Bangun Pabrik di Indonesia, Industri Petrokimia Korea Bisa Substitusi Impor

Selasa, 22 Mei 2018 - 23:37 WIB
Bangun Pabrik di Indonesia, Industri Petrokimia Korea Bisa Substitusi Impor
Bangun Pabrik di Indonesia, Industri Petrokimia Korea Bisa Substitusi Impor
A A A
JAKARTA - Perusahaan industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan akan melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan pabrik yang memproduksi nafta cracker pada akhir tahun 2018. Dengan nilai investasi yang rencananya mencapai USD3,5 miliar, pabrik ini diharapkan dapat mendukung pengurangan impor produk petrokimia hingga 60%.

"Nafta cracker selaku bahan baku petrokimia, kita memang kurang sehingga masih impor. Tetapi setelah ini produksi, bisa disubstitusi. Bahkan, pabrik ini juga akan menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya. Jadi kita tidak akan impor lagi," ujar Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Proyek Lotte ini sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia yang tengah memprioritaskan akselerasi pertumbuhan industri petrokimia karena memenuhi kebutuhan produksi di banyak sektor hilir.

Sigit menjelaskan, saat ini Lotte masih menyelesaikan proses perizinan terkait pembebasan lahan, pembangunan pelabuhan, dan pengurusan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

"Tanah yang sudah tersedia sekarang seluas 100 hektare, tetapi mereka terus mencari tambahan karena area yang akan dibangun terintegrasi untuk menghasilkan bermacam-macam produk," ungkapnya.

Sigit menilai, masuknya investasi industri petrokimia di sektor hulu ini bisa menjadi solusi jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas nasional, seiring berkembangnya pasar petrokimia di dalam negeri.

"Investasi industri upstream memang sangat besar dan harus terpadu dengan produk turunan. Karena kalau berdiri sendiri tidak akan ekonomis, pasti gulung tikar," ujarnya.

Pabrik Lotte yang akan dibangun di Cilegon, Banten ini menargetkan total kapasitas produksi nafta cracker sebanyak 2 juta ton per tahun. Apabila pabrik Lotte dan Chandra Asri beroperasi pada tahun 2023, kata Sigit, Indonesia bisa mengurangi impor produk petrokimia hingga lebih dari 60%.

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk juga berencana membangun kembali pabrik pengolah nafta cracker kedua (CAP2) yang menelan investasi USD4-5 miliar. Dengan tambahan investasi Lotte Chemical dan Chandra Asri tersebut, Indonesia bakal mampu menghasilkan bahan baku kimia berbasis nafta cracker sebanyak 3 juta ton per tahun. Bahkan, Indonesia bisa memposisikan sebagai produsen terbesar ke-4 di ASEAN setelah Thailand, Singapura dan Malaysia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8115 seconds (0.1#10.140)