Kuartal I 2018, MAMI Catatkan Dana Kelolaan Rp68 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mencatatkan total dana kelolaan sepanjang kuartal I 2018 mencapai Rp68,3 triliun. Nilai ini naik dari posisi akhir tahun 2017 yang mencapai Rp65,7 triliun.
Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro mengungkapkan, kinerja ini tidak lepas dari pendekatan mereka kepada masyarakat mengenai investasi agar sesuai kebutuhan. Karena itu pihaknya terus mendorong penetrasi 25 produk reksa dana yang ada secara optimal.
Nasabah dapat terus masuk di produk berbasis saham meskipun sedang bergejolak. Sedangkan buat yang ingin wait and see, bisa masuk ke produk berisiko rendah atau reksa dana pendapatan tetap dalam tempo singkat.
"Pendekatannya harus dimulai dari mencari apa kebutuhan nasabah. Jangan membeli karena melihat kinerja return suatu produk. Kami butuh edukasi nasabah, lalu bangun komunikasinya, dan perkuat jalur distribusi. Sehingga nasabah mendapatkan solusi yang sesuai dengan risikonya," ujar Legowo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Dia menekankan pada saat ini, yang paling berpengaruh adalah sentimen global seperti hubungan AS dan China atau juga dengan Korea Utara. Hal seperti ini ditambah kondisi dalam negeri yang memasuki tahun politik hingga 2019 nanti. Meskipun tidak ada gejolak besar, namun di mata investor ini berarti adalah ketidakpastian sehingga akan cenderung mengambil posisi wait and see.
Namun di sisi lainnya juga ada nasabah yang berminat untuk mulai masuk ke pasar modal di saat harga turun. "Proyeksi kami, pemerintah sedang pro pertumbuhan dan akhir tahun nanti pertumbuhan nasional bisa 5,1-5,4%. Sedangkan rupiah akan terjaga karena target inflasi rendah. Bahkan dalam kondisi rupiah yang melemah, kini tidak ada aktivitas masuk ke produk dolar AS dalam jumlah besar. Kami pantau dalam dua minggu ini, tidak ada aktivitas dalam jumlah besar. Nasabah kita sudah pintar membaca situasi," ujarnya.
Dalam edukasi, pihaknya terus mendorong inovasi inklusi keuangan untuk produk reksa dana salah satunya dengan komik. Edukasi untuk masyarakat dengan sistem Tiga I, yakni Insaf, Irit dan Investasi.
"Konsep tiga I pertama membuat orang insaf, dimana susah membuat mengajari orang untuk mengenal reksa dana. Tantangan kedua irit, kita terus mengedukasi untuk kaum milenial agar irit, dan kalau udah irit yang terakhir investasi yang mencari instrumen yang dilakukan melalui reksa dana," jelas Legowo
Legowo mengatakan, jumlah masyarakat Indonesia yang paham dan menggunakan produk reksa dana masih sangat minim. Hal tersebut tercermin dari hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2016 yang dilakukan OJK. Masyarakat Indonesia yang paham pasar modal hanya 4,40% dan yang menggunakan produk pasar modal hanya 1,25%.
"Ironisnya sampai sekarang, investor reksa dana sedikit sekali sekitar 600 ribu investor dan juga pasar modal secara umum. Padahal produk reksa dana merupakan instrumen yang membuat hartanya lebih optimal," tambah Legowo.
Selain gencar melakukan edukasi, pihaknya juga terus berkerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, mulai dari universitas dan komunitas guna terus mengembangkan literasi tersebut.
"Sejak 2015, kami sudah melakukan banyak sosialisasi literasi keuangan. Total itu ada 2.800 aktivitas sosialisasi dalam satu tahun untuk mengajak masyarakat lebih melek investasi. Dengan adanya komik ini, diharapkan masyarakat, khususnya anak muda setidaknya bisa penasaran tentang apa sih itu reksa dana," ujarnya
Perseroan menggandeng PT Elex Media Komputindo bersama Pionicon dalam meluncurkan komik edukasi finansial dan reksa dana Si Juki vs Dompet Kosong. Komik ini merupakan bagian dari upaya MAMI untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang investasi reksa dana.
Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro mengungkapkan, kinerja ini tidak lepas dari pendekatan mereka kepada masyarakat mengenai investasi agar sesuai kebutuhan. Karena itu pihaknya terus mendorong penetrasi 25 produk reksa dana yang ada secara optimal.
Nasabah dapat terus masuk di produk berbasis saham meskipun sedang bergejolak. Sedangkan buat yang ingin wait and see, bisa masuk ke produk berisiko rendah atau reksa dana pendapatan tetap dalam tempo singkat.
"Pendekatannya harus dimulai dari mencari apa kebutuhan nasabah. Jangan membeli karena melihat kinerja return suatu produk. Kami butuh edukasi nasabah, lalu bangun komunikasinya, dan perkuat jalur distribusi. Sehingga nasabah mendapatkan solusi yang sesuai dengan risikonya," ujar Legowo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Dia menekankan pada saat ini, yang paling berpengaruh adalah sentimen global seperti hubungan AS dan China atau juga dengan Korea Utara. Hal seperti ini ditambah kondisi dalam negeri yang memasuki tahun politik hingga 2019 nanti. Meskipun tidak ada gejolak besar, namun di mata investor ini berarti adalah ketidakpastian sehingga akan cenderung mengambil posisi wait and see.
Namun di sisi lainnya juga ada nasabah yang berminat untuk mulai masuk ke pasar modal di saat harga turun. "Proyeksi kami, pemerintah sedang pro pertumbuhan dan akhir tahun nanti pertumbuhan nasional bisa 5,1-5,4%. Sedangkan rupiah akan terjaga karena target inflasi rendah. Bahkan dalam kondisi rupiah yang melemah, kini tidak ada aktivitas masuk ke produk dolar AS dalam jumlah besar. Kami pantau dalam dua minggu ini, tidak ada aktivitas dalam jumlah besar. Nasabah kita sudah pintar membaca situasi," ujarnya.
Dalam edukasi, pihaknya terus mendorong inovasi inklusi keuangan untuk produk reksa dana salah satunya dengan komik. Edukasi untuk masyarakat dengan sistem Tiga I, yakni Insaf, Irit dan Investasi.
"Konsep tiga I pertama membuat orang insaf, dimana susah membuat mengajari orang untuk mengenal reksa dana. Tantangan kedua irit, kita terus mengedukasi untuk kaum milenial agar irit, dan kalau udah irit yang terakhir investasi yang mencari instrumen yang dilakukan melalui reksa dana," jelas Legowo
Legowo mengatakan, jumlah masyarakat Indonesia yang paham dan menggunakan produk reksa dana masih sangat minim. Hal tersebut tercermin dari hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2016 yang dilakukan OJK. Masyarakat Indonesia yang paham pasar modal hanya 4,40% dan yang menggunakan produk pasar modal hanya 1,25%.
"Ironisnya sampai sekarang, investor reksa dana sedikit sekali sekitar 600 ribu investor dan juga pasar modal secara umum. Padahal produk reksa dana merupakan instrumen yang membuat hartanya lebih optimal," tambah Legowo.
Selain gencar melakukan edukasi, pihaknya juga terus berkerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, mulai dari universitas dan komunitas guna terus mengembangkan literasi tersebut.
"Sejak 2015, kami sudah melakukan banyak sosialisasi literasi keuangan. Total itu ada 2.800 aktivitas sosialisasi dalam satu tahun untuk mengajak masyarakat lebih melek investasi. Dengan adanya komik ini, diharapkan masyarakat, khususnya anak muda setidaknya bisa penasaran tentang apa sih itu reksa dana," ujarnya
Perseroan menggandeng PT Elex Media Komputindo bersama Pionicon dalam meluncurkan komik edukasi finansial dan reksa dana Si Juki vs Dompet Kosong. Komik ini merupakan bagian dari upaya MAMI untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang investasi reksa dana.
(ven)