Pengamat: BI Naikan Suku Bunga untuk Tekan Defisit Transaksi Berjalan
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, keputusan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%, bertujuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta stabilitas makro ekonomi di tengah normalisasi kebijakan moneter AS, yang juga akan direspon oleh pengetatan kebijakan moneter negara maju dan negara berkembang.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan BI juga ditujukan untuk menekan melebarnya defisit transaksi berjalan seiring dengan tingginya laju impor dalam beberapa bulan terakhir ini.
"Pelemahan rupiah pasca kenaikan suku bunga acuan BI juga masih didorong oleh faktor eksternal, yakni kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS yang memicu permintaan dolar AS di pasar global," kata Josua kepada SINDO di Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Meskipun berpotensi dapat berdampak positif pada penurunan volatilitas rupiah, kenaikan suku bunga acuan BI diperkirakan berpotensi juga berdampak pada sektor riil dan pasar keuangan.
Dia menuturkan, perubahan suku bunga acuan BI akan direspon oleh suku bunga PUAB yang selanjutnya akan berpengaruh pada kenaikan suku bunga perbankan termasuk suku bunga kredit.
Kenaikan suku bunga kredit berpotensi akan mendorong kenaikan cost of borrowing korporasi atau sektor riil yang akan menahan upaya untuk memperkuat momentum pertumbuhan.
Meskipun demikian, kebijakan BI kredibel mempertimbangkan bahwa fokus BI dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diharapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi yang berkesinambungan.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan BI juga ditujukan untuk menekan melebarnya defisit transaksi berjalan seiring dengan tingginya laju impor dalam beberapa bulan terakhir ini.
"Pelemahan rupiah pasca kenaikan suku bunga acuan BI juga masih didorong oleh faktor eksternal, yakni kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS yang memicu permintaan dolar AS di pasar global," kata Josua kepada SINDO di Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Meskipun berpotensi dapat berdampak positif pada penurunan volatilitas rupiah, kenaikan suku bunga acuan BI diperkirakan berpotensi juga berdampak pada sektor riil dan pasar keuangan.
Dia menuturkan, perubahan suku bunga acuan BI akan direspon oleh suku bunga PUAB yang selanjutnya akan berpengaruh pada kenaikan suku bunga perbankan termasuk suku bunga kredit.
Kenaikan suku bunga kredit berpotensi akan mendorong kenaikan cost of borrowing korporasi atau sektor riil yang akan menahan upaya untuk memperkuat momentum pertumbuhan.
Meskipun demikian, kebijakan BI kredibel mempertimbangkan bahwa fokus BI dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diharapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi yang berkesinambungan.
(ven)