Dubes Muliaman Jajaki Kerja Sama Fintech Indonesia-Swiss
A
A
A
JAKARTA - Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam bidang teknologi finansial (fintech), sementara Swiss dikenal sebagai salah satu pusat kekuatan industri jasa dan inovasi keuangan dunia.
Oleh karena itu, Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman Hadad mengagas kerja sama fintech antara kedua negara dengan menyambangi markas Crypto Valley Association (CVA) di Kota Zug, Swiss, pada Kamis (26/7).
"Jika dibandingkan dengan total keseluruhan penduduk Swiss yang hanya 8 juta jiwa, penetrasi jaringan internet di Indonesia telah menghubungkan lebih dari 143 juta orang antarpulau di Nusantara. Dengan proyeksi nilai transaksi di fintech Indonesia mencapai USD22 miliar pada tahun 2018 dan pertumbuhan 16,3% per tahun, ruangan untuk kerja sama internasional fintech di Indonesia masih terbuka luas sekali," tutur Dubes Muliaman Hadad dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/7/2018).
Crypto Valley Association (CVA) merupakan perhimpunan ratusan perusahaan-perusahaan fintech di Swiss yang bertujuan untuk membangun blockchain dan ekosistem teknologi kriptografi terkemuka di dunia. CVA aktif mendukung dan menghubungkan startup melalui penelitian bersama, rekomendasi kebijakan, konferensi, hackathons, dan acara industri lainnya yang menghubungkan pusat-pusat inovasi blockchain di London, Singapura, Silicon Valley California, dan New York.
Muliaman memaparkan tentang dukungan kebijakan fintech di Indonesia yang diatur oleh Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kemenkominfo, seperti peraturan fintech peer to peer lending OJK dan peluncuran National Payment Gateway (NPG) oleh BI yang menekan biaya transaksi online untuk publik di Indonesia.
Soren Lemvig Fog, Direktur Internasional CVA, yang memiliki jaringan bisnis luas di di negara-negara berkembang mengatakan Indonesia jelas tidak bisa dipandang sebelah mata. "Lihat saja Indonesia memiliki empat perusahaan startup unicorn, yaitu Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak," ujarnya.
Kunjungan Dubes Muliaman Hadad ke CVA antara lain juga bertujuan untuk mempersiapkan rencana penyelenggaraan fact-finding mission dalam bidang fintech yang akan diadakan oleh KBRI Bern-Swiss Oktober mendatang. Fact-finding mission akan diikuti oleh para perusahaan fintech Indonesia untuk bertemu dan menjajaki kerja sama bisnis dengan para calon mitra potensial, lembaga pengembangan inovasi, dan otoritas jasa keuangan di Swiss.
Ditambahkan Ian Simpson, Crypto Valley Association siap menyambut kedatangan para mitra potensial dari Indonesia pada bulan Oktober 2018 mendatang. "Potensi luar biasa Indonesia dan Swiss diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang besar dan saling menguntungkan," pungkasnya.
Oleh karena itu, Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman Hadad mengagas kerja sama fintech antara kedua negara dengan menyambangi markas Crypto Valley Association (CVA) di Kota Zug, Swiss, pada Kamis (26/7).
"Jika dibandingkan dengan total keseluruhan penduduk Swiss yang hanya 8 juta jiwa, penetrasi jaringan internet di Indonesia telah menghubungkan lebih dari 143 juta orang antarpulau di Nusantara. Dengan proyeksi nilai transaksi di fintech Indonesia mencapai USD22 miliar pada tahun 2018 dan pertumbuhan 16,3% per tahun, ruangan untuk kerja sama internasional fintech di Indonesia masih terbuka luas sekali," tutur Dubes Muliaman Hadad dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/7/2018).
Crypto Valley Association (CVA) merupakan perhimpunan ratusan perusahaan-perusahaan fintech di Swiss yang bertujuan untuk membangun blockchain dan ekosistem teknologi kriptografi terkemuka di dunia. CVA aktif mendukung dan menghubungkan startup melalui penelitian bersama, rekomendasi kebijakan, konferensi, hackathons, dan acara industri lainnya yang menghubungkan pusat-pusat inovasi blockchain di London, Singapura, Silicon Valley California, dan New York.
Muliaman memaparkan tentang dukungan kebijakan fintech di Indonesia yang diatur oleh Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kemenkominfo, seperti peraturan fintech peer to peer lending OJK dan peluncuran National Payment Gateway (NPG) oleh BI yang menekan biaya transaksi online untuk publik di Indonesia.
Soren Lemvig Fog, Direktur Internasional CVA, yang memiliki jaringan bisnis luas di di negara-negara berkembang mengatakan Indonesia jelas tidak bisa dipandang sebelah mata. "Lihat saja Indonesia memiliki empat perusahaan startup unicorn, yaitu Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak," ujarnya.
Kunjungan Dubes Muliaman Hadad ke CVA antara lain juga bertujuan untuk mempersiapkan rencana penyelenggaraan fact-finding mission dalam bidang fintech yang akan diadakan oleh KBRI Bern-Swiss Oktober mendatang. Fact-finding mission akan diikuti oleh para perusahaan fintech Indonesia untuk bertemu dan menjajaki kerja sama bisnis dengan para calon mitra potensial, lembaga pengembangan inovasi, dan otoritas jasa keuangan di Swiss.
Ditambahkan Ian Simpson, Crypto Valley Association siap menyambut kedatangan para mitra potensial dari Indonesia pada bulan Oktober 2018 mendatang. "Potensi luar biasa Indonesia dan Swiss diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang besar dan saling menguntungkan," pungkasnya.
(fjo)