Cadangan Devisa Tergerus, Ekspor RI Berpotensi Terganggu Perang Tarif

Minggu, 10 Juni 2018 - 15:08 WIB
Cadangan Devisa Tergerus, Ekspor RI Berpotensi Terganggu Perang Tarif
Cadangan Devisa Tergerus, Ekspor RI Berpotensi Terganggu Perang Tarif
A A A
JAKARTA - Pemerintah disarankan untuk meningkatkan kinerja ekspor non migas serta memperbanyak insentif di tengah penurunan cadangan devisa (Cadev) yang terus terjadi. Kemarin, Bank Indonesia (BI) baru merilis posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2018 tercatat USD122,9 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan USD124,9 miliar pada posisi akhir April 2018.

"Untuk dorong kenaikan cadangan devisa tidak ada jalan pintas kecuali tingkatkan kinerja ekspor non migas. Perbanyak insentif bagi industri yang berorientasi ekspor, kemudian optimalkan peran atase perdagangan," ujar Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira di Jakarta, Minggu (10/6/2018).

Menurutnya atase perdagangan harus dikasih target yang spesifik misalnya satu hingga dua tahun ke depan, harus bisa naikan kinerja ekspor hingga 10%. Sambung dia, menerangkan bahwa memperluas wilayah ekspor dengan memilih negara yang tak mengenakan tarif juga perlu dilakukan dalam upaya mengangkat cadangan devisa.

"Jadi atase perdagangan punya KPI yang jelas dan terukur. Kerja keras lain termasuk memperluas pasar ekspor ke negara alternatif. Terutama saat perang dagang meningkatkan resiko barang ekspor kita kena tarif yang tinggi di China, AS dan eropa. Pasar alternatif seperti Afrika, Amerika Latin dan Rusia belum di gali," paparnya.

Ia juga menambahkan, selain itu juga perlu memacu sektor pariwisata dengan menambahkan beberapa infrastruktur untuk menarik wisatawan mancanegara di Indonesia. Tercatat jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang melancong ke Indonesia pada April 2018 mencapai 1,3 juta kunjungan. Jika dibanding Maret 2018, jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 4,5%.

"Kedua tingkatkan jumlah dan kualitas wisatawan asing. Termasuk evaluasi bebas visa karena efeknya ternyata tidak signifikan dorong devisa pariwisata. Paling penting itu bangun infrastruktur wisata seperti hotel, bandara kemudian tingkatkan kapasitas SDM lokal, serta perbanyak rute penerbangan ke destinasi wisata baru (new Bali)," paparnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7146 seconds (0.1#10.140)