Pertama Dalam Sejarah Angka Kemiskinan Satu Digit, Menkeu Semringah
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati semringah menyambut turunnya angka kemiskinan di Indonesia yang untuk pertama kalinya dalam sejarah di bawah dua digit. Capaian tersebut merupakan angka kemiskinan terendah dalam sejarah Indonesia.
Selain itu, angka koefisien gini juga mengalami penurunan yang menunjukkan berkurangnya gap ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin. Hal ini terang dia mengindikasikan bahwa kebijakan ekonomi Pemerintah telah berada pada jalur yang tepat.
“BPS mengeluarkan statistik mengenai kemiskinan. Dan saya termasuk yang cukup menyambutnya dengan perasaan yang sangat istimewa. And this is the first time in a history of Indonesia, hari ini BPS mengumumkan tingkat kemiskinan kita di 9,82%. First time in the history of Indonesia kemiskinan itu di bawah 10%,” ujar Menkeu di Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Selama ini capaian terbaik dalam penurunan angka kemiskinan di Indonesia adalah di sekitar 10%. Menkeu menjelaskan sangat sulit untuk dapat menurunkan angka kemiskinan sampai pada level single digit.
“Dulu (angka kemiskinan pada masa) Pak Harto di 11% mendekati 10(%). Dan itu sudah Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) kelima dan kemudian terjadilah krisis (ekonomi) sehingga kemudian kemiskinan naik lagi pada level 24 (%). Yang waktu itu kemudian sampai Presiden Yudhoyono dimana saya served sebagai Menteri Keuangan juga menurunkan pada level hampir mendekati 11% juga," terangnya.
"Tapi habis itu tetap berhenti pada saat Indonesia “boom” banyak sekali komoditas. Jadi menurunkan (angka kemiskinan) di bawah 10% itu, is a quite remarkable achievement. Dan kita masih tidak berhenti disitu. Masih ingin menurunkan lebih lanjut,” papar Menkeu
Selain capaian tersebut, Pemerintah juga mampu mengurangi gap angka ketimpangan kelompok kaya dan miskin yang menunjukkan kebijakan Pemerintah telah berjalan di jalur yang tepat.
“Juga gini coefficient kita yaitu angka mengenai masalah pemerataan agak lebih bagus. Trend-nya menurun sekarang sudah di 0,389 jadi sudah di bawah 0,39 atau 0,4 sebelumnya. Titik puncaknya Indonesia. Jadi (kebijakan Pemerintah, antara lain melalui APBN atau fiscal policy) Indonesia telah menuju arah yang benar,” tambahnya.
Selain itu, angka koefisien gini juga mengalami penurunan yang menunjukkan berkurangnya gap ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin. Hal ini terang dia mengindikasikan bahwa kebijakan ekonomi Pemerintah telah berada pada jalur yang tepat.
“BPS mengeluarkan statistik mengenai kemiskinan. Dan saya termasuk yang cukup menyambutnya dengan perasaan yang sangat istimewa. And this is the first time in a history of Indonesia, hari ini BPS mengumumkan tingkat kemiskinan kita di 9,82%. First time in the history of Indonesia kemiskinan itu di bawah 10%,” ujar Menkeu di Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Selama ini capaian terbaik dalam penurunan angka kemiskinan di Indonesia adalah di sekitar 10%. Menkeu menjelaskan sangat sulit untuk dapat menurunkan angka kemiskinan sampai pada level single digit.
“Dulu (angka kemiskinan pada masa) Pak Harto di 11% mendekati 10(%). Dan itu sudah Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) kelima dan kemudian terjadilah krisis (ekonomi) sehingga kemudian kemiskinan naik lagi pada level 24 (%). Yang waktu itu kemudian sampai Presiden Yudhoyono dimana saya served sebagai Menteri Keuangan juga menurunkan pada level hampir mendekati 11% juga," terangnya.
"Tapi habis itu tetap berhenti pada saat Indonesia “boom” banyak sekali komoditas. Jadi menurunkan (angka kemiskinan) di bawah 10% itu, is a quite remarkable achievement. Dan kita masih tidak berhenti disitu. Masih ingin menurunkan lebih lanjut,” papar Menkeu
Selain capaian tersebut, Pemerintah juga mampu mengurangi gap angka ketimpangan kelompok kaya dan miskin yang menunjukkan kebijakan Pemerintah telah berjalan di jalur yang tepat.
“Juga gini coefficient kita yaitu angka mengenai masalah pemerataan agak lebih bagus. Trend-nya menurun sekarang sudah di 0,389 jadi sudah di bawah 0,39 atau 0,4 sebelumnya. Titik puncaknya Indonesia. Jadi (kebijakan Pemerintah, antara lain melalui APBN atau fiscal policy) Indonesia telah menuju arah yang benar,” tambahnya.
(akr)