Jelang Ramadan, Harga Pangan Diklaim Masih Terkendali
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mengklaim harga pangan secara umum masih terkendali menjelang datangnya bulan suci Ramadan tahun ini. Adapun terkait pasokan, hanya tiga komoditas yang dinilai masih belum stabil yakni daging sapi, kedelai dan gula pasir.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi berharap, harga pangan akan tetap terkendali hingga perayaan Idul Fitri 2018. Untuk itu, pemerintah akan meningkatkan sinergi dengan lembaga terkait.
"Bicara harga pangan saat ini bukanlah hal sulit. Menjadi tidak sulit karena pada 2017 pun berhasil dikendalikan. Ini konteksnya bukan hanya daging, tapi semua konoditas pangan bisa dikendalikan dengan baik. Termasuk sinergi kelembagaan yang sudah dilakukan dengan baik, tinggal diulangi saja," kata Agung di sela-sela diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk Ketersediaan Stok Pangan Jelang Ramadan 2018 di Jakarta kemarin.
Agung mengakui, kondisi ketersediaan pangan pada periode bulan Mei-Juni 2018 hanya menunjukkan persoalan di tiga item pangan yaitu kedelai, daging sapi, dan juga gula pasir. Rinciannya, kedelai masih kurang 297,1 ton dari kebutuhan, karena produksinya di bawah kebutuhan.
"Tapi pemerintah sudah melakukan langkah-langkah khusus. Apalagi pada Juni-September, gula pasir sudah memasuki musim giling, dan adanya stok di Bulog sebanyak 400.000 ton," akunya.
Untuk daging sapi, kata Agung, pemerintah telah memberi tanda merah didaftarnya karena memang secara nasional produksinya baru mencapai 80%. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, akan ada daging impor yang masuk ke Indonesia sebanyak 40.000 ton pada 2018. Sementara di Bulog tersedia 35.000 ton sapi sepanjang Mei-Juni. Sehingga masyarakat diimbau agar tidak khawatir dengan ketersediaannya pangan saat ramadan dan Lebaran 2018.
"Stok beras, juga relatif aman. Tercatat, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), terdapat 43.349 ton. Jadi stok berlebihan. Karena normalnya 23.000-30.000 ton. Sementara terkait harga, beras memang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, tapi dua minggu ini ada kecenderungan menurun," katanya.
Selain itu, Agung juga menjelaskan bahwa produksi bawang merah pada Mei dan Juni 2018, naik 20-30% dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu, karena dalam dua bulan sebelumnya dilakukan penanaman dengan luas areal dinaikkan 20-30%.
"Demikian juga dengan cabe besar dan cabe rawit. Sedangkan untuk stok minyak goreng, pada Mei-Juni, produksi luar biasa, dan Indonesia juga dikenal sebagai eksportir minyak goreng. Sedangkan terkait harga minyak goreng dan gula pasir, saat ini justru di bawah 2017," ujarnya.
Terkait harga daging ayam, Agung mengakui, terdapat kenaikan sebesar Rp500 per kg. Demikian juga, dengan telur ayam. Hal tersebut karena harga pangan naik, yakni antara Rp100-150 per kg. Kenaikan ini tidak terlepas dari melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang berpengaruh terhadap pakan, khususnya konsentrat yang memang masih impor.
"Siang ini (kemarin) digelar pertemuan dengan produsen ayam dan telur. Semoga saja soal kenaikan harga ini bisa dikendalikan, walau mengalami kenaikan, tapi harga telur ayam pun hampir sama dibanding 2017," imbuhnya.
Terkait upaya menstabilkan harga dan pasokan, Agung mengatakan, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah sinergis yang dilakukan Kementan bersama Bulog dan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Di antaranya, pembukaan lapak di pasar untuk meng-influence supaya harga tidak naik. Pemerintah juga menggelar bazar pasar murah, monitoring harian, dan pasar e-commerce bahan pokok pertanian. Khsusnya beras jagung, bawang, cabe, daging ayam.
Ada pula program pemberdayaan lumbung pangan masyarakat. Diketahui, selama ini Bulog merupakan pemegang beras cadangan pemerintah, maksimum 5% dari produksi.
"Tapi masyarakat nyatanya juga bisa menjadi instrumen untuk memegang cadangan beras. Kini ada 3.000 lumbung pangan masyarakat. Kalau masing-masing menyimpan 50 ton saja, sudah cukup kebutuhan mastarakat. Jadi mekanismenya, saat tidak panen, petani boleh pinjam, saat panen petani itu menggantinya," papar Agung.
Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri menjelaskan, kenaikan harga pangan jelang ramadan dan lebaran seringkali dianggap wajar dan normal oleh masyarakat. Asumsi tersebut dinilai sangat salah kaprah karena stabilitas harga pangan pada tahun 2017 bukti bahwa hal itu bisa dihindari.
"Jangan sampai kebiasaan masyarakat yang seolah-olah kalau harga naik itu normal, justru itu harus kita luruskan. Karena 2017 kita dalam satu tim Kementan, Bulog, Satgas Pangan, Pemda, dan Pemerintah Pusat koordinasi sehingga harga bahan pokok jelang puasa dan lebaran bisa kita stabilkan," ucapnya.
Lebih lanjut dia pun memaparkan empat upaya yang telah dilakukan oleh Kemendag bersama sejumlah stakeholder terkait dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pangan pada tahun 2017, yang juga akan dilanjutkan pada tahun ini.
"Pertama adalah penguatan regulasi, yakni terkait harga acuan dan harga eceran tertinggi (HET), serta pendaftaran seluruh pelaku distributor secara online tanpa biaya di seluruh daerah, sehingga kami punya catatan semua hal terkait bahan pangan dan bisa kita awasi," sebutnya.
Selanjutnya adalah sinergitas antarkementerian dan lembaga yang juga melibatkan dunia usaha dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seluruh pemangku kepetingan bersinergi dari pusat sampai ke daerah, baik itu Kemendag, Kementan, Bulog, Satgas Pangan, Kemendagri, dan Pemda, yang juga melibatkan dunia usaha dan BUMN.
Upaya ketiga, lanjutnya, adalah dengan melakukan pemantauan dan pengawasan secara online maupun terjun langsung ke lapangan yang dilakukan tidak hanya saat bulan ramadan dan lebaran saja, tetapi sampai akhir tahun. "Sedangkan upaya terakhir adalah melakukan penetrasi pasar ke pasar rakyat dan ritel modern," paparnya. (Heru Febrianto)
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi berharap, harga pangan akan tetap terkendali hingga perayaan Idul Fitri 2018. Untuk itu, pemerintah akan meningkatkan sinergi dengan lembaga terkait.
"Bicara harga pangan saat ini bukanlah hal sulit. Menjadi tidak sulit karena pada 2017 pun berhasil dikendalikan. Ini konteksnya bukan hanya daging, tapi semua konoditas pangan bisa dikendalikan dengan baik. Termasuk sinergi kelembagaan yang sudah dilakukan dengan baik, tinggal diulangi saja," kata Agung di sela-sela diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk Ketersediaan Stok Pangan Jelang Ramadan 2018 di Jakarta kemarin.
Agung mengakui, kondisi ketersediaan pangan pada periode bulan Mei-Juni 2018 hanya menunjukkan persoalan di tiga item pangan yaitu kedelai, daging sapi, dan juga gula pasir. Rinciannya, kedelai masih kurang 297,1 ton dari kebutuhan, karena produksinya di bawah kebutuhan.
"Tapi pemerintah sudah melakukan langkah-langkah khusus. Apalagi pada Juni-September, gula pasir sudah memasuki musim giling, dan adanya stok di Bulog sebanyak 400.000 ton," akunya.
Untuk daging sapi, kata Agung, pemerintah telah memberi tanda merah didaftarnya karena memang secara nasional produksinya baru mencapai 80%. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, akan ada daging impor yang masuk ke Indonesia sebanyak 40.000 ton pada 2018. Sementara di Bulog tersedia 35.000 ton sapi sepanjang Mei-Juni. Sehingga masyarakat diimbau agar tidak khawatir dengan ketersediaannya pangan saat ramadan dan Lebaran 2018.
"Stok beras, juga relatif aman. Tercatat, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), terdapat 43.349 ton. Jadi stok berlebihan. Karena normalnya 23.000-30.000 ton. Sementara terkait harga, beras memang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, tapi dua minggu ini ada kecenderungan menurun," katanya.
Selain itu, Agung juga menjelaskan bahwa produksi bawang merah pada Mei dan Juni 2018, naik 20-30% dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu, karena dalam dua bulan sebelumnya dilakukan penanaman dengan luas areal dinaikkan 20-30%.
"Demikian juga dengan cabe besar dan cabe rawit. Sedangkan untuk stok minyak goreng, pada Mei-Juni, produksi luar biasa, dan Indonesia juga dikenal sebagai eksportir minyak goreng. Sedangkan terkait harga minyak goreng dan gula pasir, saat ini justru di bawah 2017," ujarnya.
Terkait harga daging ayam, Agung mengakui, terdapat kenaikan sebesar Rp500 per kg. Demikian juga, dengan telur ayam. Hal tersebut karena harga pangan naik, yakni antara Rp100-150 per kg. Kenaikan ini tidak terlepas dari melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang berpengaruh terhadap pakan, khususnya konsentrat yang memang masih impor.
"Siang ini (kemarin) digelar pertemuan dengan produsen ayam dan telur. Semoga saja soal kenaikan harga ini bisa dikendalikan, walau mengalami kenaikan, tapi harga telur ayam pun hampir sama dibanding 2017," imbuhnya.
Terkait upaya menstabilkan harga dan pasokan, Agung mengatakan, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah sinergis yang dilakukan Kementan bersama Bulog dan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Di antaranya, pembukaan lapak di pasar untuk meng-influence supaya harga tidak naik. Pemerintah juga menggelar bazar pasar murah, monitoring harian, dan pasar e-commerce bahan pokok pertanian. Khsusnya beras jagung, bawang, cabe, daging ayam.
Ada pula program pemberdayaan lumbung pangan masyarakat. Diketahui, selama ini Bulog merupakan pemegang beras cadangan pemerintah, maksimum 5% dari produksi.
"Tapi masyarakat nyatanya juga bisa menjadi instrumen untuk memegang cadangan beras. Kini ada 3.000 lumbung pangan masyarakat. Kalau masing-masing menyimpan 50 ton saja, sudah cukup kebutuhan mastarakat. Jadi mekanismenya, saat tidak panen, petani boleh pinjam, saat panen petani itu menggantinya," papar Agung.
Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri menjelaskan, kenaikan harga pangan jelang ramadan dan lebaran seringkali dianggap wajar dan normal oleh masyarakat. Asumsi tersebut dinilai sangat salah kaprah karena stabilitas harga pangan pada tahun 2017 bukti bahwa hal itu bisa dihindari.
"Jangan sampai kebiasaan masyarakat yang seolah-olah kalau harga naik itu normal, justru itu harus kita luruskan. Karena 2017 kita dalam satu tim Kementan, Bulog, Satgas Pangan, Pemda, dan Pemerintah Pusat koordinasi sehingga harga bahan pokok jelang puasa dan lebaran bisa kita stabilkan," ucapnya.
Lebih lanjut dia pun memaparkan empat upaya yang telah dilakukan oleh Kemendag bersama sejumlah stakeholder terkait dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pangan pada tahun 2017, yang juga akan dilanjutkan pada tahun ini.
"Pertama adalah penguatan regulasi, yakni terkait harga acuan dan harga eceran tertinggi (HET), serta pendaftaran seluruh pelaku distributor secara online tanpa biaya di seluruh daerah, sehingga kami punya catatan semua hal terkait bahan pangan dan bisa kita awasi," sebutnya.
Selanjutnya adalah sinergitas antarkementerian dan lembaga yang juga melibatkan dunia usaha dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seluruh pemangku kepetingan bersinergi dari pusat sampai ke daerah, baik itu Kemendag, Kementan, Bulog, Satgas Pangan, Kemendagri, dan Pemda, yang juga melibatkan dunia usaha dan BUMN.
Upaya ketiga, lanjutnya, adalah dengan melakukan pemantauan dan pengawasan secara online maupun terjun langsung ke lapangan yang dilakukan tidak hanya saat bulan ramadan dan lebaran saja, tetapi sampai akhir tahun. "Sedangkan upaya terakhir adalah melakukan penetrasi pasar ke pasar rakyat dan ritel modern," paparnya. (Heru Febrianto)
(nfl)