Adira Finance Peroleh Pinjaman Sindikasi USD300 Juta di Singapura
A
A
A
JAKARTA - Kepercayaan investor luar negeri terhadap PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) tetap tinggi. Buktinya, Adira Finance menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman sindikasi sebesar USD300 juta di Singapura.
Penerbitan pinjaman sindikasi ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 2.6 kali dari rencana awal. Fasilitas ini telah berhasil menarik minat para investor asing yang kebanyakannya berasal dari Singapura, Jepang dan Taiwan. Fasilitas berjumlah USD300 juta dengan tenor 3 tahun ini memperoleh tingkat bunga yang kompetitif di tengah kondisi pasar dan perekonomian nasional yang masih mengalami belum pasti.
’’Dukungan para investor melalui pendanaan telah menjadi salah satu pendorong pertumbuhan bagi Adira Finance. Pinjaman sindikasi ke-6 ini akan menjadi salah satu sumber pendanaan agar Perusahaan dapat mencapai pertumbuhan dalam penyaluran pembiayaan baru 5-10% atau setara dengan Rp34-36 triliun tahun ini,” jelas Hafid Hadeli, direktur utama Adira Finance dalam keterangan resminya.
Dalam proses penerbitan pinjaman sindikasi ini, Adira Finance dibantu oleh ANZ Bank (Singapore) Ltd., The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd., BNP Paribas, Citigroup Global Markets Asia Ltd, dan DBS Bank Ltd. selaku mandated lead arrangers dan bookrunners. Perusahaan berencana untuk melakukan lindung nilai penuh (fully-hedged) ke dalam mata uang rupiah untuk memitigasi risiko mata uang (currency risk) dan suku bunga (interest rate risk) mengingat kegiatan usaha Adira Finance menggunakan mata uang rupiah dan suku bunga pembiayaan yang tetap.
Adira Finance mulai menjajaki pinjaman sindikasi dalam mata uang asing sejak tahun 2013 sebagai salah satu satu inisiatif pendanaan. Adapun fasilitas pinjaman dalam mata uang asing memberikan kontribusi sebesar 16% atas pendanaan sendiri Perusahaan yang mencapai Rp21,1 triliun pada akhir Kuartal I-2018. 28% dari pendanaan sendiri merupakan pinjaman dari bank lokal dan 56% berasal dari pendanaan dari pasar modal berupa obligasi dan sukuk mudharabah.
’’Dengan gearing ratio pada level 3,4 kali, Perusahaan memiliki ruang gerak yang luas dalam mencari pendanaan kedepannya untuk memenuhi kebutuhan penyaluran pembiayaan,” papar I Dewa Made Susila, direktur keuangan Perusahaan.
Penerbitan pinjaman sindikasi ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 2.6 kali dari rencana awal. Fasilitas ini telah berhasil menarik minat para investor asing yang kebanyakannya berasal dari Singapura, Jepang dan Taiwan. Fasilitas berjumlah USD300 juta dengan tenor 3 tahun ini memperoleh tingkat bunga yang kompetitif di tengah kondisi pasar dan perekonomian nasional yang masih mengalami belum pasti.
’’Dukungan para investor melalui pendanaan telah menjadi salah satu pendorong pertumbuhan bagi Adira Finance. Pinjaman sindikasi ke-6 ini akan menjadi salah satu sumber pendanaan agar Perusahaan dapat mencapai pertumbuhan dalam penyaluran pembiayaan baru 5-10% atau setara dengan Rp34-36 triliun tahun ini,” jelas Hafid Hadeli, direktur utama Adira Finance dalam keterangan resminya.
Dalam proses penerbitan pinjaman sindikasi ini, Adira Finance dibantu oleh ANZ Bank (Singapore) Ltd., The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd., BNP Paribas, Citigroup Global Markets Asia Ltd, dan DBS Bank Ltd. selaku mandated lead arrangers dan bookrunners. Perusahaan berencana untuk melakukan lindung nilai penuh (fully-hedged) ke dalam mata uang rupiah untuk memitigasi risiko mata uang (currency risk) dan suku bunga (interest rate risk) mengingat kegiatan usaha Adira Finance menggunakan mata uang rupiah dan suku bunga pembiayaan yang tetap.
Adira Finance mulai menjajaki pinjaman sindikasi dalam mata uang asing sejak tahun 2013 sebagai salah satu satu inisiatif pendanaan. Adapun fasilitas pinjaman dalam mata uang asing memberikan kontribusi sebesar 16% atas pendanaan sendiri Perusahaan yang mencapai Rp21,1 triliun pada akhir Kuartal I-2018. 28% dari pendanaan sendiri merupakan pinjaman dari bank lokal dan 56% berasal dari pendanaan dari pasar modal berupa obligasi dan sukuk mudharabah.
’’Dengan gearing ratio pada level 3,4 kali, Perusahaan memiliki ruang gerak yang luas dalam mencari pendanaan kedepannya untuk memenuhi kebutuhan penyaluran pembiayaan,” papar I Dewa Made Susila, direktur keuangan Perusahaan.
(aww)