BI: Masih Ada Bank Belum Penuhi Rasio Kredit UMKM 20%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesa (BI) mencatat, masih ada perbankan yang belum memenuhi rasio minimal 20% penyaluran kredit pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bank buku II atau yang bermodal kurang dari Rp5 triliun banyak yang belum memenuhi rasio tersebut disebabkan karena keterbatasan jaringan.
"Bank BUKU II banyak karena mereka bank kecil-kecil, penyebabnya karena keterbatasan jaringan itu," ujar Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI Yunita Resmi Sari di Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Dia melanjutkan, selain bank kecil, bank asing juga ada beberapa yang belum memenuhi rasio tersebut. Sementara untuk bank lokal, sampai saat ini tersisa sekitar 1/5 dari bank-bank lokal yang belum bisa memenuhi porsi kredit UMKM. "Jumlah banknya yang belum memenuhi kurang dari 50% untuk bank lokal. Majority sudah penuhi, hanya 1/5-nya lah yang belum memenuhi," urainya.
Adapun hingga Mei 2018, BI mencatat porsi penyaluran kredit perbankan ke sektor UMKM mencapai 20,69%. Sektor yang paling banyak dalam penyaluran kredit UMKM ini adalah perdagangan sedangkan sektor lain yakni pertanian.
"UMKM banyak pertanian tapi penyaluran kredit banyak sektor perdagangan. Karena bank persepai kalau pertanian masih memiliki risiko tinggi," kata Yunita.
Maka dari itu, BI menyiapkan insentif bagi bank agar bisa memenuhi rasio tersebut seperti upaya mendorong sindikasi dengan bank lain/linkage atau kerja sama dengan BPR, koperasi dan baitul mall.
Pengembangan UMKM sesuai dengan kapasasitas BI dalam menjaga inflasi serta mendorong ekspor. Selain itu, BI juga memperluas e-commerce untuk UMKM agar UMKM yang masuk e-commerce dapat berkembang dan ada proteksi terhadap hak cipta.
Di samping itu, pelaku UMKM juga bisa meningkatkan usaha lewat kerja sama dengan beberapa pemasok yang ada. "Kami keluarkan insentif, jadi perbankan harus menyambut. Saat ini banyak bank yang buka strategi baru seperti buat linkage perusahaan besar dengan perusahaan pemasok," imbuh dia.
Ke depan, BI akan terus mendorong UMKM agar menjadi regional champion terlebih UMKM yang berorientasi ekspor masih minim. Saat ini, dari sekitar 800-an UMKM baru ada 200 UMKM yang bergerak di bidang Ekspor.
"UMKM berorientasi ekspor masih minim. Kita sudah perkuat pemain lokal. Kita ingin UMKM ada di regional champion. Dengan demikian, pemain UMKM bisa semakin dikenal dan bisa go internasional," ujarnya.
"Bank BUKU II banyak karena mereka bank kecil-kecil, penyebabnya karena keterbatasan jaringan itu," ujar Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI Yunita Resmi Sari di Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Dia melanjutkan, selain bank kecil, bank asing juga ada beberapa yang belum memenuhi rasio tersebut. Sementara untuk bank lokal, sampai saat ini tersisa sekitar 1/5 dari bank-bank lokal yang belum bisa memenuhi porsi kredit UMKM. "Jumlah banknya yang belum memenuhi kurang dari 50% untuk bank lokal. Majority sudah penuhi, hanya 1/5-nya lah yang belum memenuhi," urainya.
Adapun hingga Mei 2018, BI mencatat porsi penyaluran kredit perbankan ke sektor UMKM mencapai 20,69%. Sektor yang paling banyak dalam penyaluran kredit UMKM ini adalah perdagangan sedangkan sektor lain yakni pertanian.
"UMKM banyak pertanian tapi penyaluran kredit banyak sektor perdagangan. Karena bank persepai kalau pertanian masih memiliki risiko tinggi," kata Yunita.
Maka dari itu, BI menyiapkan insentif bagi bank agar bisa memenuhi rasio tersebut seperti upaya mendorong sindikasi dengan bank lain/linkage atau kerja sama dengan BPR, koperasi dan baitul mall.
Pengembangan UMKM sesuai dengan kapasasitas BI dalam menjaga inflasi serta mendorong ekspor. Selain itu, BI juga memperluas e-commerce untuk UMKM agar UMKM yang masuk e-commerce dapat berkembang dan ada proteksi terhadap hak cipta.
Di samping itu, pelaku UMKM juga bisa meningkatkan usaha lewat kerja sama dengan beberapa pemasok yang ada. "Kami keluarkan insentif, jadi perbankan harus menyambut. Saat ini banyak bank yang buka strategi baru seperti buat linkage perusahaan besar dengan perusahaan pemasok," imbuh dia.
Ke depan, BI akan terus mendorong UMKM agar menjadi regional champion terlebih UMKM yang berorientasi ekspor masih minim. Saat ini, dari sekitar 800-an UMKM baru ada 200 UMKM yang bergerak di bidang Ekspor.
"UMKM berorientasi ekspor masih minim. Kita sudah perkuat pemain lokal. Kita ingin UMKM ada di regional champion. Dengan demikian, pemain UMKM bisa semakin dikenal dan bisa go internasional," ujarnya.
(fjo)