenaikan 30,75% menjadi Rp8,52 triliun dari Rp6,51 triliun pada periode pekan sebelumnya. "Rata-rata volume transaksi saham harian di BEI sepekan terakhir juga meningkat 13,67% menjadi 9,85 miliar unit saham dari 8,66 miliar unit saham sepekan sebelumnya," beber dia.
Rata-rata frekuensi transaksi saham harian di BEI sepekan terakhir juga meningkat 0,65% menjadi 399,77 ribu kali transaksi dari 397,17 ribu kali transaksi sepekan sebelumnya.
Di sisi lain, nilai kapitalisasi pasar BEI mengalami perubahan 6,77% menjadi Rp6.588,52 triliun di posisi akhir pekan ini dari Rp7.054,82 triliun pada posisi akhir pekan sebelumnya. Laju IHSG di penutupan akhir pekan lalu ikut mengalami perubahan 6,6% menjadi 5.919,23 poin dari 6.337,69 poin pada akhir pekan sebelumnya. Investor asing banyak mengakumulasi jual bersih dengan nilai Rp5,3 triliun, sehingga sepanjang tahun ini total nilai jual bersih investor asing sudah mencapai Rp33,31 triliun.
(amm)