Moody's Respons Positif Akuisisi Pertagas oleh PGN

Senin, 09 Juli 2018 - 10:37 WIB
Moodys Respons Positif Akuisisi Pertagas oleh PGN
Moody's Respons Positif Akuisisi Pertagas oleh PGN
A A A
JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah mengumumkan rencana pendanaan akuisisi 51% saham PT Pertamina Gas (Pertagas) senilai Rp16,6 triliun dalam tempo 90 hari ke depan.

Manajemen PGN memutuskan untuk mendanai sepertiga nominal akuisisi dari kas internal sekitar Rp5,53 triliun serta dua pertiga sisanya dari pinjaman perbankan sekitar Rp11,06 triliun mendapat respons positif dari lembaga pemeringkat Moody's Investors Service.

Moody's resmi menaikkan peringkat PGN menjadi Baa2 dengan outlook stabil pada Jumat (6/7). Peringkat itu juga berlaku bagi surat utang emiten berkode saham PGAS tersebut. Kenaikan ini dihitung seusai PGN mengumumkan keputusan mengambil 51% saham Pertagas senilai Rp16,6 triliun.

"Moody's memahami PGN berencana mendanai dana akuisisi tersebut dari utang baru dan kas internal yang sampai 31 Maret 2018 lalu jumlahnya mencapai USD1,19 miliar," ujar Vice President sekaligus Analis Senior Moody's Abhishek Tyagi dikutip melalui risetnya, Senin (9/7/2018).

Tyagi menjelaskan, keputusan Moody's untuk menaikkan peringkat utang PGN menjadi Baa2 dengan outlook stabil didasari oleh tiga faktor fundamental. Pertama, meskipun utang baru untuk membeli saham Pertagas bakal melemahkan matriks keuangan PGN, namun angkanya masih aman karena lebih tinggi dari angka toleransi atas peringkat tersebut di kisaran 9-12%.

"Dalam beberapa tahun terakhir, PGN berhasil menjaga konsistensi peningkatan pendapatan meskipun terjadi penyesuaian harga gas dan tarif distribusi yang ditetapkan pemerintah. Jadi munculnya beban utang baru masih aman bagi PGN," jelas Tyagi.

Kedua, akuisisi Pertagas oleh PGN dinilai Moody's bakal memperkokoh dominasi bisnis gas PGN di Indonesia baik di midstream maupun downstream. Pasalnya pascaakuisisi rampung, PGN akan menjadi satu-satunya operator yang menguasai jaringan transmisi dan distribusi gas di dalam negeri.

"Jaringan pipa gas PGN akan bertambah 30% setelah akuisisi. Hal tersebut akan mendukung tercapainya efisiensi biaya operasi dan belanja modal perusahaan ke depan," paparnya.

Sampai akhir kuartal I/2018, panjang pipa gas yang dimiliki PGN mencapai lebih dari 7.453 kilometer (km) atau setara dengan 80% pipa gas bumi nasional. Dari infrastruktur tersebut, PGN menyalurkan gas bumi ke 196.221 pelanggan industri maupun rumah tangga.

Sementara, panjang pipa yang dikelola Pertagas mencapai 2.438 km. Sehingga dengan bergabungnya dua perusahaan, maka PGN menguasai infrastruktur pipa gas bumi di Indonesia sebesar 96%.

Ketiga, faktor fundamental yang tidak kalah pentingnya adalah adanya dukungan pemerintah atas rencana bisnis PGN ke depan sebagai anak usaha dari Holding BUMN Migas yaitu PT Pertamina (Persero). Pengalihan 56,96% saham seri B milik pemerintah di PGN ke Pertamina beberapa waktu lalu, ditambah dengan tetap dikuasainya saham seri A Dwiwarna PGN oleh negara, menurut Moody's merupakan jaminan atas setiap aksi korporasi korporasi yang dilakukan PGN ke depan.

"Kami meyakini Pemerintah Indonesia akan terus memberi dukungan bagi PGN untuk mengoptimalkan aset yang dimilikinya. Apalagi dengan tetap menguasai saham dwiwarna, maka pemerintah masih memiliki hak veto untuk menyetujui keputusan strategis yang baik untuk perusahaan ke depan," kata Tyagi.

Perlu diketahui, peringkat Baa2 dengan outlook stabil yang diberikan Moody's bukan hanya berlaku bagi pendanaan akuisisi 51% saham Pertagas saja. Namun termasuk upaya mencari pendanaan untuk akuisisi sisa 49% saham Pertagas dari Pertamina.

"Penegasan peringkat ini Moody's didasarkan atas harapan bahwa ke depan PGN akan mendanai kembali akuisisi sisa 49% saham Pertagas dan tetap mempertahankan keuangannya dengan baik. Sebaliknya, peringkat bisa diturunkan bila jika terjadi pelemahan keuangan PGN," kata dia.

Sementara itu, Analis Senior PT Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara, memperkirakan PGN tidak akan kesulitan dalam mencari pendanaan eksternal sekitar Rp11,06 triliun untuk menuntaskan pembelian mayoritas saham Pertagas.

"PGN itu nett gearing ratio-nya hanya 43% di 2017 belum mencapai 100% atau 1 kali. Ketika dia meminjam USD800 juta, itu nett gearing-nya hanya bertambah ke 91% atau tetap tidak sampai 1 kali. Sehingga kalau dia mau meminjam saja dari bank, itu masih kuat," jelas Arandi.

Ia menambahkan, selain itu PGN juga melakukan bisnis dalam denominasi dolar Amerika Serikat. Sehingga gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar, tidak berpengaruh pada pembukuan PGN.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1328 seconds (0.1#10.140)