Harga Minyak Dunia Jatuh di Tengah Gesekan AS dan Mitra Dagang
A
A
A
SINGAPURA - Kejatuhan harga minyak mentah dunia sedikit mereda pada perdagangan Jumat (29/6/2018), meski masih berada dalam jalur negatif. Hal ini seiring masih adanya kekhawatiran tentang gesekan perdagangan antara Amerika Serikat dan ekonomi utama lainnya, ketika kondisi pasar minyak masih ketat karena gangguan pasokan dan permintaan tinggi.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS, diperdagangkan di level USD73,06 per barel pada pukul 02.09 GMT atau turun 39 sen yang setara 0,5% dibandingkan sesi terakhir. WTI pada hari Kamis, kemarin tercatat mencapai level tertinggi sejak November 2014 di posisi USD74,03 per barel.
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional bertengger di USD77,54 per barel atau sedikit lebih rendah mencapai 31 sen setara 0,4% dari penutupan sebelumnya. Penurunan ini diyakini karena pasar saham Asia mendekati posisi terendah sembilan bulan.
Kejatuhan pasar saham terjadi di tengah eskalasi sengketa perdagangan antara Amerika Serikat di satu sisi dan ekonomi besar lainnya termasuk China, India dan Uni Eropa di sisi lain. Meskipun prospek suram untuk perdagangan global, pasar minyak untuk saat ini tetap melakukan pengetatan
Pasar minyak Amerika Utara semakin ketat karena pemadaman Syncrude Kanada telah mengunci lebih dari 300.000 bpd produksi. Pemadaman listrik diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Juli, menurut operator Suncot (SU.TO).
Sedangkan di Amerika Utara, harga minyak telah meningkat untuk sebagian besar 2018 karena rekor permintaan dan pemotongan pasokan sukarela yang dipimpin oleh produsen Timur Tengah yang didominasi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Permintaan minyak telah mengejar rekor untuk hampir sepanjang tahun, dan OPEC mengatakan akan meningkatkan output untuk memenuhi permintaan dan menghentikan minyak mentah dari gangguan yang tidak direncanakan. Sanksi AS terhadap eksportir OPEC yakni Iran juga memicu harga Brent. Gangguan pasokan yang tidak direncanakan dari Libya ke Venezuela telah membantu untuk lebih memperketat pasar.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS, diperdagangkan di level USD73,06 per barel pada pukul 02.09 GMT atau turun 39 sen yang setara 0,5% dibandingkan sesi terakhir. WTI pada hari Kamis, kemarin tercatat mencapai level tertinggi sejak November 2014 di posisi USD74,03 per barel.
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional bertengger di USD77,54 per barel atau sedikit lebih rendah mencapai 31 sen setara 0,4% dari penutupan sebelumnya. Penurunan ini diyakini karena pasar saham Asia mendekati posisi terendah sembilan bulan.
Kejatuhan pasar saham terjadi di tengah eskalasi sengketa perdagangan antara Amerika Serikat di satu sisi dan ekonomi besar lainnya termasuk China, India dan Uni Eropa di sisi lain. Meskipun prospek suram untuk perdagangan global, pasar minyak untuk saat ini tetap melakukan pengetatan
Pasar minyak Amerika Utara semakin ketat karena pemadaman Syncrude Kanada telah mengunci lebih dari 300.000 bpd produksi. Pemadaman listrik diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Juli, menurut operator Suncot (SU.TO).
Sedangkan di Amerika Utara, harga minyak telah meningkat untuk sebagian besar 2018 karena rekor permintaan dan pemotongan pasokan sukarela yang dipimpin oleh produsen Timur Tengah yang didominasi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Permintaan minyak telah mengejar rekor untuk hampir sepanjang tahun, dan OPEC mengatakan akan meningkatkan output untuk memenuhi permintaan dan menghentikan minyak mentah dari gangguan yang tidak direncanakan. Sanksi AS terhadap eksportir OPEC yakni Iran juga memicu harga Brent. Gangguan pasokan yang tidak direncanakan dari Libya ke Venezuela telah membantu untuk lebih memperketat pasar.
(akr)