Memberi Contoh dan Pengaruh Positif
A
A
A
SEBELUM menakhodai PT Visa Worldwide Indonesia, Riko Abdurrahman sempat menduduki beberapa posisi strategis di industri keuangan. Terakhir, sebelum di Visa Indonesia, Riko memimpin Metrobank Card Corporation di Filipina dan berkarier di sana selama lebih dari lima tahun.
Sebagai pimpinan, Riko mengaku tidak memiliki gaya khusus. Hanya menjalani apa adanya. Satu yang dia lakukan adalah selalu memberikan contoh kepada bawahannya. Seiring waktu, dia juga banyak belajar hal-hal baru terkait kepemimpinan. "Selalu ada hal-hal baru yang saya dapat dan itu sifatnya natural. Secara umum, untuk saya, nomor satu adalah lead by example. Akan ironis sekali ngomong sesuatu namun mengerjakannya tidak konsisten. Jadi, memimpin dengan memberikan contoh yang baik itu suatu keharusan. Jangan cuma ngomong namun harus walk the talk," tuturnya.
Riko berpendapat, setiap orang bisa menjadi pemimpin. Bahkan, seorang bawahan pun bisa menjadi pemimpin. Namun, yang bersangkutan harus punya kecakapan dalam memimpin. Menurut Riko, salah satu resepnya adalah kemampuan dalam memberikan pengaruh positif terhadap orang-orang lain.
"Leadership itu bagi saya adalah influencing. Hanya karena posisimu di bawah tidak berarti kamu tidak bisa menjadi pemimpin. Jadi, leader itu jawabannya satu kata, influencing," ujar dia.
Riko mengatakan, seorang bawahan bisa menjadi pemimpin manakala dia bisa memberikan pengaruh atau jalan keluar yang masuk akal. Dia mencontohkan, apabila seseorang menjadi bos, otomatis secara alamiah orang yang bersangkutan adalah pemimpin. "Tapi ketika bawahan memberikan jalan keluar terhadap suatu masalah di perusahaan dan itu memberikan hasil positif, itu yang luar biasa," ujarnya.
Oleh karena itulah kerap kali saat ada permasalahan di kantor, Riko tidak langsung mengambil keputusan, melainkan mendengarkan saran atau solusi dari bawahannya. Pemimpin seperti itu, menurutnya, masuk pada kategori pemimpin canggih. Kenapa demikian? Karena menurutnya pemimpin model seperti itu mampu memberikan pengaruh baik. Bukan hanya kepada sepantarannya namun juga kepada atasannya. "Ini leader yang canggih menurut saya dan jarang ada," ujarnya.
Sebelum berkarier di Indonesia dan Filipina, Riko sempat bekerja di Boston, Amerika Serikat (AS). Sebagai seorang insinyur teknik, pada awal bekerja dia berkarier sebagai konsultan desain jembatan. Namun, setelah sekian lama berkutat dengan dunia teknik dan konstruksi, Riko merasa itu bukan dunianya. Selepas dua tahun di Boston, ia memilih pulang dan bersekolah lagi mengambil jurusan bisnis di dalam negeri.
Setelah itu, pria yang hobi mengoleksi barang-barang antik ini melamar ke perusahaan keuangan di Indonesia. Dia pun pernah menempati sejumlah posisi mulai dari layanan keuangan termasuk di divisi penerbitan kartu kredit, pemasaran, pembiayaan konsumen, dan perbankan syariah.
Beberapa lembaga keuangan yang pernah menggunakan jasanya adalah ANZ, ABN AMRO, dan Citibank dengan posisi sebagai Vice President dan Head of Card Marketing Communications untuk Consumer Bank. "Saya rasa dengan pengalaman-pengalaman itu membuat saya punya banyak prinsip kerja yang luar biasa," katanya.
Sebagai pimpinan, Riko mengaku tidak memiliki gaya khusus. Hanya menjalani apa adanya. Satu yang dia lakukan adalah selalu memberikan contoh kepada bawahannya. Seiring waktu, dia juga banyak belajar hal-hal baru terkait kepemimpinan. "Selalu ada hal-hal baru yang saya dapat dan itu sifatnya natural. Secara umum, untuk saya, nomor satu adalah lead by example. Akan ironis sekali ngomong sesuatu namun mengerjakannya tidak konsisten. Jadi, memimpin dengan memberikan contoh yang baik itu suatu keharusan. Jangan cuma ngomong namun harus walk the talk," tuturnya.
Riko berpendapat, setiap orang bisa menjadi pemimpin. Bahkan, seorang bawahan pun bisa menjadi pemimpin. Namun, yang bersangkutan harus punya kecakapan dalam memimpin. Menurut Riko, salah satu resepnya adalah kemampuan dalam memberikan pengaruh positif terhadap orang-orang lain.
"Leadership itu bagi saya adalah influencing. Hanya karena posisimu di bawah tidak berarti kamu tidak bisa menjadi pemimpin. Jadi, leader itu jawabannya satu kata, influencing," ujar dia.
Riko mengatakan, seorang bawahan bisa menjadi pemimpin manakala dia bisa memberikan pengaruh atau jalan keluar yang masuk akal. Dia mencontohkan, apabila seseorang menjadi bos, otomatis secara alamiah orang yang bersangkutan adalah pemimpin. "Tapi ketika bawahan memberikan jalan keluar terhadap suatu masalah di perusahaan dan itu memberikan hasil positif, itu yang luar biasa," ujarnya.
Oleh karena itulah kerap kali saat ada permasalahan di kantor, Riko tidak langsung mengambil keputusan, melainkan mendengarkan saran atau solusi dari bawahannya. Pemimpin seperti itu, menurutnya, masuk pada kategori pemimpin canggih. Kenapa demikian? Karena menurutnya pemimpin model seperti itu mampu memberikan pengaruh baik. Bukan hanya kepada sepantarannya namun juga kepada atasannya. "Ini leader yang canggih menurut saya dan jarang ada," ujarnya.
Sebelum berkarier di Indonesia dan Filipina, Riko sempat bekerja di Boston, Amerika Serikat (AS). Sebagai seorang insinyur teknik, pada awal bekerja dia berkarier sebagai konsultan desain jembatan. Namun, setelah sekian lama berkutat dengan dunia teknik dan konstruksi, Riko merasa itu bukan dunianya. Selepas dua tahun di Boston, ia memilih pulang dan bersekolah lagi mengambil jurusan bisnis di dalam negeri.
Setelah itu, pria yang hobi mengoleksi barang-barang antik ini melamar ke perusahaan keuangan di Indonesia. Dia pun pernah menempati sejumlah posisi mulai dari layanan keuangan termasuk di divisi penerbitan kartu kredit, pemasaran, pembiayaan konsumen, dan perbankan syariah.
Beberapa lembaga keuangan yang pernah menggunakan jasanya adalah ANZ, ABN AMRO, dan Citibank dengan posisi sebagai Vice President dan Head of Card Marketing Communications untuk Consumer Bank. "Saya rasa dengan pengalaman-pengalaman itu membuat saya punya banyak prinsip kerja yang luar biasa," katanya.
(amm)